PANDEMI COVID 19 DALAM PERSPEKTIF ESENSI AJARAN QURBAN

Didi Suherdi
Guru Besar dan Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris, FPBS UPI


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الله اكب )(x٩
الله اكب كب ربا والحمد لله كث ربا وسبحان الله بكرة واصيلا ل اله ال
الله الله اكب الله اكب ولله الحمد
الحمد لله الذي ارسل رسو له بالهدئ ودين الحق ليظهره عل الدين
كله وجعل ابرهيم للناس امام وخليله. اشهد ان ل اله ال الله وحده ل
رشيك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله .اللهم صل عل محمد وعل
ال محمد كما صليت عل ابراهيم وعل ال ابراهيم وبارك عل محمد
وعل ال محمد كما باركت عل ابراهيم وعل ال ابرا هيم ف العلم ري
انك حميد مجيد .ياايهاالحاضون اتق الله حق تقاته ول تموتن ال
وانتم مسلمون .وقال تعل ف كتبه الكريم اعوذ بالله من الشيطان
الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم فلما اسلما وتله للجب ري وناديبه ان
باابراهيم قد صدقت الرءيا انا كذلك نجز المحسن ري وقال ايضا ف اية
الخرئ لن ينال الله لهحومها ول دماءها ولكن ينله التقوئ منكم وقال
.النب صل الله عليه وسلم المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده
وقال ايضا ف حديث الخرئ الموء من للموء ن كالنيان يصد بعضهم

بعضا .اما بعد
Allahu Akbar 3x
Allahu Akbar Kabiiro Walhamdulillahi Katsiiro Wa Subhanallahi Bukrotaw Waasiila Laa Ilaha Illallahu Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahil Hamdu

Hadirin sidang Iedul Adha yang berbahagia, Sejak tenggelamnya sinar matahari di penghujung hari arafah, senja kala di tanggal 9 Dzulhijjah, ratusan juta manusia bertakbir mengangungkan nama Allah, Al Kahliq yang telah menciptakan semesta raya dengan segala kompleksitasnya bagi kesejahteraan dan kelangsungan ummat manusia. Akumulasi takbir itu menggema meliputi setiap relung qolbu manusia yang taat kepada-Nya dan setiap rongga dalam tatanan kosmik semesta raya, mengalun seirama gerak benda-benda angkasa hingga jauh menembus dan menggapai arasy Allah Swt.


Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahil Hamdu, Dalam kentalnya suasana ruhaniah jiwa kita saat ini, mari kita sediakan hati yang paling bersih, nurani yang paling bening dan qoblu yang paling suci yang paling pantas digunakan untuk melantunkan puji syukur ke hadlirat Ilaahi Robbii, Allah Swt., Tuhan Penggenggam dan Pengatur sekalian alam. Dalam asuhanNya, kita menghirup udara segar yang Allah daurulangkan melalui
mekanisme raksasa perjalanan matahari dan fotosinstesis pada miliaran dedaunan yang tersebar di jagat raya ini. Allah, Tuhan yang menyangga kebutuhan minum kita dengan mekanisme raksasa perjalan matahari, pembekuan uap air dan pembentukan awan serta hembusan angin dan aliran permukaan dan rongga bumi hingga sampai dalam bentuk kemasan di meja kita. Allah, Yang Kemahakasihan-Nya telah mengantarkan kita kepada kemuliaan hidup yang kita raih hingga saat ini.

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahil Hamdu, Sholawat beserta salam mari kita pohonkan agar Allah curah limpahkan kepada Baginda alam Nabi Besar Muhammad Saw., yang telah mengabdikan seluruh hidupnya bagi keselamatan ummatnya hingga akhir zaman. Sholawat dan salam ini semoga Allah curah limpahkan juga kepada keluarga, sahabat dan ummat beliau seluruhnya, termasuk kita dan keluarga kita. Aamiin ya Allah ya Robbal alamiin.


Hadirin sidang Iedul Adha yang berbahagia, Takbir yang keluar dari hati yang ikhlas dilandasi oleh tawadlu dan kepatuhan total kepada Allah menggema menggetarkan Nurani dan mengokohkan jiwa pelantunnya dan jiwa-jiwa ikhlas yang mendengarkannya. Pengaruh hebat ini adalah hasil dari latihan panjang untuk membina taqorrub dan dan kepasarahan total
dalam menjalani hidup. Inilah inti dari pelajaran yang Allah berikan kepada para kekasih-Nya di kalangan manusia, yakni para rosul, para nabi, para siddiqiin, para suhada, dan solihiin. Itulah yang diajarkan kepada Nabi Nuh As, ketika Allah menyuruhnya membuat kapal raksasa, dan kepada Nabi Musa As ketika Allah menyuruhnya memukulkan tongkatnya ke Laut Merah, dan kepada Nabi Ibrohim As ketika menyuruhnya menyembelih Nabi Ismail As. Selamatnya Nabi Nuh As dengan orang-orang yang beriman, bukan karena kapal yang mereka tumpangi, melainkan hakikatnya karena kepatuhan dan kepasrahan total mereka kepada perintah Allah Azza Wajalla. Terbelahnya Laut Merah bukan karena tongkat Nabi Musa As, melainkan karena kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah Swt. Begitu pun dengan kemuliaan Nabi Ibrohim dan Nabi Ismail sehingga pengorbanan mereka diabadikan Allah dalam Al Qur-an dan dijadikan syariat hingga akhir zaman ajuga karena kepatuhan dan kepasrahan mereka kepada Allah Swt.


Mudahkah mereka menjalani latihan untuk menggapai kepatuhan dan kepasrahan total seperti itu? Jawabnya tentu tidak. Mari kita lihat bagaimana Nabi Ibrohim As dididik dan diuji oleh Allah untuk sampai pada keislaman yang sempurna (haifan musliman). Seperti yang termaktub di dalam Al Qur-an, kerisauannya akan penerus estafeta ajaran tauhid yang dia pegang teguh mendorong Nabiullah Ibrohim untuk terus berdoa dengan sabar agar Allah memberinya seorang anak. Doa suci tersebut Allah abadikan dalam Al Qur-an, Surah Ash Shafaat Ayat 100.

رب هبل من الصالح ري
Artinya: “Wahai Tuhanku, anugerahkanlah kepada hamba anak
yang sholih”


Doa ini terus beliau panjatkan meskipun beliau tahu bahwa Siti Sarah, isterinya, mandul. Diulang, diulang dan diulang lagi dengan penuh kesabaran dan kesantunan. Betapa pun panjangnya penantian, atau tebalnya kemusykilan, namun Nabi Ibrohim As tidak pernah putus harapan. Akhirnya, melalui pernikahan beliau dengan Siti Hajar, Allah menganugerahkan seorang ghulamun haliim (seorang anak yang lembut lagi penyayang). Kelahiran Ismail membangkitkan kegembiraan alami seorang suami sekaligus ayah bagi bayi mungil yang telah lama dirindukannya itu.


Lebih-lebih lagi, kelahirannya telah menumbuhkan optimisme bagi keberlangsungan estafeta ajaran tauhid yang Allah telah ajarkan kepadanya sehingga bisa sampai kepada seluruh galur keturunannya. Sebagai seorang manusia, sulit dicari bandingan kebahagiaan Nabi Ibrohim dengan kelahiran Ismail yang mempesona ini. Tetapi Allah menginginkan Nabi Ibrohim beroleh keluhuran status yang lebih tinggi di dunia ini dan di akhirat kelak. Untuk menguji kepatuhan dan kepasrahan totalnya, Allah
memerintahkan agar Ismail yang masih bayi ini bersama ibunya ditinggalkan di sebuah lembah yang tandus tanpa tanda kehidupan sama sekali (Bi waadin dzi ghoiri zar’in). Pemahaman Nabi Ibrohim akan hakikat tauhid dan kemahakuasaan Allah kini serta kepatuhan dan kepasrahan totalnya telah mendorongnya untuk mentaati perintah Allah ini. Sebagai mujtahid tauhid terhebat, Nabi Ibrohim tidak sedikit pun ragu bahwa Allah adalah penggenggam segala kehidupan. Dengan qudrat dan iradat-Nya, bahkan lembah tandus yang tiada berpenghuni dan tiada bertumbuhan pun bisa mendukung kehidupan anak bayi dan isterinya yang harus dia tinggalkan sendirian. Keyakinannya kepada Allah telah melahirkan episode-episode baru dalam kehidupan keruhaniannya dan menjadi dasar keberagamaan ummat manusia hingga akhir zaman. Keyakinannya telah
membawa kemuliaan bagi dirinya, bagi Ismail anaknya, dan bagi Siti Hajjar isterinya, bahkan bagi penduduk Makkah al Mukarromah serta semua dhuyufullah yang berkunjung ke sana hingga hari kiamat tiba kelak.
Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahil Hamdu,

Hadirin Sidang Iedul Adha yang Berbahagia, Kegembiraan besar datang kembali dalam hati Nabi Ibrohim As ketika Allah mengizinkannya mengunjungi anaknya di Makkah. Betapa melambungnya hati Nabi Ibrohim melihat anaknya tumbuh menjadi pemuda yang tampan lagi sholih. Boleh jadi kegembiraan menatap anak dengan kekaguman akan keshalihan seperti ini tidak pernah bisa ditandingi oleh manusia mana pun di jagat raya ini bahkan sepanjang sejarah kemanusiaan. Tetapi Allah menginginkan Nabi Ibrohim menapaki anak tangga selanjutnya dalam keluhuran kemuliaan manusia. Allah wahyukan perintahnya untuk menyembelih Ismail. Manusia biasa tidak akan pernah sanggup melakukan tindakan ini. Tetapi Nabi Ibrohim adalah manusia yang begitu dekat dengan Allah sehingga beliau dapat mengenali dan membedakan wahyu dengan mimpi yang merupakan bunga tidur semata. Dengan bijaksana, dia
menyampaikan wahyu ini kepada Ismail:
قال يا بب ان ارئ ف المنام ان اذبحك فانظر ماذا ترئ
Berkatalah Ibrohim: “Wahai anakku, aku melihat dalam mimpiku aku menyembelihmu. Bagaimana pendapatmu?” (Q. S. As Shaffat: 102). Nabi Ismail a.s. bukan pemuda sembarangan, dia paham bahwa ayahandanya bukanlah manusia dengan kualitas rata-rata.Dengan bijak dia menjawab:
قال يا ابت افعل ما توءمر ستجد ن انساء الله من الصابرين
“Menjawablah (Ismail): Wahai Ayahanda, lakukanlah apa yang Allah perintahkan. Insya Allah engkau temukan aku seorang yang bersabar.” (Q.S.: Ash-Shaaffat: 102).
Kedua manusia istimewa ini bersandar sepenuhnya kepada perintah Allah. Dengan segala keikhlasan keduanya mempersiapkan semua keperluan penyembelihan Ismail a.s. Dan ketika keikhlasannya telah sampai pada puncaknya, Ismail telah dibaringkan dan pisau sudah menempel di lehernya, Allah Yang Mahakasih menganggap apa yang mereka lakukan telah sampai kepada titik tertinggi dari kepasrahan total hamba kepada Al
Kholiq.
فلما اسلما وتله للجب ري. وناديبه ان باابراهيم. قد صدقت الرءيا انا كذلك نجز
المحسن ري
Artinya: “Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan kami seru dia “Wahai Ibrahim”. Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik” (Ash Shaaffaat 103-105).

Inilah esensi ibadah qurban, yakni keislaman atau kepasrahan total kepada kehendak Allah. Pengorbanan tertinggi dua orang manusia ini dan pengorbanan keluarga Nabi Ibrohim a.s secara keseluruhan telah menyebabkan Allah ridla dan mengabadikan pengorbanan dan perjuangan mereka menjadi ritual yang dilakukan kaum sholihin sepanjang masa hingga hari kiamat kelak, terutama dalam rangkaian ibadah haji dan umrah.

Signifikansi kepasrahan total ini dalam kehidupan manusia telah pula dicontohkan oleh Nabi Ibrohim, Ismail, Ishak, Ya’qub dan seterusnya hingga sampai kepada Nabi kita Muhammad Saw. Dari kisah-kisah mereka kita ditunjukajari bahwa manusia-manusia dengan kepasrahan total ini hidup dalam kedamaian, produktif, dan kontributif terhadap kesejahteraan manusia, baik yang ada di sekelilingnya maupun yang jauh jarak dan waktunya. Inilah shirotol mustaqiem. Shirotol ladzina an’amta alaihim ghoiril magdhubi alaihim waladldlolien.

Sempurnanya pemahaman Nabi Ibrohim tentang tingginya nilai kepasrahan total telah mendorongnya untuk bersungguhsungguh berdoa agar anak turunannya dijadikan Allah kaum muslimin (orang-orang yang pasrah total kepada Allah).

ربنا واجعلنا مسلم ري لك ومن ذريتنا امة مسلمة لك
Artinya: “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau.” (Q.S. Al Baqoroh: 128). Dan
ربنا وابعث فيهم رسول منهم يتلوا عليهم ايتك ويعلمهم الكتب والحكمت
ويزكيهم
Artinya: “Wahai Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah), serta mensucikan mereka (Q.S. Al Baqoroh: 128).
Bahkan beliau pun berdoa tentang kesejahteraan keturunannya secara eksplisit:
رب اجعل هذا بلدا امنا وازق اهله من اثمرات من امن بالله وليوم الخر
Artinya: Wahai Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman
sentosa, dan berikanlah rezeki dari buah-buahan kepada
penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan
hari kemudian (Q.S. Al Baqarah: 126)
Begitulah kesungguhan dan risau serta pandangan ke masa depan
Nabi Ibrohim As bagi kesejahteraan, kemuliaan, dan keselamatan
dirinya, keluarganya dan generasi-generasi yang datang
setelahnya. Itulah sebabnya beliau dikenal sebagai salah satu rosul
ulul azmi dan bergelar Aba Dien, yang menjadi tonggak ajaran
Allah tentang Islam sepanjang zaman.
Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar walillaahil hamdu,
Hadirin Sidang Ied yang Berbahagia,
Sengaja Allah mengabadikan kisah Nabi Ibrohim dan Nabi Ismail
As ini dalam Al Qur-anul Kariim agar generasi selanjutnya,
termasuk kita beroleh pelajaran. Banyak sekali pelajaran yang
dapat kita petik dari kehidupan keluarga Nabi Ibrohim As ini,
antara lain keharusan berusaha untuk mencapai keyakinan yang
benar, menahan derita demi mempertahankan iman dan
mencapai islam, memaksimalkan ikhtiar dan doa, menjadi pelayan
bagi ummat, dan mendidik anak melalui teladan yang baik. Pantas
jika Allah memujinya dengan ungkapan:
Sungguh telah tersedia bagi kalian teladan yang
baik dari Ibrohim dan orang-orang yang
bersamanya (Q. S. Almumtahanah: 4).
Dalam konteks kehidupan kita di zaman ini, uswah yang beliau
berikan merupakan pedoman dalam mengarungi samudera
kehidupan yang tengah dilanda pandemi Covid 19. Pelajaran dari
Nabi Ibrohim dan keluarganya serta para nabi yang lain adalah
musibah yang menimpa dan ujian yang diberikan jangan membuat
kita resah, susah hati, dan putus asa. Jalani dengan ikhtiar yang
diajarkan baik kepada pribadi kita maupun kepada para ahli yang
ada di sekitar kita serta tawakkal kepada Allah Robbul Izzati. Nabi
Nuh As berikhtiar da’wah siang-malam, sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan, serta membuat kapal raksasa atas perintah
Allah. Ikhtiar Nabi Musa As meliputi kegiatan bersungguh-sungguh
mengenal Allah, berda’wah kepada kaumnya, beeda’wah kepada
penguasa, dan memimpin kaumnya untuk hijrah. Ikhtiar Nabi
Ibrohim adalah da’wah kepada kaumnya and penguasa serta
ayahnya, menghancurkan berhala, membangun fondasi ka’bah,
dan membangun estafeta penyebaran ajaran tauhid. Alih-alih
resah, susah hati dan putus asa, mari kita lakukan ikhtiar untuk
bertahan, membenahi seluruh aspek kehidupan ummat, baik dari
segi kesehatan, ekonomi, pendidikan, dan aspek-aspek lain yang
terdampak pandemi ini. Tegakkan kedamaian pada diri dan
keluarga kita, berbuatlah untuk memelihara diri dan keluarga dari
kesulitan dan kemudaratan, dan bantulan sesama agar mereka
terjauh dari kesulitan dan kemelaratan.
بارك الله ل ولكم ف القران العظيم ونفعب واياكم بما فيه من اليت وذكر
الحكيم .وتقبل مب ومنكم تلاوته انه هو السميع العل
KHUTBAH KEDUA
الله اكب )(x٧
الله اكب كب ربا والحمد لله كث ربا وسبحان الله بكرة واصيلا ل اله ال الله الله اكب
الله اكب ولله الحمد
الحمد لله الذي جعل هذا اليوم يوم النحر .ونحمده ونستعينه ونستغفره
بالسحار .اشهد ان ل اله ال الله وحده ل رشيك له واشهد ان محمدا عبده
ورسوله افضل الخلاءق والب رش .اللهم صل عل محمد وعل ال محمد كما صليت
عل ابراهيم وعل ال ابراهيم. وبارك عل محمد وعل ال محمد كما باركت عل
ابراهيم وعل ال ابرا هيم ف العلم ري انك حميد مجيد .ياايهاالحاضون اتق الله
حق تقاته ول تموتن ال وانتم مسلمون .وقال تعل ف كتبه الكريم اعوذ بالله من
الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم انا اعطينك الكوثر .فصل لربك
وانحر. وقال ايضا ف اية الخرئ فكلوا منها واطعموا القانع والمعب. وقال النب
صل الله عليه وسلم ل يوء من احدكم حب يحب لخيه ما يحب لنفسه وقال
ايضا ف حديث الخرئ ل يورد ممرض عل المصح .اما بعد
Allahu Akbar 3x
Allahu Akbar Kabiiro Walhamdulillahi Katsiiro Wa Subhanallahi
Bukrotaw Waasiila
Laa Ilaha Illallahu Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahil Hamdu
Hadirin Sidang Iedul Adha yang Berbahagia
Iedul Adha tahun ini sangat istimewa, karena kita merayakannya
dalam suasana ujian tingkat tinggi bagi kesabaran kita. Sebagian
kita harus kehilangan pekerjaan, kehilangan bisnis, kehilangan
orang tua, kerabat dan sanak famili. Suatu yang sangat menggedor
kedamaian hati dan ketenangan jiwa. Setiap hari kita mendengar
ribuan orang positif terkena Covid 19 di negeri kita, dan ratusan
ribu pada tingkat internasional. Bahkan ancaman gelombang
kedua (second wave) mulai menyerang beberapa negara. Sendisendi pertahanan medikal kita telah makin kewalahan, semakin
kehilangan tenaga dan semakin rentan terhadap penularan.
Ribuan tenaga kesehatan mulai berjatuhan menjadi korban. Hidup
semakin menakutkan, apalagi setelah orang-orang awam gagal
paham akan arti konsep new normal dan merasa bebas
berkerumun tanpa mempedulikan protokol kesehatan yang
memadai.
Kita mungkin tidak pernah membayangkan sebelumnya jika
semua ini akan terjadi. Paling tidak kita tidak menyangka akan
secepat dan sedahsyat ini. Kita tidak menyangka Allah dengan
kuasanya mengizinkan mikroorganisme atau makhluk yang sangat
kecil dan tidak kasat mata untuk memutus ‘kelezatan’ yang selama
ini kita nikmati saat kita makan bersama keluarga dan handai
taulan di restoran, berwisata bersama kawan atau tetangga,
berjalan-jalan di keramaian, dan bahkan kelezatan berhajji dan
umroh di tanah suci. Kita tidak pernah membayangkan bagaimana
industri penerbangan yang asalnya terjadwal sangat ketat, kini
lumpuh; industri pariwisata sepi, mal dan pusat perbelanjaan, di
luar makanan dan minuman, harus tutup dan kehilangan lahan
usaha; serta kejadian-kejadian lain yang dahulu dianggap kokoh
kini lumpuh dan bahkan sebagian bertransformasi menjadi
sesuatu yang belum tentu masih bisa kita genggam dan mungkin
tidak akan Kembali seperti sedia kala.
Dalam keadaan seperti ini, sebagian manusia menjadi susah,
sedih, putus asa dan frustrasi akibat stress dan kesulitan hidup
yang semakin meningkat. Sebagian lain apatis dan tidak peduli
karena sudah tidak mampu berbuat apa-apa. Tetapi sebagai
pemegang millah Ibrohim yang hanif, sebagai orang yang telah
berlatih menuju kepasrahan total, kita hendaknya menjadi orang
yang tidak terganggu ketenangan, kedamaian dan ibadahnya oleh
kondisi ini. Hendaknya jiwa kita istiqomah dalam pengabdian
kepada Allah. Kita harus berserah diri kepada Allah atas segala
keputusan-Nya, seraya berkonsentrasi membantu mereka yang
mendapatkan kesulitan, penderitaan, dan masalah lantaran
pandemi ini. Kekuatan ini bersumber pada hakikat Islam, dan
hakikat qurban dalam ajaran Islam. Berislam bukanlah mengaku
beragama Islam dan ber-KTP Islam, melainkan ridlo dan menerima
keputusan Allah dan berqurban bukanlah sekedar menyembelih
hewan, melainkan ridlo dan menerima keterpisahan kita dengan
hewan dan harta yang kita qurbankan, dan lebih jauhnya ridlo dan
menerima keterpisahan dengan segala sesuatu atau dengan
seseorang, baik secara sukarela maupun dipaksa oleh takdir,
selama masa pandemi. Itulah sebabnya, Allah Swt. mengingatkan
bahwa:
لن ينال الله لهحومها ول دماءها ولكن ينله التقوئ منكم
“Tidak akan mencapai Allah daging-daging dan darah (hewan
qurban) nya, melainkan taqwamulah yang akan mencapainya.”
(Q. S. Al Hajj: 37).
Ayat ini menegaskan bahwa sesungguhnya qurban bukanlah
membagi-bagikan daging hewan atau mengalirkan darah hewan,
melainkan berniat meneguhkan ketakwaan melalui kepatuhan
dan kepasrahan total dalam mentaati Allah untuk menyembelih
hewan qurban, memakan dagingnya dan membagi-bagikannya
kepada orang lain, baik yang bersifat qonaah (merasa cukup
dengan apa yang ada) maupun orang yang meminta. Selain
menyembelih hewan qurban, lakukanlah pengorbanan dengan
‘menyembelih’ hawa nafsu untuk berlaku congkak meremehkan
bahaya Covid 19 agar masyarakat tidak mendapat madlorot
lantaran kelalaian kita. Dalam perspektif ini, kita bisa
menggunakan hadits Rosulullah Saw berikut untuk mengingatkan
diri kita masing-masing. Rosulullah Saw. bersabda:
المسلم من سلم المسلمون من لسانه ويده
Mafhumnya: “Seorang muslim adalah orang yang mnyelamatkan
kaum muslimin dari (kejahatan) lisan dan tangannya sendiri.”
Bahkan lebih mendalam dan mendasar lagi, Rosulullah bersabda:
ل يوء من احدكم حب يحب لخيه ما يحب لنفسه
Mafhumnya: Tidaklah beriman seseorang sebelum mencintai
saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri. Oleh karena itu,
untuk menyempurnakan ketaatan kita kepada Allah dan
Rosulullah, marilah kita tingkatkan taqwa dan tawadlu dengan
melakukan protocol Kesehatan semampu kita untuk menjaga
jangan sampai ada saudara kita yang tertular akibat kecorobohan
kita baik kecerobohan lisan dan tulisan (misalnya dengan
menyebar hoax), maupun kecerobohan tangan kita (misalnya
melakukan tindakan yang membuka peluang penularan, termasuk
menandatangi kebijakan yang salah). Rosulullah memberikan
isyarat dengan sabdanya:
ل يورد ممرض عل المصح
Mafhumnya: Jangan campurkan (unta) yang sakit dengan yang
sehat.
Kita sangat mafhum, bahwa sejumlah virus bersumber pada
hewan dan memiliki mekanisme penularan seperti mekanisme
penularan antarhewan. Oleh karena itu, bisa kita ambil pelajaran
dari isyarat Rosulullah ini untuk kita sungguh-sungguh menjada
physical distancing tanpa harus melakukan social distancing. Kita
berjauhan fisik, tetapi tetap dekat di hati. Dalam konteks serupa,
Rosulullah juga mengisyaratkan untuk menjaga diri dari serangan
penyakit menular.
فرا من المجدوم فرارك من السد
Mafhumnya: “Larilah kamu dari penyakit kusta (menular) seperti
kamu lari dari singa.”
Allahu Akbar 3x
Allahu Akbar Kabiiro Walhamdulillahi Katsiiro Wa Subhanallahi
Bukrotaw Waasiila
Laa Ilaha Illallahu Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahil Hamdu
Marilah kita tundukkan wajah, sambungkan hati, dan khusyu
berkonsentrasi kepada Allah. Kita akan memanjatkan doa agar
Allah menjadikan diri kita, anak dan isteri kita, kerabat dan
handai tolan kita, serta semua kaum muslimin dan muslimat,
mukminin dan mukminat dihidupkan dalam Islam, dalam
kepatuhan dan kepasrahan total kepada Allah, diberi kesehatan,
dan dijauhkan serta diselamatkan dari penularan Covid 19 dan
penyakit-penyakit lainnya.
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم ، بسم الله الرحمن الرحيم ، الحمد لله رب
العلم ري ، حمدا يوف نعمه ويكفء مزيده ، يا ربنا لك الحمد ولك الشكر كما
ينبغ لجلال وجهك الكريم وعظيم سلطنك ، اللهم انت ربنا لاله ال انت خلقتنا
، ونحن عبدك ونحن عل عهدك ووعدك ماستطعنا ، نعوذ بك من رش ماصنعنا
،نبوء لك بنعمتك علينا ونبوء لك بدنبنا فاغفرلنا انه ل يغفر الذنوب ال انت
اللهم ادفع عناالغلاء والبلاء والوباء والفخشاء والمنكر والسيوف المختلفة
والشداد والمحن ما ظهر منها و ما بظن من بلدنا هذا اندوسياخاصة ومن بلدن
المسلم ري عامة انك عل كل رشء قدير، ربنا افرغ ععليا صبا وثبت اقدنا فانصرنا
عل القومالكافرين ربنا هب لنا من ازوجنا وذريتنا قرة اعيون واجعلنا للمتق ري
اماما، ربنا اتنا من لدنك رحمة وهء لنا من امرنا رشدا .ربنا اتنا ف الدنيا حسنة و
ف الخرة حسنة وقنا عذاب النار. وصل الله عل محمد وعل اله و صحبه
اجمع ري .وسبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام عل المرسل ري والحمد لله
رب العلم ري
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته