Pendidikan Membangun Negeri Bhineka yang Modern

NET
NET

Bandung, UPI

Republik tercinta ini digagas oleh anak muda terdidik dan tercerahkan. Pendidikan telah membukakan mata dan kesadaran mereka untuk membangun sebuah negeri Bhineka yang modern. Sebuah negara yang berakarkan adat dan budaya bangsa Nusantara, beralaskan semangat gotong royong, tapi tetap mengedepankan dan menumbuhkembangkan prinsip kesejajaran dan kesatuan sebagi sebuah negara modern.

“Pendidikan telah membukakan pintu wawasan, menyalakan cahaya pengetahuan, dan menguatkan pilar ketahanan moral. Persinggungan dengan pendidikanlah yang telah memungkinkan para perintis kemerdekaan untuk memiliki gagasan besar yang melampaui zamannya,” kata Mendikbud Anis Baswedan dalam sambutan memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) yang dibacakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd. di halaman Gedung Gymnasium UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Sabtu (2/5/2015).4

Civitas akademika UPI melaksanakan upacara memperingati Hardiknas mulai pukul 7.30 WIB di halaman Gedung Gymnasium mengenakan seragam warna cokelat dengan peci warna hitam. Sementara peserta wanita mengenakan baju warna yang sama dengan kerudung warna putih. Usai upacara, Rektor bersama civitas akademika UPI meresmikan Gedung Museum Pendidikan Nasional dan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan di depan Gedung Rektorat Villa Isola.

Menurut Anis Baswedan, gagasan dan perjuangan yang membuat Indonesia dijadikan sebagai rujukan oleh bangsa di Asia dan di Afrika. Dunia terpesona pada Indonesia, bukan saja karena keindahan alamnya, atau keramahan penduduknya, atau keagungan budayanya, tetapi juga karena deretan orang terdidiknya yang berani mengusung ide terobosan dengan ditopang pilar moral dan intelektual.

“Indonesia adalah negeri penuh berkah. Di tanah ini, setancapan ranting bisa tumbuh menjadi pohon yang rindang. Alam subur, laut melimpah, apalagi bila melihat mineral, minyak, gas, hutan dan semua deretan kekayaan alam,” ujar Baswedan.

Dikemukakan, Indonesia adalah wajah cerah khatulistiwa. Namun bangsa Indonesia harus sadar bahwa aset terbesar negeri ini bukan tambang, bukan gas, bukan minyak, bukan hutan ataupun segala macam hasil bumi. Aset terbesar bangsa ini adalah manusia Indonesia. Maka, tanggung jawab Kemdikbud sekarang adalah mengembangkan kualitas manusia Indonesia.

“Manusia yang terdidik dan tercerahkan adalah kunci kemajuan bangsa. Jangan sesekali kita mengikuti jalan berpikir kaum kolonial di masa lalu. Fokus mereka, kaum kolonial itu, adalah pada kekayaan alam saja dan tanpa peduli pada kualitas manusianya. Kaum kolonial memang datang untuk mengeruk dan menyedot isi bumi Nusantara, menguras hasil bumi Nusantara karena itu mereka peduli dan tahu persis data kekayaan alam kita, tetapi mereka tak pernah peduli dengan kualitas manusia di Nusantara,” kata Baswedan.

Kini Indonesia sudah 70 tahun merdeka, kata Baswedan. Kemerdekaan itu bukan hanya untuk menggulung kolonialisme, melainkan juga untuk menggelar kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Jangan sampai Indonesia hanya tahu tentang kekayaan alam tetapi tidak tahu kualitas manusia di negeri kita. Indonesia harus berkonsetrasi pada peningkatan dan pengembangan kualitas manusia. NKRI tidak boleh mengikuti jalan berpikir kaum kolonial yang terfokus hanya pada kekayaan alam tetapi melupakan soal kualitas manusia.

“Mari kita jawab, tahukah kita berapa jumlah sekolah, jumlah guru, jumlah siswa, jumlah perguruan tinggi di daerah kita? Tahukah kita berapa banyak anak-anak di wilayah kita yang terpaksa putus sekolah? Tahukah kita tentang kondisi guru-guru di sekolah yang mengajar anak-anak kita? Tahukah kita tentang tantangan yang dihadapi oleh kepala sekolah dan guru untuk memajukan sekolahnya?,” ujar Baswedan.

Lebih jauh lagi, berjuta jumlahnya putra-putri Indonesia yang kini telah berhasil meraih kesejahteraan. Rakyat yang telah sejahtera itu, jelas terlihat bahwa pendidikan adalah hulunya. Karena pendidikanlah maka terbuka peluang untuk hidup lebih baik. Pendidikan itu seperti tangga berjalan yang mengantarkan anak bangsa meraih kesejahteraan yang jauh lebih baik.

“Pertanyaannya, sudahkah kita menengok sejenak pada dunia pendidikan yang telah mengantarkan kita sampai pada kesejahteraan yang lebih baik? Pernahkah kita mengunjungi sekolah kita dulu? Pernahkah kita menyapa, bertanya kabar dan kondisi, serta berucap terima kasih pada guru-guru yang mendidik kita dulu? Pernahkah kita menyapa kembali dan menyampaikan terima kasih pada dosen-dosen kita?” ujar Baswedan.

“Bagi kita yang kini berkiprah di luar dunia pendidikan, mari kita luangkan perhatian. Mari ikut terlibat memajukan pendidikan. Mari kita ikut iuran untuk membuat generasi anak-anak kita bisa meraih yang jauh lebih baik dari yang berhasil diraih generasi ini. Dan, iuran paling mudah adalah kehadiran. Datangi sekolah, datangi guru, datangi anak-anak pelajar lalu terlibat untuk berbagi, untuk menginspirasi dan terlibat untuk ikut memajukan dunia pendidikan kita,” tandas Baswedan. (Wakhudin/Deny Nurahmat)