PAUD Harus Memadukan Kearifan Lokal dengan Dunia Global

1

Bandung, UPI

Pendidikan anak usia dini sekarang terletak di dunia hybird, sebuah dunia di mana kearifan lokal bertemu dengan pengetahuan global, dunia Timur berinteraksi dengan dunia Barat, dan pendekatan yang tradisional bersinggungan dengan pendekatan modern. Hal tersebut menimbulkan keberagaman dan kompleksitas dalam praktik pendidikannya.

Persoalan tersebut terungkap dalam International Seminar “Negotiating Practice of Early Childhood Education”, Senin (18/11/2014), di Gedung Ahmad Sanusi, Kampus UPI Bumi Siliwangi Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Konferensi ini berlangsung hingga Selasa 19 November 2014.

Melihat hal tersebut, Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd., mengatakan, Pendidikan anak usia dini berada dalam posisi yang amat kritikal. Dari perspektif global persoalan negotiating practice diharapkan mampu menghadapi keragaman praktek pendidikan anak usia dini untuk mencari solusi, mengokohkan perilaku, serta memungkinkan para peseta didik mempunyai sifat tangguh.2

“Terselenggaranya konferensi ini sangat penting, diharapkan dapat membuka ruang untuk saling sharing pengalaman dan bertukar konsep dari masing-masing negara. Negotiating practice terjadi karena adanya ketidakpastian, untuk itu persoalan ini harus menjadi perhatian para pakar, para ahli yang mempunyai kepiawaian terhadap persoalan tersebut,” ujarnya.

Hal serupa diungkapkan oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Prof. Dr. H. Ahman, M.Pd., dikatakannya,”Negotiating Practice terjadi karena adanya keberagam jenis pendidikan anak usia dini atau PAUD, maka harus adanya kesamaan hal ini mengacu pada Permendikbud 60. Perbedaan karena ada tuntutan dari para penyelenggara yang didasarkan atas kebutuhan masing-masing wilayah.”

Ditanyakan mengenai kegiatan ini, Prof. Ahman mengatakan bahwa konferensi ini diselenggarakan untuk untuk yang ke-2 kalinya untuk mengakomodir keberagaman dan perbedaan tersebut diatas. Para pembicara yang dihadirkan seluruhnya hasil negosiasi dan atas biaya sendiri. Ini merupakan rintisan konferensi bersama untuk membuat jurnal ilmiah bersama. Untuk memayungi kegiatan ini, maka dijajaki melalui sebuah MoU dengan Lancaster University, Inggris.3

Dalam laporannya, Vina Andriany, Ph.D., mengatakan, pendidikan anak usia dini sekarang terletak di dunia hybird. Dunia hybrid yang dimaksud adalah adanya pertemuan dunia barat dan timur sehingga terjadi pencampuran nilai-nilai. Melalui konferensi ini, kita menginginkan tidak terjadi konflik atas keberagaman tersebut, tapi ada negosiasi, mencari titik temu, sehingga adanya pemahaman.

“Pentingnya pendidikan anak usia dini karena memiliki dampak longitudinal, dampaknya akan terasa di masa depan. Anak-anak merupakan aset suatu bangsa, oleh karena itu kita harus mempersiapkan potensi akademik dengan baik melalui PAUD,” terangnya.

Hadir sebagai Keynote Speakers diantaranya Dirjen PAUDNI Hamid Muhammad, Ph.D., Assoc Prof. Departemen Pendidikan Lancaster University, Inggris Dr. Jo warin, Gothenburg University, Swedia Dr. Anette Hellman, Assoc Prof. Departemen Pendidikan Anak Usia Dini Hua-Shih College of Education, National Dong Hwa University, Taiwan Dr. Hui-Hua, Chen, kemudian dari Flinders University, Australia sertadari University of malaya, Malaysia Dr. Diana Baranovich. (Dodiangga)