Museum Pendidikan Nasional UPI Dibuka untuk Umum Mulai 25 November 2015

1-1Bandung, UPI

Bersamaan dengan Hari Guru Nasional, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Furqon, Ph.D. membuka Museum Pendidikan Nasional (MPN) untuk umum, mulai Rabu (25/11/2015), di Komplek Kampus Universitas Pendidikan Indonesia Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Setelah itu, pengunjung bisa mengunjungi museum tersebut setiap hari mulai pukul 09.00 s.d. 16.00 WIB.

“Selain mengundang civitas akademika dan pimpinan UPI, grand opening ini juga mengundang siswa Labschool UPI dan sejumlah perwakilan sekolah, baik SMA maupun SMP se-Bandung Raya,” kata Ketua Tim Pengembang Museum Pendidikan Nasional Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd., Selasa (17/11/2015).

Dosen Departemen Sejarah, Fakultas Pendidikan IPS UPI ini mengungkapkan, sejak MPN dibuka (soft opening) oleh Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, 2 Mei 2015, banyak sekali masyarakat yang penasaran ingin mengunjungi musemu tersebut, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan banyak biro perjalanan yang sudah memasukkan MPN ini sebagai salah satu paket destinasi mereka untuk wilayah Bandung Raya.1-2

“Namun karena museum masih berbenah dan menyelesaikan tahap finishing, terutama melengkapi koleksi, kami baru bisa membuka untuk umum mulai 25 November 2015 ini,” kata Erlina Wiyanarti.

Dia mengungkapkan, MPN selain menyimpan peninggalan sejarah tentang pendidikan masa lalu, juga menjadi tempat simulasi dan proyeksi pendidikan masa mendatang. Museum pada umumnya memang menyimpan benda kuno sebagai tempat belajar tentang masa lalu. Tapi MPN berbeda dengan museum pada umumnya, karena justru menyajikan tentang masa depan. Sebab, pada hakikatnya, manusia tidak mempelajari masa lalu, melainkan mempelajari masa depan.

“Maklum, curva belajar kini berubah, sebagai forecasting, atau semacam ramalan. Demi forecasting, kampus harus menggunakan data yang kuat. Itulah sebabnya, pendidikan di UPI dibangun berbasis riset. Sebab, kehidupan ilmiah tanpa eviden akan sulit diwujudkan. Pembelajan masa depan harus berbasis bukti,” katanya.

Museum Pendidikan Nassional ini menjadi bukti sejarah masa lalu dan sejarah masa yang akan datang guna menunjang pembangunan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik. Maka, visi museum ini didedikasikan sebagai lembaga nirlaba yang leading dan outstanding dalam upaya konservasi, edukasi, dan riset tentang perkembangan pendidikan Indonesia serta pusat rekreasi pendidikan.

“Museum pendidikan  UPI  ini berfungsi sebagai lembaga yang menghadirkan karakter dan citra yang berguna untuk kepentingan pendidikan, kebudayaan, dan rekreasi. Museum ini juga mengubah image dari museum yang bersifat kuno dan antik menjadi sesuatu yang lebih menyenangkan, interaktif, serta menggairahkan untuk belajar. Sebab, kata dia, museum ini menjadi pusat penelitian, pusat multi media, dan pusat pendidikan dalam melestarikan serta sumber inspirasi untuk kemajuan pendidikan Indonesia,” ujar Erlina.

Menjelaskan tentang isi MPN ini, Erlina mengungkapkan, gedung museum berlantai lima ini pada lantai pertama terdapat ruangan audio visual yang memberikan gambaran menyeluruh tentang museum, ruang pameran tidak tetap, dan ruang cinderamata. Di Ruang Pendidikan Zaman Klasik terdapat diorama yang memamerkan sistem pendidikan zaman prasejarah meliputi  perkembangan sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan religi.1-3“Ruang ini juga dilengkapi displai elektronik berupa tambahan data dari diorama mengenai deskripsi informasi perkembangan pendidikan dan kebudayaan zaman prasejarah melalui  foto digital elektornik dan konvensional serta video mengenai kehidupan masyarakat tradisional di Nusantara. Komputer  di sini dilengkapi komputer interaktif yang berisi kuis, games atau permainan yang berhubungan dengan materi,”kata dia.

Erlina juga menjelaskan, lantai kedua memamerkan perkembangan pendidikan Indonesia pada masa klasik, masa kolonial, masa pergerakan nasional, dan masa awal kemerdekaan hingga masa reformasi.  Di ruang ini dipamerka displai bangunan sekolah, pembelajaran di kelas, peta konsep pendidikan, kurikulum atau materi pelajaran dan biaya sekolah, dari masa kolonial hingga zaman mutakhir.

“Museum juga memamerka koleksi buku, alat tulis, ijazah, materi pelajaran atau kurikulum dan alat belajar lainnya dari yang paling klasik hingga yang paling modern. Pada lantai ini disediakan pula ruang pendukung seperti ruang perpustakaan, ruang riset, dan ruang pamer temporer,” kata Erlina selanjutnya.

Lantai ketiga menyajikan tentang sejarah pendidikan guru dan sejarah guru dari zaman kolonial hingga zaman Reformasi. Yang menarik, ruang ini menyediakan dinding puzzle balok segitiga yang dapat disusun menjadi gambar pembelajaran di sekolah guru pada masa kolonial, baik di kweekschool, normalschool, hogere kweekschool, Hollands Inlandsche Kweekschool (HIK) menggantikan HKS, Hollands Chinese Kweekschool. Lantai ini juga menyediakan ruang khusus memajang tujuh patung lilin yang menggambarkan transformasi figur guru dari zaman kolonial hingga saat ini.

Lantai empat museum ini secara khusus menggambarkan perjalanan sejarah UPI sejak awal pendiriannya tahun 1954 sebagai PTPG hingga UPI mutakhir. Proyeksi tentang UPI di masa depan juga dipamerkan di lantai ini, dengan menyertakan ruang sejarah gedung Isola pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia yang dilengkapi ruang pameran kontemporer.  Pada ruang atap di lantai lima, museum dilengkapi dengan area pendukung yang bersifat rekreatif. (WAS)