Pelatihan Membaca Buku Teks Multimoda bagi Guru Penggerak di Provinsi Bali

Komunikasi dewasa ini menjadi semakin rumit seiring dengan berkembang pesatnya Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pesan yang dulunya disampaikan melalui moda yang lebih sederhana, kini menjadi kian kompleks dengan hadirnya beragam pilihan moda yang dapat digunakan. Cerita yang dahulu disampaikan melalui moda lisan (verbal) saja, sebagai contohnya, kini banyak hadir dalam kombinasi moda yang lebih beragam, yang dapat melibatkan gambar, teks, dan yang muncul dalam bentuk buku cerita, komik,novel, film, animasi hingga ragam tayangan multimoda yang muncul di berbagai platform media sosial.

Pemahaman dan keterampilan untuk memaknai beragam teks multimoda ini ternyata tidak hanya dibutuhkan oleh khalayak umum, tetapi juga diperlukan secara nyata oleh mereka yang bergerak dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu, dalam rangka turut meningkatkan kemampuan guru Bahasa Inggris dalam memahami buku teks multimoda yang digunakan dalam pembelajaran di kelas, tim program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) berbasis Kepakaran Bidang Ilmu dari Prodi Bahasa dan Sastra Inggris yang diketuai oleh Dr. Budi Hermawan, M.P.C. beserta anggota tim yang terdiri atas Isti Siti Saleha Gandana, M.Ed. Ph.D., Riesky, M.Ed., Ernie D. A. Imperiani, M.Ed., Ayu Fitri Kusumaningrum, M.A., dan Susi Septaviana, M.Pd., Ph.D., melaksanakan kegiatan pelatihan membaca buku teks multimoda di bawah payung pelatihan penguatan literasi bagi guru penggerak di Provinsi Bali.

Kegiatan ini dilaksanakan dalam dua tahap. Tahap pertama merupakan pelatihan secara luring di mana 20 guru penggerak Bahasa Inggris di provinsi Bali mendapatkan pelatihan secara langsung terkait konsep dasar multimodalitas, contoh dan karakteristiknya, beserta alasan mengapa kemampuan memaknai teks multimoda penting dalam konteks pembelajaran.

Sesi ini dilaksanakan di Auditorium BGP Denpasar Bali, pada tanggal 28 Juni 2024. Ketua tim program PkM ini, Dr. Budi Hermawan, M.P.C. menggarisbawahi bahwa “Untuk dapat menangkap makna secara lebih utuh, pembacaan terhadap buku teks multimoda perlu dilakukan dengan cara yang tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip yang dapat dipertanggungjawabkan.” Lebih lanjut dia mengatakan bahwa “Keterampilan membaca teks multimoda menjadi penting karena secara eksplisit diamanatkan dalam capaian pembelajaran pada kurikulum nasional pelajaran Bahasa Inggris.” Oleh karena itu, para guru sudah sepatutnya memiliki kemampuan dan keterampilan untuk dapat mengungkap makna yang terkandung dalam beragam teks pembelajaran yang terdiri atas kombinasi beragam moda tertentu.

Penguatan dan motivasi turut pula disampaikan oleh Kepala BGP Provinsi Bali, Dr I Wayan Surata, M.Pd.  Dia menegaskan bahwa kunci keberhasilan guru dalam mengajar adalah kompetensi yang dimilikinya. Apabila para siswa diajar oleh guru yang berkompetensi tinggi, maka peluang mereka untuk bisa berkembang pesat pun akan sangat terbuka. BGP Bali, sambungnya, akan mendukung bentuk kerja sama apa pun yang dapat memberikan manfaat yang memang dapat berkontribusi terhadap pengembangan keterampilan guru yang berada di wilayahnya.

Pada tahap pertama ini, di sesi luring tatap muka langsung, para guru mendapatkan pemaparan materi mengenai apa itu teks multimoda, jenis-jenis teks multimoda, dan mengapa keterampilan membaca teks multimoda itu penting. Berdasarkan hasil evaluasi awal, pengetahuan para guru terhadap teks multimoda dan cara memaknainya masih terbilang basic. Pada kesempatan ini, pelatihan diberikan agar para guru penggerak tersebut mendapatkan penguatan terhadap pemahaman dasar mereka sekaligus memahami alasan kuat mengapa keterampilan ini menjadi sangat diperlukan untuk pembelajaran.

Para guru nampak sangat antusias mengikuti program pelatihan ini bahkan beberapa pertanyaan pun muncul terkait permasalahan dalam memaknai teks multimoda yang selama ini sebetulnya sering digunakan dalam pembelajaran di kelas.

Pada tahap kedua yang dilaksanakan secara daring melalui Zoom meeting pada tanggal 7 Juli 2024, para peserta mendapatkan materi pelatihan mengenai dua moda utama dalam teks multimoda  (dengan fokus pada moda verbal dan visual) beserta cara pembacaannya. Di sesi inilah para guru dapat mempraktikkan prinsip-prinsip penting dalam membaca buku teks multimoda melalui kegiatan terbimbing.

Di sesi ini pemaparan difokuskan pada bagaimana teks multimoda dengan memahami konsep “intersemiosis” dari moda yang terlibat dalam teks. Untuk dapat membongkar makna dari kombinasi moda tersebut, peserta pelatihan dipandu untuk melakukannya melalui upaya menjawab serangkaian guiding questions yang kemudian akan mengarahkan mereka untuk dapat memahami elemen penting yang kemudian berperan dalam pembentukan makna. Dari tahapan ini mereka kemudian belajar untuk melakukan sintesis terhadap hasil pemaknaan dua moda (verbal dan visual) yang telah dipelajari.

Tak jauh berbeda dengan sesi pertama yang dilakukan secara luring di Bali, di sesi daring melalui Zoom meeting pun antusiasme dan keingintahuan guru terlihat cukup tinggi. Komentar dan pertanyaan yang disampaikan guru cukup bersifat kritis dan umumnya sangat teknis karena dihubungkan dengan kondisi mengajar mereka di lapangan. Pertanyaan berkaitan dengan bagaimana apabila perangkat audio-visual sekolah tidak menunjang, hingga pengamatan para guru terhadap kondisi anak SMP dewasa ini yang memang relatif tergolong generasi digital native pun turut mewarnai jalannya tanya jawab dan diskusi aktif yang terjadi selama pelatihan ini.

Sebagai bentuk evaluasi, guru pun diberikan penugasan mandiri terstruktur untuk mencoba membuat contoh teks multimoda berbentuk poster, dengan tema anti bullying. Mereka diarahkan untuk mencoba memadupadankan moda verbal dan visual dengan komposisi dan modifikasi yang pas untuk menghasilkan makna dan pesan yang diharapkan.

Kegiatan seperti ini, walaupun dalam cakupan yang tidak terlalu besar, diharapkan mampu memberikan manfaat bagi pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru terkait membaca buku teks multimoda. Kerja sama yang dilakukan dengan Balai Guru Penggerak Provinsi Bali semoga dapat pula dikembangkan dan diperluas dengan jaringan guru lainya di Indonesia.

Oleh:  Riesky dan Ernie D. A. Imperiani