Perhimpunan Mahasiwa Bandung, Memperjuangkan Peran Mahasiswa Bandung

1-1Bandung, UPI

Jalan Merdeka 7 adalah tempat mereka mengabdi. Wadah di mana semua aspirasi kebebasan berpikir tanpa ada pengaruh dogmatik politik. Siapa mereka itu? Mereka yang berdiri memperjuangkan peran mahasiswa lokal Bandung, Perhimpunan Mahasiwa Bandung (PMB). Perhimpunan yang mulai hidup pada awal tahun 1948 oleh mereka para perintis, Slamet Bratanata, Soesilo, Dudu Ardisasmitha, Saban Ardhisasmita, S. Boestaman, Arifin Maulani, dan Tjatja Hidayat. Semua di antara mereka kini hanya tinggal jejaknya di dunia, untuk para penerus PMB perjuangkan.

PMB hingga kini terus eksis di jajaran organisasi eksternal kampus. Dengan berpatokan pada tiga asas yaitu kemahasiswaan, kemerdekaan nasional, dan kesejahteraan rakyat. Berjalan dari acuan asas tersebutlah, peran mahasiswa harus dipertanggungjawabkan. “Bagaimana jadinya bila nasib negara ini mati di tangan generasi pemuda zaman sekarang, hanya karena mahasiswanya yang mengejar gelar?” ujar Prasetyo, Ketua Senat PMB periode 2014-2015.

Kekhawatiran dan kepedulian yang sangat besar membuat anggota PMB tidak berhenti mengajak seluruh mahasiswa Bandung untuk berkarya nyata di negara Indonesia. Perhimpunan ini ada untuk mahasiswa, masyarakat, dan rakyat Indonesia. Fenomena saat ini banyak memperlihatkan mahasiswa yang mati-matian mengejar IPK 4, tapi apa yang ada di dalam hati nuraninya jika tidak bisa mengamalkannya.

Tak hanya itu, mahasiswa hadir untuk masyarakat tapi tidak banyak yang mau berbaur memperjuangkan aspirasi mereka. Kemudian, saat Indonesia terpuruk dari berbagai segi kemajuan bangsa, apa semua mahasiswa yang disebut sebagai jembatan masyarakat dan pemerintah dapat bergerak? Tidak. Pernyataan itulah yang muncul dalam misi PMB saat itu.1-2

“PMB sudah lama berdiri, dan sampai saat ini anggota mencapai enam ribu orang,” ujar Prasetyo. Melihat perkembangan jumlah mahasiswa di tiap tahunnya, rasanya tidak seimbang untuk angka enam ribu dibandingkan jumlah mahasiswa baru khususnya di Bandung setiap tahunnya. Inilah yang menjadi kekhawatiran. Masa depan bangsa ini ada di tangan generasi muda sekarang, namun masih ada pemuda yang enggan berkomitmen, jauh berbeda dengan pemuda zaman perjuangan. Padahal saat ini bukan lagi saatnya berperang bercucuran darah. Tapi dengan begitu, peran untuk mempertahankan kemerdekaan inilah yang menjadi tugas terbesar pemuda Indonesia.

Perhimpuan Mahasiswa Bandung (PMB) mengabdi mempertahankan peran mahasiswa untuk masa depan negara Indonesia. Rasa kekeluargaan yang dikedepankan membuat tidak ada alasan untuk pesimis dalam menghadapi berbagai masalah. Kajian dan aksi, menjadi salah satu pergerakan PMB. Tidak hanya itu, rasa berbagi tidak dikubur. PMB kerap mengadakan program untuk masyarakat seperti berbagi ke panti asuhan. Dengan hal-hal kecil tapi sangat berarti, itulah tujuan PMB. Dengan misi PMB yang terus diperjuangkan yang akan terus membuat mahasiswa hidup. “Jangan jadi mahasiswa yang pasif, yang lulus tanpa tahu apa yang harus dilakukan setelahnya,” ujar Prasetyo. (Mia Rusmiati/Mahasiswa Ilmu Komunikasi, FPIPS UPI)