Pementasan “Ya Mah” Teater Cagur Pecah

Tasikmalaya, UPI

Suara musik beraliran dangdut mulai terdengar merdu di samping panggung, terdengar gimmick lagu yang unik yang menceritakan tokoh UU yang ingin mewujudkan mimpinya namun terhalang restu keluarga, musik itu berhasil menghipnotis penonton ketika mendengar liriknya. Pementasan “Ya Mah” mencoba menceritakan mengenai sosok UU yang memiliki keinginan yang kuat untuk masuk jurusan sejarah. namun, dihalangi oleh keluarganya yang tidak menyetujui mimpinya itu. UU mengunci diri dalam kamar dan mogok makan. tidak sampai disitu, konflik yang terjadi semakin runyam ketika sang ayah mengeluarkan pistol. sang pembantu, mencari solusi untuk menawarkan solusi untuk memanggil dukun karena kondisi UU semakin parah dan hanya mampu mengucapkan kata “Ya Mah” setelah didongengkan oleh sang Ibu.

Itulah penggalan naskah drama yang berjudul “Ya Mah” yang dipentaskan oleh Teater Cagur UPI Kampus Tasikmalaya. Pementasan kali ini, Teater Cagur mengusung tema realis dengan menyajikan pementasan berjudul “Ya Mah” yakni adaptasi naskah karya Arifin C. Noer yang berjudul “AA II UU”.

Pementasan yang dihadiri oleh Direktur UPI Tasikmalaya, Dr. Nandang Rusmana, M. Pd, pembina kemahasiswaan, Lutfi Nur, M. Pd, Mahasiswa Tasikmalaya, Seniman Tasikmalaya, Seniman Ciamis, Para siswa SMA dan SMP Tasikmalaya dan keluarga dari anggota Teater Cagur ini berlangsung pada tanggal 24 dan 25 Desember 2017 di Aula UPI Tasikmalaya dan di Gedung Kesenian Tasikmalaya, tanggal 1 Desember 2017.

Pementasan kali ini, mengusung tagline “Demi masa depan dan perdamaian” diprakasai oleh mahasiswa PGSD dan PGPAUD UPI Tasikmalaya yang tergabung dalam UKM Teater Cagur. tidak lupa, sutradara dari pementasan ini merupakan mahasiswa tingkat akhir UPI Tasikmalaya yakni Diki Kurniawan. Serta pimpinan produksi saudari Muthia Hilfah, dan Penanggungjawab Presiden Teater Cagur 2016/2017 saudari Suciati Nur Apriyanti.
setelah melakukan pementasan reguler selama 2 kali di Aula UPI Tasikmalaya, tim “Ya Mah” bersiap-siap untuk melakukan pentas di Gedung Kesenian Tasikmalaya.

Pementasan ini membawa perasaan penonton kepada kritik sosial, dimana zaman sekarang, anak-anak tidak dibebaskan memilih oleh orangtuanya. kebanyakan mereka, salah masuk jurusan. dan tidak menyukai pilihan orang tua. naskah ini juga relevan dengan basik kita, yakni pendidikan. diharapkan, naskah ini dapat memberikan pesan yang mendalam bagi para apresiator mengenai dialog yang penuh makna seperti “kata-kata itu bukan main bahayanya! suami saya jadi korban kata-kata” atau “saya kira kita semua penuh dosa, kita harus beragama baik-baik!” dengan tata panggung yang apik dengan tema realis, tata lighting yang memuaskan, dan backsound yang membuat imajinasi tergambar, pementasan ini sukses membuat bangku apresiator merasakan berbagai emosional. tawa suka cita, marah yang menggebu, dan diakhiri dengan mimpi yang bahagia.

Apresiator berhasil dibawa dalam suasana realis dengan kuatnya dialog-dialog yang sarat akan makna, penonton merasakan pula unsur perenungan diri akan makna dari pementasan ini. “Sepanjang saya menonton teater cagur, pementasan ini merupakan pementasan yang terbaik, dari awal sampai akhir saya sangat terhibur” kata Ayung, salah satu apresiator yang merupakan seniman Tasikmalaya yang telah melakukan aktor terkenal dan telah melakukan banyak pementasan dan perlombaan di berbagai ajang.

UU bangun dari tidurnya, ia mengigau dengan gelisah, sang ibu dan ayah menghampiri UU, kemudian mereka akhirnya menyetujui kalau UU berhak mewujudkan cita-citanya. semuanya, dikembalikan kepada imajinasi penonton. Serangkaian Pementasan Pentas Akbar Teater Cagur “Ya Mah” di UPI Tasikmalaya telah dilaksanakan dengan usaha terbaik yang kami lakukan. “inilah kami, kami bukan orang seni, kami bukan seniman, tapi hanya pecinta seni. dan kami sadar kami harus jadi pelaku seni” kata Sutradara, Diki Kurniawan. (Muthia)