Mohammad Nuh : Bidikmisi Wadah Pencetak Generasi Pemungkin

Bandung, UPI

“Pendidikan sangat penting sekali, karena dengan ilmu dan sekolah maka mampu mengangkat derajat seseorang. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka sebagai seorang mahasiswa, khusunya mahasiswa Bidikmisi harus memiliki otoritas, yakni otoritas untuk berprestasi dan otoritas untuk konsistensi” tutur Prof. KH. Mohammad Nuh pada saat Kuliah Umum Silaturahmi Akbar Lingkar Bidikmisi UPI di Gedung Achmad Sanusi Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Sabtu (27/10).

Dalam acara yang dihadiri oleh seluruh Mahasiswa Bidimisi UPI tersebut, Lingkar Bidikmisi UPI mengundang Prof. KH. Mohammad Nuh yang merupakan penggagas Bidikmisi pada saat beliau menjabat menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan 2009-2014.

Mengawali pemateriaanya, Mohammad Nuh mengajak semua hadirin menyanyikan lagu dari Fatin Shidqia Lubis yang berjudul “Aku Ingin Setia”, yang kemudian oleh Mohammad Nuh menganalogikan pada setiap mahasiswa Bidikmisi, bahwasanya kesetiaan itu sangat penting, karena rusaknya segala sesuatu itu dikarenakan ketidaksetiaan. Contohnya, apabila seorang warga negara tidak setia pada negaranya, maka hancurlah negara tersebut, apabila seorang umat tidak setia pada agamanya, maka hancurlah agamanya. Oleh karena itu, penting sekali agar setiap manusia khususnya seorang mahasiswa harus memiliki kesetiaan yang tinggi, karena setia merupakan suatu value yang harus senantiasa dijaga.

“Bidikmisi merupakan wadah yang mampu mencetak generasi pemungkin, dimana mampu mewujudkan hal-hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dengan demikian, melalui Bidikmisi diharapkan mampu menjadi transformasi menuju kajayaan Indonesia 2045”, ujarnya.

Kemudian, Mohammad Nuh juga membahas mengenai posisi strategis Indonesia dan UPI, “Bukan Indonesia apabila tidak ada Jawa Barat di dalamnya, bukan Jawa Barat kalau tidak ada Bandung di dalamnya, bukan Bandung kalau tidak ada UPI di dalamnya, dan bukan UPI kalau tidak ada Bidikmisi di dalamnya” (27/10/2018).

Mohammad Nuh mengajak kepada seluruh mahasiswa Bidikmisi yang hadir, untuk bersyukur karena telah masuk ke universitas pendidikan, terlebih lagi masuk di UPI. “UPI merupakan universitas yang paling concern dibidang pendidikan, dan satu-satunya universitas yang menggunakan nama “pendidikan” untuk perguruan tinggi di Indonesia, dan UPI merupakan perintis sejarah pendidikan, kebudayaan, dan peradaban Indonesia”, tegasnya.

Sebagai seorang mahasiswa Bidikmisi, Mohammad Nuh mengatakan bahwa mahasiswa harus mampu beradaptasi dan berinovasi di tengah-tengah perkembangan jaman yang sangat pesat. Mahasiswa Bidikmisi merupakan pejuang, pemungkin, dan pemimpin masa depan. Untuk menjadi seorang pemimpin, Mohammad Nuh mengatakan bahwa kita harus mampu melihat ke depan. “Ketika menjadi seorang pemimpin negara ini kelak, maka kita semua memiliki empat agenda utama, yakni kemiskinan, ketidaktahuan (kebodohan), keterbelakangan peradaban, dan ketidakadilan/ kemartabatan. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, pendidikan sebagai sistem rekayasa sosial terbaik dan teruji merupakan jawaban untuk menyelesaikan empat permasalahan tadi”.

Dari pemaparannya, beliau menjelaskan bahwa permasalahannya adalah kurangnya perhatian khusus dan bekunya mata hati dari beberapa stakeholder dalam penanganan keempat hal di atas. Maka, diperlukannya kebijaksanaan yang harus lebih mengedepankan kebaikan bukan kebenaran. Dalam usaha meningkatkan pendidikan banyak program yang telah di usung oleh pemerintah salah satunya adalah SM3T, dan salah satu penggagas SM3T berasal dari UPI.

Alasan beliau menggagas Bidikmisi ini karena pengalaman personal dan kajian akademik yang telah dilakukannya, sehingga agar program Bidikmisi ini dapat terus berjalan meskipun dengan adanya pergantian menteri, dan lain sebagainya, Bidikmisi pun di Undang-undangkan, yang termaktub dalam UU Nomor 12 Tahun 2012, yang mengaharuskan setiap perguruan tinggi negeri menerima minimal 20% mahasiswa Bidikmisi.

Lebih lanjut lagi, Mohammad Nuh juga membahas mengenai bonus demografi yang akan dihadapi Indonesai pada tahun 2020, kemudian perpindahan paradigma yang tadinya dinilai dari volume, bergeser menjadi penilaian berdasarkan kompeten. Kemudian, Mohammad Nuh menyampaikan tips dan solusi untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung saat ini, yakni kita harus memulainya sedini mungkin, yakni pentingnya memberikan pendidikan terbaik pada anak-anak sedini mungkin. Lalu, pendidikan seutuhnya yang mencakup sikap, keterampila, dan pengetahuan.

Diakhir pemaparan materi, Mohammad Nuh memberikan pesan dan tips sukses, pesan yang disampaikan yakni “setiap detiknya kita harus berprestasi, jadilah mesin yang mampu menggerakan mobil yang ukurannya jauh lebih besar, jadikan kecerdasan dan kemuliaan dalam pembiasaan, brain and activity response sebelum dan sesudah pembiasaan, menerapkan prinsip Pareto, yaitu 20% effort, 80% result”. Adapun tips sukses yang diberikan oleh Mohammad Nuh yakni, “Berbakti kepada orang tua, gemar bersedekah, kerja keras, adaptasi terhadap perubahan zaman, dan sholat malam serta perbanyak sholawat (bagi yang beragama islam)”. (Mia/Hendrik/DN)