Pendidikan Nggak Sebercanda Ini

sm3t 3

Laporan : Intan Ayu Kinasih (Peserta SM3T Angkatan V, Penempatan Kabupaten Mahakam ULU, Kalimantan Timur)

Indonesia memang sudah merdeka 68 tahun lalu. Diperjuangkan oleh para pahlawan nasional. Mengupayakan supaya rakyat Indonesia terbebas dari perbudakan. Merdeka hanyalah sebuah kata Merdeka. Bahkan pemaknaan kata Merdeka itu sendiri tak banyak rakyat pahami. Namun cerita yang dihadirkan setelah merdeka tak banyak membuat tawa. Kisah “perbudakan” yang dicetak dalam buku-buku sejarah hadir kembali melalui representasi yang lebih menggores. Kisah “perbudakan” kini hadir dalam balutan pendidikan. Dimainkan dengan alur yang sangat rapi sehingga yang memainkan dibodohi oleh sutradara.

Pendidikan berarti mendidik. Memanusiakan manusia. Mencetak generasi pelurus bangsa bukan penerus bangsa. Menghasilkan kawula muda dengan bekal ilmu pengetahuan yang mampu memandirikan diri mereka sendiri. Memerdekakan kawula muda dari kebodohan dan penindasan zaman. Mengkritiskan pemikiran mereka. Ini semua das solen. Das sein-nya berbanding terbalik. Berbicara tentang pendidikan di Indonesia berarti tidak hanya di Jawa. Jauh di seberang pulau Jawa terdapat sebuah pulau bernama Kalimantan.

Kalimantan Timur Kabupaten Mahakam Ulu Kampung Laham merupakan daerah penempatan bagi kami, para guru-guru SM3T. Mengabdi di sebuah sekolah swasta milik Yayasan Katholik “Anakku Mahakam” bernama SMA Mahakam. Sebuah sekolah yang masih jauh dari kata “sadar pendidikan”. Sekolah yang berdiri sejak tahun 2006 tersebut masih seatap dengan SMP N 1 Laham. Ini artinya bangunan ruang kelas, meja kursi dan bangunan lainnya meminjam gedung dan lahan SMP N 1 Laham.

sm3t 2

Suatu pagi di tanggal 07 November 2015, anak-anak murid mengangkat batu atas perintah Kepala Sekolah melalui Waka Kesiswaan. Maka ketika “hari mengangkat batu” itu diadakan, setiap hari Jumat dan Sabtu pembelajaran ditiadakan. Anak-anak mengangkat batu dari sungai untuk pembangunan sekolah baru mereka. Ini bukan sesuatu yang membanggakan ketika anak-anak bekerja sekeras itu untuk membangun sekolah baru mereka. Justru ini adalah hal yang memprihatinkan bagi anak-anak murid.

Dari kejadian di tempat pengabdian dapat dipahami ternyata pendidikan di Indonesia itu rumit. Jika ingin memajukan dunia pendidikan maka yang pertama harus dilakukan adalah benahi dan luruskan dulu pemimpinnya. Tidak perlu mengeluarkan serentet kebijakan yang mengatasnamakan demi kemajuan dunia pendidikan di Indonesia. Kami para guru-guru SM3T disini tetap memperjuangkan hak anak-anak mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan yang memanusiakan manusia. Pendidikan yang mendidik. Sebab anak-anak datang ke sekolah untuk membuka wawasan pengetahuan bukan membelenggu pikiran “liar” mereka, bukan pula untuk dibungkam dan hanya tunduk pada perintah tak bertanggungjawab. Mereka datang untuk sekolah, bukan menjadi kuli. Mereka datang untuk menjadi cerdas.