PERINGATI ULANG TAHUN KE-8: MUSEUM PENDIDIKAN NASIONAL UPI AJAK MEMBANGUN JIWA NASIONALISME DAN HUMANISME

Sejumlah peneliti, mahasiswa dan dosen Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memberikan sebuah wadah bagi para peneliti untuk mempublikasikan hasil penelitian mereka. Dalam Seminar sekaligus memperingati hari jadi museum yang ke-8 ini, hasil penelitian akan dipublikasikan dalam skala internasional ber-ISSN atau jurnal Sinta 3. Kegiatan ini merupakan hasil kerja sama Museum Pendidikan Nasional bersama Universiteit Leiden. Kegiatan berlangsung di auditorium Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Kampus UPI Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. (11/05/23)

Kepala UPT Museum Pendidikan Nasional UPI, Dr. Leli Yulifar, M.Pd., menyatakan bahwa perkembangan Museum Pendidikan Nasional bergerak di sejarah pendidikan. Harapannya kedepan hari bisa menjadi museum yang melayani generasi muda dan terdapat edu tourism sehingga dapat menjadi ruang pendidikan yang berkelanjutan.

Dr. Leli Yulifar, M.Pd., menjelaskan, “Ke depan hari kami ingin museum upi itu berubah image-nya dari tempat yang membosankan menjadi edukatif. Yang tadinya konten manual dan analog menjadi digital karena melihat perkembangan anak muda hari ini. Nantinya VR dan AR akan menjadi teknologi yang digunakan untuk penampilan perkembangan teknologi.”

Pada 2023 ini, Museum Pendidikan Nasional juga mengadakan seminar bertema History & Humanity:History Education and Nationalism in the Era of Diversity and Inclusion” sebagai salah satu cara untuk mensosialisasikan kultur yang dibangun di bangsa Indonesia secara internasional. Dijelaskan bahwa Museum Pendidikan Nasional berasal dari hasil seluruh budaya manusia khususnya museum di UPI menjelaskan pendidikan dari masa ke masa. Disampaikan juga perspektif sejarah di Belanda dan perspektif sejarah di Indonesia yang akhirnya menitikberatkan kepada nasionalisme dan humanisme.

“Museum di UPI bagus karena bisa melihat peninggalan terlebih disediakan teks mengenai peninggalan tersebut. Perspektif yang digunakan dalam sejarah juga merupakan perspektif yang terbuka sehingga kami menyukai perspektif sejarah yang digunakan di museum pendidikan nasional ini karena terdapat keterbukaan dan menarik,” ungkap Prof. Dr. Rick Honings, profesor spesialis koleksi di Universitas Leiden.

Selain itu, pesan juga disampaikan oleh Dr. Arthur Crucq menyampaikan, “museum merupakan sesuatu yang penting dan bernilai pendidikan menjadi tempat banyak orang hadir atau pergi. Mengingat banyak peninggalan dan juga hal bersejarah lainnya, mungkin bagaimana cara untuk meningkatkan pengunjung itu yang perlu diperhatikan lagi dan ke depannya bisa terus saling bekerja sama dengan Belanda.”

Kegiatan pun ditutup dengan pemberian cendera mata, bernyanyi, dan berfoto bersama. (Iqssyzia Syahfitri)