Perlombaan Rampak Sekar Ikut Meriahkan Dies Natalis UPI ke-65

Bandung, UPI

Perlombaan rampak sekar yang di ikuti oleh  para karyawan,  perwakilan dari setiap fakultas ini dalam rangka memperingati dan memeriahkan Dies Natalis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)  ke-65. Rabu (15/10/2019)  di gedung  Amphiteater Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung, acara yang sangat meriah sehingga mengundang daya tarik para penonton untuk menyaksikannya.

“Tujuan dari perlombaan ini bukan tentang siapa yang menang dan siapa yang kalah tapi lebih kepada kebersamaan yang kita dapat didalamnya dengan bedaya sunda sebagai perekatnya” ungkap Suwardi  Kusmawardi S.Kar., M.Sn. selaku ketua panitia.

Peserta yang mengikuti perlombaan rampak sekar ini terdiri dari 4 kelompok, sementara itu dewan juri yang memberikan penilaian diantaranya Suwardi Kusmawardi, S.Kar., M.Sn., Oya Yukarya, S.Kar., M.Sn., dan Engkur Kurdita, S.Pd., M.Pd. para juri tersebut adalah dosen di Pendidikan Seni Musik Fakultas Seni dan Desain, Universitas Pendidikan Indonesia yang tentunya sangat berkompeten dalam memberikan penilaian dalam perlombaan rampak sekar ini. Penilaian-penilaian yang dipertimbangkan dalam perlombaan rampak sekar ini diantaranya kekompakan, keharmonian suara dan sebagainya. Adapun untuk aransemen lagunya dewan juri membebaskan dan tidak terpatok pada keharusan persis dengan yang sudah asli.

Lagu yang dibawakan terdiri dari dua lagu yaitu lagu wajib dan lagu tambahaan, yang menjadi lagu wajinmya adalah Isola. Isola merupakan  ikon dan  lagu yang sangat bersejarah bagi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)  karena di dalam lagu tersebut menceritakan sejarah dan letak dari  isola serta tujuan setiap orang yang berada di kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)  tersebut, dan lagu ini merupakan ungkapan kebanggaan tentang isola. Adapun lagu-lagu tambahan yang dinyanyikan para peserta diantaranya Karatagan Pahlawan yang menceritakan semangat juang nenek moyang kita dalam mermperjuangkan kemerdekaan di zaman dahuli, Mojang Priangan yang menceritakan keanggunan gadis sunda denga pakaian cirikhasnya yaitu  kebaya, Sholawat, Es lilin.

Lagu  isola yang berlaraskan pelog  ini sangat cocok digunakan dalam perlombaan rangka memeriahkan Dies Natalis kampus UPI yang ke-65 ini. Mengingat sejarah yang terkandung di dalamnya sehingga menciptakan nuansa perjuangan dan tidak lupa juga pesan budaya yang kental di dalamnya. Dengan pembawaan yang berbeda-beda dari setiap peserta menambahkan keragaman dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para penonton penontonnya.

Sebelum acara perlombaan dimulai para peserta diberikan kesempatan untuk melakukan cek sound sebelum kemudian mereka tampil. Ketika satu persatu peserta melakukan cek sound ketegangan pun tampak di wajah tiap-tiap peserta seolah saling mempengaruhi satu sama lain dan kurang percaya diri dengan apa yang sudah mereka siapkan sebelumnya. Akan etapi suasana mencair setelah salah satu dewan juri memberikan sambutan bahwasannya perlombaan ini bukan tentang siapa yang menang dan siapa yang akan kalah tetapi kita berusaha menampilkan sesuatu yang terbaik dan dengan suara-suara dukungan dari penonton-penontonnya.

Ketika pergantian peserta berlangsung  penonton dan pendukung dari masing-masing peserta saling bersahutan dan memberikan tepuk tangan untuk memberikan sinyal semangat  kepada peserta yang akan  tampil  pada saat itu. Dan terbukti ketika peserta-peserta mulai menampilkan lagu-lagunya mereka dengan enjoy dan lepas dapat menguasai suasana sehingga setiap lagu yang dibawakan tersampaikan kepada para penontonnya.

Peserta pertama dengan  menyanyikan lagu wajib Isola dan satu lagu tambahan yang berjudul karatagan pahlawan yang bercerita tentang perjuangan dalam  merebut kemerdekaan,  dengan gerakan yang bersemangat menggambarkan semangat perjuangan didukung dengan kostum berwarna kuning menambahkan kesan keceriaan yang terpancar pada penampilannya. Penampilan selanjutnya membawakan lagu wajib isola dan  shalawat  yang menyejukan  hati dengan pembawaan yang sangat anggun berbalutkan busana berwarna ungu dan dengan gaya panggung yang sangat baik sehingga dapat memusatkan perhatian penonton. Berbeda dengan peserta nomer urut ke-tiga yang menyanyikan lagu wajib Isola dan lagu tambahan Mojang Priangan  dengan gaya gemulainya membuat penonton hanyut dalam suasana. Kemudian peserta selanjutnya  membawakan Lagu wajib Isola dan lagu tambahannya berjudul Es Lilin membawakannya dengan sangat kompak dan menarik.

Persaingan tentunya sangat ketat walaupun hanya diikuti oleh empat  kelompok saja namun nampaknya kualitas dari setiap peserta sangatlah baik,  walaupun waktu untuk mempersiapkan penampilan mereka tidak banyak seperti yang diungkapkan salah satu peserta. Waktu yang singkat tentunya tidak menjadi penghalang bagi para peserta untuk menampilkan yang terbaik, terbukti dari empat kelompok peserta ini keempatnya memiliki keunikan kelebihan serta daya tarik yang tentunya berbeda. Hal ini mungkin bisa membuat para dewan juri agak sulit menentukan siapa yang akan menjadi pemenang dalam perlombaan rampak sekar ini.

Bukan hanya dari sisi vokal saja persaingan nampaknya terlihat dari gaya musik yang dibawakan oleh masing-masing peserta ada yang menggabungkan musik tradisi dengan musik modern juga ada yang menggunakan musik daerah saja hal ini tentunya  tidak luput menjadi pusat perhatian  walaupun dengan  membawakan lagu yang sama tetapi tentunya dengan aransemen yang berbeda-beda dari setiap pesertanya. Hal ini juga menjadi bahan penilaian para juri untuk menentukan siapa yang akan menjadi juaranya. Dengan aransemen yang berbeda-beda ini juga menambahkan kesan variatif  bagi para penonton-penontonnya.  Tetapi, dari perbedaan-perbedaan aransemennya terdapat beberapa persamaan alat musik yang digunakan seperti dominan pada permainan kecapinya, yang kemudian juga menambah kesan budaya sunda yang sangat kental. Mererdunya suara suling juga menambah kesan sejuk yang menenangkan hati para penonton-penontonnya. Tidak lupa pula tambahan alat musik kendang yang membantu meramaikan suasana musik yang dibawakan.

Perlombaan ini juga selain mempererat persaudaraan juga memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi mahasiswa khususnya mahasiswa seni musik, karena dapat menyaksikan secara langsung bagaimana perlombaan ini berlangsung dan juga terdapat beberapa mahasiswa yang terlibat didalamnya tentunya hal ini dapat memicu kreatifitas bermusik dengan praktek ke lapangan secara langsung. Mahasiswa Pendidikan Seni Musik, Fakultas Pendidikan Seni dan Desain  Universias Pendidikan Indonesia, yang ikut berpartisipasi dalam perlombaan ini diantaranya Setia Mulyana (kecapi), Muhammad Rafli Sekunderiawan  (kendang),  Debi Irawan (suling),  Zahara Syfa Salshabila (dirigen).

Acara perlombaan rampak sekar ini berlangsung sangat meriah dan memberikan kesan luar biasa bagi para penonton-penontonnya. Banyak sekali pelajaran-pelajaran yang dapat diambil dari perlombaan ini selain untuk mempererat persaudaraan tetapi juga memberi motivasi kepada setiap penonton khususnya generasi muda untuk lebih mencintai dan melestarikan budaya lokal ini. (Rospita Dewi –Mahasiswa Pendidikan Seni Musik FPSD 2018)