Nilai Persatuan dalam Momentum Ibadah Haji

Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd.

Landasan Teologis

Allah SWT berfirman :

وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْاۖ وَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ وَكُنْتُمْ عَلٰى شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَاَنْقَذَكُمْ مِّنْهَاۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اٰيٰتِهٖ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُوْنَ ۝١٠٣

Berpegangteguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, janganlah bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara. (Ingatlah pula ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.(QS. Ali Imran : 103)

Interpretasi Para Mufasir

Pertama, dalam kitab al-Jāmi‘ li Ahkām Al-Qur’ān, Imam Al-Qurthubi mengutip pendapat dari Taqi bin Mukhallad yang menjelaskan bahwa ayat di atas menegaskan pentingnya berada dalam ikatan jamaah (persatuan).

Menurut para ulama tafsir, kata i’tashimu hadir dalam bentuk perintah (‘amr) yang menunjukkan bahwa menjaga persatuan adalah suatu kewajiban, bukan sekadar anjuran semata.

Substansi ayat tersebut menunjukkan betapa Allah Swt. menghendaki setiap pribadi untuk bersikap toleran dan menjauhi perpecahan. Perpecahan akan melahirkan kerusakan, sedangkan persatuan akan mengantarkan pada keselamatan.

Kedua, dalam Tafsir Al-Madinah Al-Munawwarah

Dalam ayat ini kita diperintah untuk berpeganglah kepada al-Qur’an, jauhilah perpecahan dan perselisihan, dan bersyukurlah kepada Allah atas kenikmatan yang telah Dia berikan berupa persatuan dan kasih sayang di antara kalian, setelah kalian saling berselisih pada masa jahiliyah; kemudian dengan karunia Allah kalian menjadi saling bersaudara dan menyayangi. Dan sebelumnya kalian hampir jatuh ke jurang neraka Jahannam kemudian Islam menyelamatkan kalian.

Dengan penjelasan yang jelas ini Allah terangkan kepada kalian ayat-ayat yang menuntun kepada kebaikan, agar kalian mendapat petunjuk ke jalan yang benar.

Ketiga, dalam Tafsir Al-Wajiz

Berpegang teguhlah kamu semuanya kepada Al-Qur’an dan tali agama Allah yaitu Islam, dan janganlah kamu bercerai berai seperti saat zaman Jahiliyyah. Jangan bercerai-berai dalam hal agama. Ingatlah atas anugerah nikmat Allah kepada kalian berupa kerja sama dan persatuan. Bersama-sama taat dan beribadah kepada Allah. Padahal kalian telah berada di tepi jurang neraka Jahannam, kalian akan berada di dalamnya jika kalian mati dalam keadaan kafir, lalu Allah menyelamatkan kamu dari jurang neraka Jahannam dengan anugerah keimanan atau Islam dan diutusnya nabi Muhammad.

Allah berfirman:

وَاِنْ يُّرِيْدُوْٓا اَنْ يَّخْدَعُوْكَ فَاِنَّ حَسْبَكَ اللّٰهُۗ هُوَ الَّذِيْٓ اَيَّدَكَ بِنَصْرِهٖ وَبِالْمُؤْمِنِيْنَۙ ۝٦٢

Jika mereka hendak menipumu, sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu. Dialah yang memperkuat kamu dengan pertolongan-Nya dan dengan (dukungan) orang-orang mukmin.(QS. Al-Anfal : 62)

Keempat, dalam Tafsir An-Nafahat Al-Makkiyah

Dan berpeganglah kamu sekalian dengan tali Allah, dan jangan kamu berpisah-pisah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu, tatkala kamu bermusuh-musuhan, lalu la jinakkan antara hati-hati kamu, lantas dengan nikmat Allah, kamu jadi bersaudaraan, padahal, dahulunya, kamu di pinggir lobang dari neraka, tetapi la selamatkan kamu daripadanya; begitulah Allah terangkan kepada kamu tanda-tanda-Nya supaya kamu dapat petunjuk.

Nilai-Nilai Pendidikan

QS. Ali Imran : 103 ini mengandung nilai-nilai Pendidikan, sebagai berikut :

  1. Mendidik hambanya agar senantiasa beriman dan bertakwa kepada Allah atas perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
  2. Senantiasa mengajarkan akhlak mulia yaitu menjaga persatuan yang membawa kedamaian, ketentraman dan keselamatan dalam kehidupan.
  3. Mengajarkan hamba-Nya agar menjadi insan yang bersyukur atas karunia yang Allah berikan dan terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
  4. Menumbuhkan rasa empati dan solidaritas kepada orang lain sehingga menjadi insan yang bermanfaat bagi orang lain.

Ibadah haji adalah momentum persatuan

Ibadah haji merupakan momentum bagi kita semua untuk melihat betapa indahnya persatuan. Meski berbeda suku, bangsa, ras, pemahaman dan hal-hal lainnya, namun mereka semua tetap bersatu. Mereka melakukan ibadah di tempat yang sama, tujuan yang sama serta ritual yang sama. Tidak hanya itu, orang-orang yang sedang menunaikan ibadah haji tidak diperkenankan untuk mengatakan perkataan yang tidak baik, tidak diperkenankan melakukan keburukan, serta tidak diperkenankan pula untuk saling berdebat.

Hal ini menjadi pelajaran yang sangat penting bagi kita semua, bahwa ibadah haji harus benar-benar menjadi momentum untuk membangun persatuan dan kerukunan antar sesama manusia.

Allah berfirman:

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ ۝١٩٧

(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafa, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat. (QS. Al-Baqarah : 197)

Syekh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi dalam kitab kumpulan fatwanya, Fatawa Kulli ma Yahimmul Muslim, menjelaskan bahwa ibadah haji yang dilakukan oleh umat Islam ini memiliki banyak dampak positif, salah satunya adalah membangun kesadaran bahwa ibadah ini menjadi momentum persatuan umat Islam di seluruh penjuru dunia.

Dalam momentum ini, kita bisa melihat umat Islam berdatangan dari mana-mana, dengan warna kulit yang berbeda, bahasa yang berbeda dan negara yang berbeda. Hal ini seharusnya menjadi momentum untuk membangun kesadaran, bahwa semua manusia itu sama, yaitu sama dalam satu naungan agama Islam. Karena sama, maka tidak ada alasan untuk saling bercerai-berai, tidak ada alasan untuk tidak bersatu, dan tidak ada alasan untuk tidak saling cinta antar sesama.

Rasulullah menggambarkan umat Islam seperti bangunan yang harus sama-sama saling melengkapi, dan masing-masing bagiannya saling menopang dan memperkuat satu sama lain. Ini menunjukkan betapa pentingnya persatuan dan kekompakan umat Islam.

Rasulullah Saw bersabda :

 الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا

“Orang mukmin dengan mukmin lainnya seperti satu bangunan yang saling menguatkan antara sebagian dengan bagian yang lain.” (HR Muslim)

Pada masa Rasulullah Saw sebelum hijrah, moment haji adalah momen istimewa dimana beliau bisa lebih banyak berdakwah, mengenalkan Islam kepada para jemaah yang datang sehingga Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia.

Marilah kita lanjutkan dakwah Nabi Saw dengan benih-benih keimanan dan ketakwaan yang telah Allah anugerahkan kepada kita semua untuk menghantarkan kita meraih ampunan Allah, sehingga Allah berkenan membuka pintu keberkahan-Nya dari langit dan bumi seperti yang dijanjikan-Nya,

Allah SWT berfirman :

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ۝٩٦

Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan. (QS. Al-A’raf : 96)

Syekh Ali Ahmad al-Jarjawi dalam kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh mengatakan dengan adanya persatuan di bawah naungan Islam dengan satu ibadah, satu bacaan, dan satu tujuan, yaitu meraih ridha-Nya. Sesungguhnya mereka bisa bertukar pendapat tentang kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat. Dan ini maksud dari persatuan Islam yang ditakuti musuh-musuh Islam.Semua ini merupakan salah satu manfaat disyariatkannya ibadah haji. Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an, Allah ﷻ berfirman:

لِيَشْهَدُوا مَنَافِعَ لَهُمْ وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللّٰهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

Agar mereka menyaksikan berbagai manfaat untuk mereka dan agar mereka menyebut nama Allah pada beberapa hari yang telah ditentukan” (QS Al-Hajj: 28).

Makkah sendiri sebagai tempat dilaksanakannya ibadah haji mempunyai beberapa keistimewaan, sebagaimana disampaikan Syekh al-Jarjawi. Di antaranya:

  1. Kota Makkah merupakan tanah air Nabi Muhammad ﷺ, yaitu tempat dilahirkannya Rasulullah;
  2. Makkah merupakan kota suci sekaligus menjadi awal munculnya agama Islam. Dari sinilah cahaya Islam mulai menerangi berbagai penjuru bumi;
  3. Tempat melaksanakan ibadah haji, seseorang akan mengingat perjuangan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam ketika membangun kiblat—mengingat merupakan hal yang sangat bermanfaat bagi umat Islam;
  4. Makkah merupakan kota yang disucikan dan dijaga dari orang-orang yang beragama selain Islam.

Cara Menjaga Nilai Persatuan dalam Momentum Ibadah Haji

Pertama, saling mengenal di antara sesama

Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ۝١٣

Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.(QS. Al-Hujurat : 13)

Kedua, jangan memandang rendah orang lain dari fisik dan sebagainya

Allah berfirman  :

لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ

Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (QS. At-Tin : 4)

Rasulullah Saw bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ اللهَ لَا يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ، وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْ

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak juga harta benda kalian, tetapi Dia melihat hati dan perbuatan kalian”. (HR. Muslim no. 2564).

Ketiga, memudahkan urusan saudaranya dan saling menolong

Rasulullah Saw. bersabda :

مَنْ نَـفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُـرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا ، نَـفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُـرْبَةً مِنْ كُـرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَـى مُـعْسِرٍ ، يَسَّـرَ اللهُ عَلَيْهِ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَمَنْ سَتَـرَ مُسْلِمًـا ، سَتَـرَهُ اللهُ فِـي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ ، وَاللهُ فِـي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ

“Barang siapa yang melepaskan satu kesusahan seorang mukmin, pasti Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari Kiamat. Barang siapa yang menjadikan mudah urusan orang lain, pasti Allah akan memudahkannya di dunia dan di akhirat. Barang siapa yang menutup aib seorang muslim, pasti Allah akan menutupi aibnya di dunia dan di akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba-Nya itu suka menolong saudaranya”.(HR. Muslim)

Keempat, mendamaikan kedua belah pihak yang berselisih

Allah berfirman :

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَࣖ ۝١٠

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah kedua saudaramu (yang bertikai) dan bertakwalah kepada Allah agar kamu dirahmati.(QS. Al-Hujurat : 10)

Kelima, Hindari perselisihan dan perbedaan pendapat yang mengarah kepada perpecahan

Allah SWT berfirman :

وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ اُمَّةً وَّاحِدَةً وَّلَا يَزَالُوْنَ مُخْتَلِفِيْنَۙ ۝١١٨

Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia akan menjadikan manusia umat yang satu. Namun, mereka senantiasa berselisih (dalam urusan agama).(QS. Hud : 118)

Keenam, tolong-menolong dalam kebaikan

Allah berfirman :

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maa-idah : 2)

Ketujuh, memupuk persatuan dengan saling mendoakan

Rasulullah Saw bersabda :

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْحَاجِ وَلِمَنْ اِسْتَغْفَرَ لَهُ الْحَاجُ

“Ya Allah, berikan ampunan pada orang yang haji, dan (berilah pula ampunan) kepada orang yang dimintakan ampunan oleh orang yang haji” (HR. Baihaqi, Hakim, Ibnu Khuzaimah, dan al-Khatib. Hakim menyebut hadits ini shahih atas syarat Muslim).

Kedelapan, senantiasa memelihara hubungan kekeluargaan

Allah SWT berfirman ,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءًۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا ۝١

Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.(QS. An-Nisa : 1)

Kisah Teladan

Dalam Tarikh At-Thabari karya Imam At-Thabari, disebutkan, bahwa ketika Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah beliau banyak mengajarkan nilai persatuan dan kesatuan dalam bangsa. Hal itu tercermin ketika Rasulullah membangun kota Madinah.

Hal pertama yang bisa ditauladani dari kisah hijrah Nabi adalah menyatukan keragaman. Di Madinah terdapat banyak suku, ras, etnis, bahkan agama. Ada Yahudi, Nasrani, Islam Muhajirin, Ansor, bahkan kaum pagan.

Mereka semua dipersatukan oleh Rasulullah dalam naungan bangsa Madinah. Rasulullah membentuk persatuan dan kesatuan di antara mereka, dengan keberhasilannya meniadakan konflik antar satu sama lain. Padahal, Yahudi dan Nasrani sebelum Nabi ke Madinah identik dengan dua kelompok yang sering berseteru.

Teladan Rasulullah di dalam Madinah ia membuat konstitusi yang dapat menyatukan perbedaan, yaitu Piagam Madinah. Meski Nabi adalah pembawa risalah Islam, ia tak membuat hukum Islam sebagai konstitusi. Tujuannya agar diterima oleh semua kalangan.

Dalam konteks Indonesia, Piagam Madinah menyejarah seperti Pancasila, ideologi yang dibuat untuk menyatukan keberagaman dan keragaman bangsa. Semua agama, etnis, suku, dan keyakinan disatukan di bawah naungan Pancasila.

Teladan selanjutnya Nabi adalah orang yang mudah menerima saran dan kritik demi persatuan. Ketika Perjanjian Damai Hudaibiyah, ada seorang Yahudi bernama Suhail yang memberi kritik pada Rasulullah sebab ia membuat perjanjian dengan menyantumkan kata ‘Rasulllah’ dan ‘arrahman arrahim”.

Rasul menerima itu dan menghapus keduanya. Tidak lain, tujuannya bukan untuk merubah Islam, tetapi mendengar semua pendapat dari berbagai kalangan, bahkan dari yang berbeda agama sekalipun.

Itulah di antara teladan Rasulullah Saw. dalam menciptakan persatuan dan kesatuan. Semoga menjadi teladan kita sebagai bangsa Indonesia yang dihuni oleh keragaman dalam banyak sisinya. Amin

Marilah kita memperbanyak doa :

رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَآ اُمَّةً مُّسْلِمَةً لَّكَۖ وَاَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَاۚ اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ ۝١٢٨

Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang berserah diri kepada-Mu, (jadikanlah) dari keturunan kami umat yang berserah diri kepada-Mu, tunjukkanlah kepada kami cara-cara melakukan manasik (rangkaian ibadah) haji, dan terimalah tobat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Baqarah : 128)