Nur Azizah: Bukan Jago Kandang

 

Bandung, UPI

Menjadi peserta dalam ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) UPI Tahun 2019 itu artinya perjuangan semakin keras ketat, waktu tidur semakin berkurang, berkutat dengan revisi KTI, belajar presentasi bahasa Inggris, mengerjakan tugas akademik, dan tetap menjalankan amanah di lingkungan organisasi kemahasiswaan.

Demikian ungkap mahasiswa PPGSD Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Di Kampus Tasikmalaya Chairunnisaa saat ditanya pengalamannya usai menyelesaikan serangkaian kegiatan Pilmapres UPI Tahun 2019 di Ruang Lavender, Isola Resort, Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Jumat (22/3/2019).

Diceritakannya,”Keberadaan saya di ajang Pilmapres UPI Tahun 2019 berawal dari sebuah tulisan dalam kertas yang tersusun dalam pohon impian. Salah satu impian tersebut adalah menjadi Mawapres UPI di Kampus Purwakarta. Ketika sudah berkomitmen dengan sebuah mimpi, maka harus diperjuangkan untuk meraihnya, karena impian bukan hanya sekedar impian, namun perlu tindakan.”

Perjuangan diawali dengan keluar dari zona nyaman untuk tidak menjadi mahasiswa yang biasa-biasa saja, ungkapnya. Saya rajin mengikuti berbagai lomba Karya Tulis Ilmiah dan Esai di bawah bimbingan para dosen hebat seperti Bapak Suprih Widodo, S.Si., M.T., dan Bapak Nuur Wachid Abdul Majid, S.Pd., M.Pd.

“Selain di bidang tulisan, saya juga aktif dalam berbagai organisasi baik di internal maupun eksternal kampus. Contohnya menjadi Sekjend IMPPASI atau pimpinan tertinggi dalam organisasi ikatan mahasiswa PGPAUD se-Indonesia. Status sebagai mahasiswa di kampus daerah tidak menciutkan nyali saya, karena diyakini mampu untuk bisa berprestasi di luar dan tidak hanya jago kandang. Saya selalu berpikir bahwa prestasi akademik, organisasi dan prestasi lainnya merupakan hal yang harus disandingkan bukan ditandingkan. Demikian pula dengan penguasaan bahasa Inggris. Saya mempelajarinya di Kampung Inggris, Pare, Jawa Timur,” bebernya.

Seleksi Pilmapres yang saya ikuti berawal dari tingkat prodi kemudian lolos, ujarnya, kemudian maju ke tingkat Kampus UPI di Purwakarta, dengan berhasil menyisihkan 2 kandidat, hingga masuk dalam tahap seleksi tingkat universitas. Saya merasa ini merupakan amanah baru yang harus saya jalankan bahwa tugas saya sekarang tidak hanya mencerdaskan diri saya sendiri namun mahasiswa lain juga.

Dijelaskannya,”Seleksi di tingkat universitas, saya mengikuti tes kepribadian, presentasi KTI, presentasi berbahasa Inggris, wawancara dan lain sebagainya. Selama proses karantina, tingkah laku, kedisiplinan, kesantunan, serta berbahasa harus kita jaga, karena itu menjadi salah satu penilaian. Semua itu menjadi pengalaman luar biasa dalam hidup saya. Oleh karena itu, saya ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak Prof. Turmudi, M.Ed., M.Sc., Ph,D., Bapak Dr. H. Agus Muharam, M.Pd., Ibu Dr. Suci Utami Putri, M.Pd., Bapak Suprih Widodo, M.Pd., Bapak Drs. Mamad Kasmad, M.Pd., Ibu Nadia Tiara Antik Sari, M.Pd., serta Dosen UPI Kampus Purwakarta. (dodiangga)