Peserta PPL di Sekolah Indonesia Luar Negeri Harus Siap Mengajar di Kelas Multilevel

Bangkok, UPI

Kegiatan PPL Mahasiswa UPI Tahun Ajaran 2018-2019 diselenggarakan di dua Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN), yaitu di Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB) Malaysia, dan Sekolah Indonesia Bangkok (SIB) Thailand. Untuk SIJB, UPI hanya mengirimkan dua orang mahasiswa yaitu dari Program Studi PGSD Kampus Tasikmalaya. Sementara di SIB sebanyak enam orang mahasiswa, yaitu tiga orang mahasiswa dari Departemen Pendidikan Seni Musik, dua orang mahasiswa dari Departemen Pendidikan Seni Musik Fakultas Pendidikan Seni dan Desain UPI, serta satu orang dari prodi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya.

Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) adalah sekolah yang didirikan oleh Depdiknas, dimana sekolah tersebut berada di wilayah kerja Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI) ataupun Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI), di bawah Atase Pendidikan Nasional. Saat ini SILN berjumlah 15 sekolah. Sekolah ini menggunakan sistem dan kurikulum pendidikan Republik Indonesia dan masing-masing sekolah memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan penyesuaian lingkungan setempat.

Kegiatan PPL di SIB sendiri tahun ini untuk yang kedua kalinya, setelah tahun lalu juga di antaranya diikuti oleh tiga orang mahasiswa dari Departemen Pendidikan Seni Tari FPSD UPI. Namun pelaksanaan PPL tahun ini agak berbeda dikarenakan seminggu sebelum kiegiatan PPL berakhir, ditandatangani Nota Kesepahaman atau MoU tentang kegiatan PPL antara UPI dengan KBRI. Kegiatan penandatanganan MoU diselenggarakan pada hari Senin, tanggal 16 April 2018 di gedung Partere UPI. Kegiatan dilanjutkan dengan Kuliah Umum oleh Bpk Duta Besar, dengan mengangkat tema: Kebersamaan Indonesia-Thailand Mencapai Kejayaan Asean.

Dari banyak kerjasama yang dilaksanakan antara Indonesia-Thailand, satu di antaranya adalah Promosi Kerja Sama Sosial Budaya, Pariwisata & Pendidikan. Kerja sama di bidang pendidikan mencakup pemberian beasiswa dari pemerintah Indonesia, pemberian beasiswa dari LSM di Indonesia, serta penyelenggaraan kegiatan PPL mahasiswa UPI di SIB.

Pada pelaksanaan PPL di SIB tahun 2018 ini, para praktikan atau mahasiswa dituntut harus siap mengajar di kelas multi level. Kesiapan tersebut tentunya tidak diperlukan manakala praktikan melalukan kegiatan PPL di sekolah yang ada di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan sistem dan bentuk pembelajaran yang diterapkan disesuaikan dengan masing-masing tingkatan atau level, sementara di SIB atau SILN sistem atau bentuk pembelajaran yang diterapkan yaitu dalam satu sekolah terdiri dari tingkatan SD, SMP, dan SMA dengan dengan jumlah mengajar 35 jam/minggu. Selain itu praktikan juga harus terlibat dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di antaranya bimbel (bimbingan belajar), literasi siswa, keputrian, kepramukaan, keolahragaan, kegiatan Edukasi siswa (outdoor learning), piket, latihan menari, serta beberapa kegiatan lainnya yang dilakukan di luar lingkungan sekolah seperti pertunjukan seni tari, melatih musik angklung, dan menyelenggarakan bazar, tidak hanya mewakili sekolah, tetapi kantor KBRI.

 

Profesionalisme dituntut oleh setiap praktikan, diawali dengan kesiapan mereka tinggal dan berbaur di tengah lingkungan masyarakat yang memiliki karakter berbeda. Penyesuaian terhadap pola budaya masyarakat lingkungan sekitar, harus dilakukan dalam waktu yang singkat.  Sebagai negara terbesar di Asean dengan jumlah kunjungan turis 35 juta (tahun 2017), menjadikan negara ini khususnya Bangkok menjadi kota paling ramai kunjungan wisata, menggeser London dan Paris di tahun yang sama (2017). Keadaan sektor pariwisata di Thailand tersebut, secara langsung maupun tidak langsung ikut membantu provesionalisme para tenaga praktikan yang melaksanakan kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Hal tersebut dirasakan oleh lima orang mahasiswa /praktikan yang berlatar belakang program studi pendidikan seni tari dan musik. Selain mengajar di tingkatan SD, SMP, dan SMA, mereka juga diberi kesempatan untuk mengajar seni tari maupun musik (angklung), di berbagai ragam provesi masyarakat asli negara Thailand. Selain itu mereka juga diminta untuk mengisi berbagai acara pentas seni budaya.

Komunikasi langsung yang terjalin dengan berbagai masyarakat tersebut, secara langsung maupun tidak, berpengaruh terhadap pembentukan provesionalisme pada diri praktikan tersebut. Para praktikan yang berasal dari berbagai wilayah di Tanah Air, merasakan langsung bagaimana terjadinya proses akulturasi budaya dalam keterlibatan mereka di setiap event. Akulturasi budaya juga dirasakan saat mengajarkan materi seni tari maupun musik di kalangan siswa di SIB. Para siswa yang merupakan orang Indonesia, tinggal dan berbaur bertahun-tahunn dengan masyarakat asli negara Thailand, memiliki karakter yang kokoh sebagai anak Indonesia. Mereka dapat berkomunikasi secara sederhana dengan menggunakan Bahasa Inggris, yang mereka lakukan saat berkomunikasi dengan masyarakat asli di Thailand. Mereka juga menggandrungi jenis musik yang sedang trend di kalangan siswa di Thailand. Tetapi saat mereka belajar dan menampilkan bentuk-bentuk seni tari maupun musik khas Indonesia yang diajarkan oleh praktikan selama kurang lebih dua bulan, mereka tetap bisa menampilkan secara total dengan penghayatan yang mendalam seperti tari atau musik aslinya di Indonesia.

Kesiapan yang harus dilakukan oleh tenaga praktikan ppl di Sekolah Indonesia Johor Bahru (SIJB) Malaysia, tentunya berbeda dengan praktikan ppl yang mengajar di SIB atau SILN lainnya. Karakteristik siswa di SIJB dibentuk oleh kondisi pola budaya orang tua mereka. Sebagian besar siswa di SIJB berasal dari orang tua yang berprofesi sebagai tenaga buruh di ladang kelapa sawit atau minyak. Tidak jarang orang tua mereka juga tidak memiliki dokumen resmi sebagai warga pendatang. Mereka tinggal di rumah bedeng di perkebunan yang disediakan oleh pemilik lahan perkebunan. Untuk pergi ke sekolah setiap harinya para siswa diantar jemput oleh mobil jemputan khusus yang disiapkan oleh KJRI. Hal ini dilakukan untuk menghindari pemeriksaan dokumen oleh pihak kepolisian Malaysia. Sedikit sekali orang tua yang memiliki dokumen resmi yang dikeluarkan oleh rumah sakit di Johor (sejenis Akte Kelahiran), untuk anak-anak mereka yang dilahirkan di Johor dan sekitarnya.

Sementara itu kondisi lingkungan Sekolah Indonesia Johor Bahru terletak di halaman belakang KJRI. Ruang kelas hanya dapat menampung sebanyak-banyaknya 15-20 siswa saja.Tingkatan atau jenjang dari SD, SMP, dan SMA, dengan jumlah siswa di setiap tingkatan rata2 berkisar 10-15 saja. Tenaga guru juga sangat terbatas, untuk satu kelas dipegang oleh satu orang guru, dibantu oleh guru bidang studi sesuai dengan tingkatan. Pelaksanaan PPL sangat membantu proses pembelajaran, terlebih saat akan menghadapi ujian kenaikan, atau ujian nasional. Para praktikan PPL juga memberikan bimbingan terhadap beberapa kegiatan yang dilakukan secara ekstrakurikuler, seperti bimbel, pramuka, bimbingan konseling, olah raga, dll. (DN)