Muslimah Dakwah Kampus Serukan Gerakan Pakai Hijab bagi Perempuan


01Bandung, UPI

Sebanyak 17 Muslimah yang tergabung dalam Lembaga Dakwah Kampus Unit Kegiatan Dakwah Mahasiswa (LDK UKDM) Universitas Pendidikan Indonesia menghadiri undangan Muslimah Conference di Auditorium Fikom lantai 4 Kampus Universitas Padjajaran Jatinangor, Sabtu (22/8/2016). Tema yang diangkat adalah “Syar’i atau Potensi”.

Konferensi ini dihadiri delegasi Muslimah perwakilan dari LDK se-Bandung Raya, seperti LDK Unpad, UPI, Unpas, ITB, Polban, STT Tekstil, STT Telkom, dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Sebelumnya, panitia mengintruksikan kepada peserta untuk membuat esai dengan tema “Hijab Membatasi Potensiku” sebagai tiket masuk.

Konferensi belangsung mulai pukul 9.10 WIB setelah sebelumnya diawali dengan pembukaan dan sambutan. Konferensi ini dimoderatori oleh  Elis Nuraini, S.P. (Ketua Muslimah FS-LDK). Elis memberi ilustrasi bahwa saat ini hijab masih dianggap kontroversi. Sebab banyak yang beranggapan bahwa hijab itu tidak terlalu wajib, karena tidak ada di rukun iman dan rukun Islam.

Selain itu, alasan lain hijab syar’i dianggap kontroversi yaitu, “Syar’i adalah suatu hal yang telah diatur oleh Allah, di mana di dalamnya ada koridor tersendiri. Dalam berhijab, Allah menentukan koridornya yaitu tidak ketat, tidak transparan, dan jilbabnya harus menutupi dada. Dengan ketentuan yang rigid ini, maka oleh sebagian orang dianggap membatasi potensi,” ujar Elis.02

Di lingkungan terdekat, masih banyak perempuan yang belum berhijab. Itu tanggung jawab siapa? “Tanggung jawab kita juga, bukan? Maka dari itu, sebagaimana yang diutarakan moderator bahwa tujuan Konferensi Muslimah ini adalah menyuarakan kepada khalayak Muslimah untuk berhijab,” katanya.

Dijelaskan, banyak Muslimah yang berpikir bahwa Allahlah yang menciptakan dan memberikan bakat, tapi Allah juga yang melarang untuk mengembangkannya. Tidak boleh menampakkan aurat, memperlihatkan lekuk tubuh, berlenggak-lenggok, dan tidak boleh bebas melakukan ini itu. Maka timbulah pertanyaan, “Syar’i atau potensi? Melaksanakan perintah Allah atau memperjuangkan potensi?”. Dari sana, moderator bersama para peserta berdiskusi, saling bertukar pikiran, dan saling menyamakan persepsi hingga menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

  1. Syar’i dan potensi adalah dua hal yang tidak bisa disandingkan. Artinya, keduanya bisa dilakukan secara bersamaan.
  2. Potensi adalah sesuatu yang belum dioptimalkan dan merupakan modal yang diberikan Allah. Setiap orang diberi modal yang sama dan diperbolehkan untuk bisa mengolahnya. Namun sebenarnya, potensi yang baik untuk diperjuangkan yaitu yang dapat menjadikan diri lebih baik dan dicintai di Allah.
  3. Permasalahan berhijab muncul dari faktor internal dan eksternal. Dari faktor internal yaitu berupa kurangnya pemahaman wawasan Islam, keberanian, dan rasa malu. Sementara, dari faktor eksternal yaitu pengaruh globalisasi yang lebih mengarah pada feminimisme, kurangnya figur, lingkungan yang tidak mendukung, dan pandangan ekslusif.
  4. Banyak solusi yang telah dirumuskan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya yaitu seluruh peserta konferensi telah mendeklarasikan untuk sama-sama melakukan gerakan berupa mempropagandakan gerakan memakai hijab, rok dan kaos kaki bagi perempuan di hari tertentu untuk memperingati IHSD (Internasional Hjab Solidarity Day) yang bertepatan pada tanggal 4 September. (Dewi Sinta/Mahasiswa IPAI UPI 2015)