Perkuliahan Manajemen Sekolah Harus Relevan dan Praktis

Bandung, UPI1

Dosen seyogianya menyajikan perkuliahan yang dapat membekali mahasiswa kemampuan praktis pengelolaan sekolah. Sebagai calon tenaga kependidikan, mahasiswa membutuhkan keterampilan praktis manajemen sekolah yang mengacu pada teori pendidikan. Pelajaran penting dari kuliah kerja nyata (KKN) sejauh ini adalah mahasiswa lebih siap mengabdi dalam hal pembelajaran dan kurang siap terlibat dalam bidang manajemen sekolah.

Demikian dikatakan Prof. Dr. H. Sumarto, MSIE, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) UPI, pada pelatihan manajemen sekolah bagi dosen, Kamis-Jumat (15-16/1/2014). Pelatihan yang bertempat di Hotel Aston Bandung ini merupakan kerja sama USAid Prioritas Jawa Barat dengan UPI dan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pelatihan diikuti oleh 50 orang dosen UPI, UIN, dan konsorsium (Unpas, STAI Siliwangi Cimahi, Uninus, dan IAID Ciamis).2

Erna Irnawati, koordinator USAid Prioritas Jawa Barat, menjelaskan bahwa pelatihan bagi dosen ini merupakan paket pelatihan kedua, yakni Modul II Praktik yang Baik dalam Manajemen Sekolah bagi Dosen Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Tahun lalu, para dosen ini telah mengikuti paket pelatihan pertama. “Modul dua merupakan hasil adaptasi dari modul ‘Praktik yang Baik dalam Manajemen di SD/MI danSMP/MTs’ yang telah digunakan untuk pelatihan di tingkat sekolah. Upaya adaptasi dalam pelatihan ini dilakukan agar modul menjadi lebih relevan dengan kebutuhan dosen di LPTK,” tutur Erna.

Prof. Sumarto juga memaparkan ihwal pemetaan dan pendistribusian guru berdasarkan Permendiknas, mulai SPM (sistem penjaminan mutu) 01 distribusi sekolah sampai dengan SPM 27 tentang MBS. Terkait MBS, Prof. Sumarto menekankan pentingnya perkuliahan manajemen sekolah yang relevan dan praktis sesuai dengan kebutuhan sekolah. “Perkuliahan seharusnya mendorong calon tenaga kependidikan untuk mampu mengelola sekolah secara memadai,” tegasnya.3

Erna Irnawati berharap para dosen peserta pelatihan kiranyadapat benar-benar memanfaatkan kesempatan pelatihan untuk mendukung perkuliahan yang mampu menjawab kebutuhan praktis mahasiswa. Menurutnya, sesi-sesi telah dirangkai sedemikian rupa secara padu dan saling terkait, sehingga peserta dituntut melibatkan diri secara menyeluruh di setiap sesi pelatihan dari awal sampai akhir.“Di penghujung pelatihan, dosen hendaknya dapat menyusun rencana kerja untuk implementasi di kampusnya masing-masing,”pesan Erna.

Ida Rosyidah, dosen UIN Bandung, mengaku mendapat banyak inspirasi dari pelatihan USAid Prioritas soal strategi mengemas perkuliahan manajemen sekolah. “Selama ini, mahasiswa lebih berkutat pada teori-teori manajemen pendidikan yang cenderung terlepas dari konteks praktis manajemen madrasah. Di pelatihan ini saya menemukan banyak ide cara melangsungkan perkuliahan yang lebih kontekstual dengan kebutuhan manajemen madrasah,” ucapnya.

Sementara itu, Dr. Asep Dion Nugraha, SH, MH, dosen STAI Siliwangi Cimahi, menuturkan, “Pelatihan menjadi penyempurna bagi dosen untuk dapat memfasilitasi perkuliahansecara lebih baik,lebih relevan, dan lebih praktis. Sebagaimana pelatihan modul satu, materi-materi paket dua inipun sangat bermanfaat dan relevan untuk diimplementasikan saat kami mengajar di kampus.”

Khaeruddin Kurniawan, dosen UPI, membenarkan adanya kecenderungan mahasiswa kurang siap melakukan praktik manajemen sekolah ketika mengikuti KKN. “Baik saat mengikuti KKN maupun PPL, tak jarang ada mahasiswa kelabakan tak mampu ambil bagian dalam manajemen sekolah,” ujar Khaeruddin. (Dindin Solahudin)