MIKIHIRO MORIYAMA: GURU BESAR UNIVERSITAS NAZAN JEPANG JADI PEMATERI PADA KULIAH UMUM YANG DISELENGGARAKAN OLEH DEPDIKSATRASIA

Bandung-UPI. Pada hari Senin Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI melangsungkan kegiatan  kuliah umum bertemakan “Sastra, Budaya, dan Globalisasi” dengan mengundang pemateri yakni Prof. Dr. Mikihiro Moriyama selaku Guru Besar Nazan University, Jepang. Kegiatan ini berlangsung Secara Hybrid di ruang Auditorium lt. 4 FPBS UPI dan Zoom Meeting dengan dihadiri oleh jajaran dosen dan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI (27/3/23). 

Kegiatan dibuka oleh Dr. Rudi Adi Nugroho, M.Pd. sebagai pembawa acara serta moderator pada pematerian, dilanjutkan sambutan dari Wakil Dekan 1 FPBS UPI Dr. Yulianeta, M.Pd. Dalam sambutannya Yulianeta menyampaikan “Wilujeng sumping Prof. Miki, saya biasa memanggil akrab beliau Kang Miki karena beliau sangat fasih berbahasa Sunda… Meskipun puasa masih semangat semuanya untuk menyimak kuliah umum yang tentunya sangat berharga mengenai Sastra, Budaya dan Globalisasi yang sangat bermanfaat bagi teman-teman mahasiswa” Ungkapnya dalam sambutan.

Memasuki inti acara Prof. Mikihiro menjelaskan beliau memulai belajar Bahasa Indonesia di Osaka dan beliau juga belajar seputar Bahasa sunda dan sastra, dalam pemateriannya beliau menyampaikan topik mengenai wacana globalisasi, sastra dunia itu suatu sistem, sastra Inggris dalam globalisasi studi sastra dan globalisasi studi sastra. “Wacana globalisasi menunjuk retorika, narasi dan image yang membuat globalisasi sebagai suatu wacana untuk globality, suatu yang bisa lingkup keglobalisasian memiliki definisi abstrak.” Ujarnya.

“Sastra dunia itu suatu sistem ini kata orang Italy Fraco Moretti, dia menulis suatu artikel Conjectures on World literature semacam renungan atas sastra dunia. Sekarang ini sastra nasional tidak begitu berarti, kedua sastra dunia yang satu dan tidak merata dan yang ketiga membaca jarak jauh.” sambung Mikihiro

Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa sistem sastra dunia mengandung keragaman. Sastra sangat penting karena memiliki posisi kuat untuk menerangi gejala globalisasi. Kemudian Mikihiro menerangkan jika sastra didefinisikan dengan Bahasa daripada negara Bangsa, kepentingan masyarakat berubah dari nasionalisme ke perbedaan antara budaya.

“Hubungan sastra dengan sejarah globalisasi perlu dikaitkan dengan studi sastra nasional dengan sejarah globalisasi. Terakhir globalisasi studi sastra itu bagaimana? Kita perlu membedakan globalisasi studi sastra, studi sastra tidak bisa diglobalisasi tanpa penuh pemahaman mengenai kata-kata kunci, isu, diskusi yang menganalisis dan mendiskusikan gejala globalisasi, misalnya LGBTQ. Globalisasi studi sastra itu perlu dipahami dalam sejarah yang cukup panjang, tidak tergantung pada kejadian di depan mata pada era globalisasi.” jelas  Mikihiro

Dalam kuliahnya Prof. Miki mengingatkan kepada mahasiswa dalam membicarakan teori perlu dipikirkan kegunaannya “sastra itu punya suatu sistem. Kita harus kritik terhadap teori, yang penting itu kita duduk di sini memanfaatkan waktu kita masing-masing. Hidup kita ini manfaatkan semaksimal mungkin begitu pun dengan teori yang tidak ada artinya.” Ungkap beliau.

Kegiatan pun diakhiri dengan sesi tanya jawab oleh beberapa peserta dan juga dosen dalam kuliah umum tersebut, adapun memberikan cenderamata untuk pemateri yang diwakilkan oleh Dr. Isah Cahyani, M.Pd. dan ditutup dengan foto bersama. (Annisa Luthfiah)