Perkembangan Teknologi Untuk Masa Depan Bangsa: Workshop Kolaboratif dengan Shanghai International Studies University (SISU)

Bandung, Juni 2025 – Dekan Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Prof. Dr. phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd. menghadiri workshop kerja sama antara Shanghai International Studies University (SISU) dan Universitas Pendidikan Indonesia. Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan UPI Prof. Dr. H. Didi Sukyadi, M.A. menjadi pemateri untuk workshop bersama Huang Jing profesor besar SISU dan Zhang Hongshuo sebagai host dari Shenzhen TV. Acara dengan tema “China-Indonesia Tech Wave is Here New Changes for Youth to Ride the Tide” ini digelar di Sport Hall UPI dan membahas peluang serta tantangan global dalam bidang teknologi, khususnya Artificial Intelligence (AI), serta implikasinya bagi generasi muda.

Sumber: Dok. Istimewa (2025)

Melihat bagaimana teknologi di Indonesia yang masih belum maksimal dan menyeluruh. Prof. Didi mengungkapkan bahwa hal ini terjadi karena kurangnya minat pelajar Indonesia terhadap ilmu eksak seperti Matematika dan Informatika, serta lebih berminat terhadap ilmu humaniora. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah pendaftar universitas yang lebih memilih ilmu humaniora dibanding ilmu eksak.

Prof. Didi pada acara tersebut juga mengungkapkan bahwa cara meningkatkan minat bagi pelajar adalah dengan cara mencintai. Dengan mencintai maka minat yang besar akan muncul sehingga pelajar dapat lebih tekun dan serius terhadap hal-hal yang menunjang teknologi masa depan. Kerja sama antara SISU dan UPI dapat membantu mendorong minat belajar dan cinta pelajar dan mahasiswa Indonesia terhadap perkembangan teknologi khususnya AI. Workshop ini memberikan keuntungan karena kerja sama pertukaran mahasiswa sehingga dapat menjadi peluang bagi mahasiswa UPI untuk mempelajari teknologi di SISU.

Salah satu mahasiswa yang hadir pada kegiatan tersebut memiliki keinginan kuliah dan belajar di Tiongkok agar mendapatkan lebih banyak ilmu mengenai teknologi, khususnya teknologi yang berkembang pada sektor pangan dan pertanian. Mengingat bahwa Indonesia adalah negara agraris, dan kenyataan bahwa sekarang profesi petani sudah tidak banyak diminati, pengembangan  teknologi diharapkan dapat membantu sektor pertanian di Indonesia.

AI dapat menjadi alat kolaboratif yang memperkaya proses penciptaan seni dalam dunia industri kreatif. Namun di sisi lain, AI juga dapat menjadi ancaman yang cukup besar. Hal ini terjadi karena banyak pekerjaan seni yang sudah bisa diambil alih oleh AI. Meski begitu, penggunaan AI dalam seni tentu tidak lepas dari pengelolanya, AI tersebut bisa dikelola oleh seniman dengan rasa dan kreativitas yang tercipta dari keunikan seniman itu sendiri. Perkembangan teknologi tetap tidak bisa menggantikan peran penting manusia dalam proses seni tersebut. Ini merupakan salah satu hal yang akan dibahas melalui kerja sama antara SISU dan UPI.

Pada wawancaranya, Prof. Didi mengatakan bahwa salah satu modal untuk seniman yang dijunjung tinggi adalah perasaan dan kreativitas manusia yang tidak dapat dirasakan oleh teknologi terutama AI.

Kalau menurut saya, saat ini memang ada pergeseran orang dalam nilai seni. Karena seni itu karya manusia, ya. Jadi beda karya seni yang dibuat oleh manusia dan karya seni yang dibuat oleh mesin. Tetapi saat ini orang ingin cepat, membuat lagu dari AI, membuat puisi dari AI, karena merasa lama apabila membuat sendiri. Itu yang keliru karena justru yang dilihat itu proses kreatifnya, jadi apabila kita menggunakan mesin, maka nilai dasar seni yaitu proses kreatif menjadi hilang menurut saya. Proses kreatif seni dari manusia yang membuat kita bisa lebih cerdas dan kreatif itu harus dipertahankan dalam karya seni, dan menggunakan AI sebagai alat bantu,” tutupnya.

Hal tersebut kemudian disetujui oleh Prof. Dr. phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd., sebagai Dekan FPSD UPI, beliau menyepakati bahwa yang harus dipertahankan dalam karya seni adalah nilai kreativitas. Kreativitas tidak dapat dimiliki oleh teknologi, itu sebabnya sebagai seniman, kita harus bisa memanfaatkan teknologi dengan menggunakan AI tersebut sebagai alat bantu untuk menuangkan kreativitas.

Sumber: Dok. Istimewa (2025)

Senada dengan yang disampaikan wakil rektor, bahwa yang harus ada yaitu nilai-nilai dalam seni itu sendiri. Bagaimana ekspresi, estetika disajikan dalam konteks pengkaryaan, itu yang harus menjadi prioritas dalam penggunaan karya seni. Tapi di lain pihak, teknologi itu tidak bisa diabaikan. Teknologi harus digunakan sebagai tools, sebagai media, proses kreatifnya ada pada kita sendiri. Jadi kita harus bisa mengombinasikan antara teknologi dan karya seni itu sendiri,” ungkapnya.

Bukan hanya sekadar forum akademik, workshop ini menjadi titik temu antara teknologi dan seni. Forum ini menciptakan ruang diskusi yang inklusif untuk masa depan pendidikan yang berdaya saing. UPI dan SISU berkomitmen untuk menjalin kolaborasi berkelanjutan yang tidak hanya terbatas pada pertukaran mahasiswa, tetapi juga eksplorasi lintas disiplin di era digital global.

Penulis & Repoter    : Anma Risanti Maulidia

Editor                         : Nasywaa Attalah Shakila