Pengalaman Berharga Dari Para Peneliti Dunia

dd-4

Kemampuan para dosen dan peneliti Indonesia sebenarnya tidak hanya sampai mampu membuat laporan penelitian, namun juga mamaparkannya dalam kegiatan pertukaran hasil riset, seperti melalui kegiatan konferensi, seminar, simposium di tingkat internasional. Namun dibalik itu semua ada yang paling monumental agar semua karya-karya mampu menyentuh masyarakat dunia khususnya yang membutuhkan hasil berpikir, hasil eksperimen, dan hasil dari tulisan-tulisan yang memiliki pemikiran-pemikiran inovasi dan terbarukan di masa yang akan datang, itupun sangat penting bahkan sangat utama bagi semua pihak. Salah satu peluang untuk menghasilkan karya atau produk pemikiran yang mampu menembus percaturan dunia, diantaranya adalah menulis buku, menulis artikel untuk jurnal internasional. Keduanya sangat memungkinkan bagi semua pendidik, dosen, peneliti dari bangsa ini.

Untuk memperoleh keterampilan dalam menuliskan apa yang sedang kita lakukan dan mempubilikasikannya dalam bentuk produk buku dan jurnal, tentunya tidak bisa sendirian. Para penulis dan peneliti seyogyanya mampu menjalin kemitraan dengan sejumlah pihak yang mendukung untuk tercapainya tujuan tersebut. Sebagai contoh jika seorang sedang menulis buku, maka ia harus diskusi dan memiliki kenalan dengan editor dari penerbit yang berkaitan langsung dengan gaya dan karakter apa yang sedang ditulisnya. Demikian juga dengan proses menulis artikel dan mempublikasikan artikelnya melalui jurnal internasional, maka selain memiliki kemampuan meneliti, menulis artikel dan memiliki kemampuan bahasa Inggris yang baik, juga harus pandai dalam membangun relationship dengan sejumlah editor, atau pengelola jurnal internasional yang sedang banyak dikejar selama ini. Demikian juga dalam membangun dan menumbuhkan inspirasi untuk memperkaya bahan tulisan merupakan hal yang utama juga bagi seorang penulis. Sebagai contoh ketika produk riset memiliki nilai manfaat tinggi dan juga memiliki nilai jual tinggi maka penulis dan penelitinya sangat dianjurkan untuk mampu memiliki kekuatan dalam menyambungkan antara temuan ilmiah dengan kemudahan-kemudahan praktis yang biasa diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai pengguna dari temuan kita.

Ada sebuah pengalaman yang diperoleh dari seorang penulis yang sudah senior di usia yang ke-76  yaitu Dr. Nico J.G. Kaptein (Assosiate Professor). Beliau masih terus menulis, khususnya dalam bidang budaya dan bahasa, beliau adalah  salah satu dosen berprestasi dari Leiden University The Netherlands negeri kincir angin. Menurut beliau menulis sebenarnya membutuhkan banyak sumber daya yang dibutuhkan, tidak cukup dengan mengandalkan produk atau pengalaman penelitian yang ditempatkan untuk bahan menulis sebuah karya, melainkan sumber daya dari pertemanan, dari diskusi, dari seminar, lokakarya, konferensi, simposium, kajian ilmiah dan termasuk kuliah-kuliah pendalaman (sheet in), duduk di bangku kelas dalam perkuliahan mengenai ilmu yang sedang kita pelajari dan kita tulis untuk dikembangkan lebih lanjut menjadi sumber inspirasi dan perbandingan explorasi kita sebagai penulis. Selama hidupnya ia juga menambah sumber daya bahan tulisannya dari sejumlah kunjungan dan wawancara dengan tokoh-tokoh penting mengenai apa yang sedang ia tulis dalam bukunya. Sebagai contoh ia banyak berkunjung ke organisasi-organisasi sosial dan keagamaan serta budaya di Indonesia seperti NU, Muhamadiyah, Islam Jawi dan yang lainnya. Demikian juga wawancara dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat serta adat dan budaya Sunda, Jawa, Bugis, Papua, Batak dan sejumlah budaya lain di Indonesia. Dengan sejumlah pendalaman dan “belanja inspirasi” tersebut maka banyak buku yang sudah dipublikasikannya dan memiliki standar internasional, sehingga menjadi rujukan pihak lain yang sama-sama menekuni bidang serupa atau sebagai supplement bagi penulis lain yang relevan.

Dari fenomena best practices tersebut maka ketika kita sedang melakukan penelitian maka strategi untuk mampu mengembangkan bagian pembahasan menjadi hal utama jika produk penelitian akan dijadikan sebuah buku. Dapat penulis lihat dari sejumlah peneliti dari universitas ternama di dunia selalu melakukan pendekatan tersebut. Sebagai contoh yang diungkapkan oleh DR. Willem Vogelsang (2016) seorang peneliti Deputy Director dari IIAS ( International Institute for Asia Studies)  yang berkantor di Leiden University dalam kesempatan diskusinya dengan penulis menyampaikan tentang bagiamana agar penelitian yang dilakukan itu bagus. Menurutnya bahwa penelitian akan bagus, jika kita memang menyenangi penelitian itu sendiri serta menguasai masalah atau bahan-bahan yang sedang ia teliti. Dengan demikian ketika akan mengembangkan bagaimana penelitiannya supaya berhasil guna dan memperoleh produk yang betul-betul dinantikan oleh masyarakat maka kita harus menguasai dan menyenangi tentang apa yang sedang kita teliti. Sebagai contoh ketika dirinya sedang penelitian dalam bidang yang selama ini ia geluti, maka ia merasa bahwa penelitian ini harus disenangi dan dikuasai sehingga dari beberapa penelitian dalam bidang Budaya dan Bahasa ini ia sudah mampu menerbitkan publikasi dalam bentuk buku dan jurnal yang cukup banyak selama ini.  Hingga sekarang pada tahun ini (2016), ia sedang memimpin lembaga yang ia dirikan sendiri yaitu IIAS. Melalui lembaga tersebut dirinya telah mampu melakukan sejumlah riset bagi individu maupun dalam bentuk tim dan bahkan dengan dukungan funding dari mitra organisasi dan universitas dunia yang cukup ternama. Ada sejumlah lembaga donor pembiayaan penelitian yang pernah menjadi mitranya seperti, UNESCO, ILO, AUSAID, USAID, HSF, SAVE the Children,  IDB, World Bank, dan lembaga funding lainnya.

dd-6

Dari apa yang dipaparkan oleh kedua peneliti dan penulis buku besar di atas maka UPI dalam hal ini melalui delegasi yang berkunjung ke Leiden University ini mencoba untuk menyampaikan prosfectus tentang keunggulan dan kekuatan dari UPI dengan motto “Leading and Outstanding” untuk dapat menjalin kerjasama riset bersama dengan IIAS maupun dengan Leiden University itu sendiri. Pada kesempatan yang sama draft naskah MoU yang sudah dipersiapkan oleh penulis telah ikut pula dibahas pada pertemuan tersebut. Sebagai contoh setelah dikaji bersama pada saat itu pihak IIAS menawarakan kajian riset tentang Culture and Herritage, yang kebetulan pada perkembangan terkini UPI sedang dan sudah memiliki bentuk miniature dari Heritage yang selama ini membutuhkan sentuhan untuk bisa lebih dikembangkan dimasa mendatang. IIAS sangat tertarik untuk meneliti secara lebih luas dan mendalam mengenai budaya Sunda dan peran dari UPI untuk mengawal perkembangan dan sosialisasi Bahasa  Sunda sehingga dapat dipelajari dan berkembang menjadi Bahasa-bahasa pemerkaya kekayaan budaya dunia dari jaman ke jaman.

Menurut hemat penulis jika ditelaah dari fenomena, perjalanan best practices dari kedua tokoh di atas serta peluang-peluang melakukan kerjasama yang dimaksud, maka penulis akan mencoba memulai untuk melangkah lebih jauh dalam bentuk kebersamaan membangun tim peneliti internal UPI. Selanjutnya aspek penting juga adalah menindaklanjuti minat kerjasama secara kelembagaan antara UPI dengan IIAS dan Leiden University sehingga untuk menghidupkan dokumen kerjasama tersebut akan lebih memudahkan untuk berakhir dengan produk riset yang betul-betul ditunggu oleh masyarakat pendidikan. Semoga hasilnya tidak hanya untuk masyarakat Indonesia melain masyarakat dunia, yang akan disampaikan untuk dipublikasikan dan dipaparkan dalam konferensi, seminar simposium yang berkaitan dengan riset dan produknya nanti.

Berharap apa yang penulis paparkan secara singkat ini dapat memberikan nilai manfaat, khususnya  untuk penulis sendiri dan umumnya untuk sahabat dan kolega yang selama ini sangat rajin melakukan riset dan mempublikasikan karyanya pada kelas dunia. (Laporan Deni Darmawan)

dd-5