Prof. Deni Darmawan, Dkk, Terbitkan Buku Pengelolaan dan Pengembangan Laboratorium Virtual

Bandung, UPI

Keberadaan laboratorium teknologi informasi dan komunikasi di perguruan tinggi menjadi sumber kolaborasi, rujukan dan lingkungan belajar serta knowledge management yang tepat bagi mahasiswa, dosen, dan masyarakat pengguna jasa sebagai lingkungan ilmiah dalam pengembangan, pengujian, pelatihan, produksi dan pusat inovasi serta kreatifitas keilmuan di bidang teknologi informasi. Ini adalah konsep umum laboratorium teknologi informasi dan komunikasi.

Pernyataan tersebut diungkapkan Prof. Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si., MCE., usai membedah buku yang berjudul Pengelolaan dan Pengembangan Laboratorium Virtual Pendekatan Praktek Teknologi Pendidikan dan TIK dalam sesi wawancara di Kepala Kantor Humas, Gedung University Center, kampus UPI jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Jumat (18/06/2021). Buku ini merupakan inisiasi Prof. Dr. Deni Darmawan, S.Pd., M.Si., MCE., dengan anggota Yahya Nursidik, S.Pd., M.T., dan Dadi Mulyadi, S.Pd., M.Pd.

Ditegaskannya,”Kaitanya dengan isu global, peran Laboratorium harus berkontribusi dalam memberikan solusi-solusi praktis atau ide terkait masalah-masalah yang timbul di lingkungan sekitar dalam kajian teknologi informasi dan komunikasi, selain itu juga berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan yang mendukung pembelajaran berbasis ICT yang kreatif, inovatif dan legal seperti ikut dalam aktifitas penggunaan sistem operasi linux atau free and open source software sebagai solusi bagi lab-lab atau sekolah-sekolah yang terkendala dengan penggunaan software ilegal dan tentunya mempromosikan penggunaan software-software legal di lingkungan pendidikan.”

Untuk diketahui, buku ini memiliki 13 bab, yaitu Konsep Umum Laboratorium Teknologi Informasi dan Komunikasi, Pengelolaan Laboratorium Teknologi Informasi dan Komunikasi, Manajemen Pengelolaan Fasilitas Laboratorium Teknologi Informasi, Manajemen Sumber Daya Manusia Laboratorium, Manajemen Laboratorium Berbasis Manajemen Kualitas, Manajemen Resiko Laboratorium, Manajemen Knowledge Sharing Laboratorium, Pengembangan Technopreneurship Laboratorium, Sistem Pengamanan Laboratorium, Kegiatan Evaluasi Laboratorium, Sistem Pembelajaran di Laboratorium TIK, Mengembangkan Bisnis Laboratorium, serta Restrukturisasi Manajemen Laboratorium.

“Sementara itu, fungsi Laboratorium Teknologi Informasi dan Komunikasi dapat dijabarkan sebagai pusat layanan orientasi teknologi informasi; pusat pembelajaran berbasis teknologi informasi; pusat riset dan pengembangan teknologi informasi; layanan peningkatan kompetensi teknologi informasi; pengujian; pengembangan keilmuan sumber daya manusia; produksi produk; dan iInovasi; serta pusat layanan Knowledge Sharing,” ungkapnya.

Berbicara tentang pengelolaan laboratorium teknologi informasi dan komunikasi, katanya, secara singkat dapat didefinisikan sebagai usaha untuk melakukan mengelola laboratorium teknologi informasi dan komunikasi secara sistematis. Suatu laboratorium dapat dikelola dengan baik sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya. Misal alat-alat laboratorium teknologi informasi dan komunikasi yang canggih, dengan staf profesional yang terampil belum tentu dapat berfungsi dan bekerja dengan baik, jika tidak didukung oleh adanya manajemen laboratorium yang baik dan benar. Oleh karena itu manajemen laboratorium adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan laboratorium sehari-hari.

Dijelaskannya,”Dalam pengelolaan laboratorium teknologi informasi dan komunikasi setidaknya harus mencakup proses pengelolaan seperti perencanaan, pengorganiasian, pelakasanaan, kontroling, menjaga dan memelihara standar mutu, serta melakukan evaluasi.”

Pembahasannya berikutnya adalah tata kelola ruangan laboratorium, ujarnya lagi. Dalam mendesain tata kelola ruangan laboratorium harus memerhatikan beberapa standar antara lain, kesehatan, kenyamanan, keamanan, efektivitas, fungsionalitas dan optimaliasasi. Ada banyak tata ruang yang dapat digunakan.

“Berikutnya adalah Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) Laboratorium. Ini adalah salah satu bentuk kebijakan organisasi yang sengaja dirancang untuk memaksimalkan integrasi semua unsur organisasi (organizational integration), membangun komitmen pegawai terhadap organisasi (employee commitment), prinsip kelenturan dalam pelaksanaan fungsi manajerial dan pekerjaan (flexibility) untuk menghindari kekakuan (rigidity), serta pencapaian kualitas baik dari sisi proses pelaksanaan maupun hasil dari pelaksanaan pekerjaan (quality of work),” ungkapnya.

MSDM Laboratorium adalah proses atau kegiatan pendayagunaan sumber daya manusia yang berada di lingkungan laboratorium untuk mencapai tujuan laboratorium. Untuk mencapai tujuannya, diperlukan laboran. Laboran yang mempunyai kualifikasi dan kompetensi khusus. MSDM di laboratorium bertugas untuk staffing atau perekrutan staf laboran, pengembangan sumber daya manusia, peningkatan performa staf laboran dan mengelola hubungan antar staf dan dengan laboratorium.

Dijelaskannya,”Ada 4 fungsi pengelolaan sumber daya manusia laboratorium, yaitu perencanaan sdm, pengorganisasian perancangan struktur organisasi dan struktur hubungan antar jabatan, personalia dan faktor-faktor fisik. Kemudian pengarahan dan pengawasan.

Pembahasan berikutnya adalah tentang Manajemen Kualitas Laboratorium, lanjutnya. Kegiatan manajemen laboratorium setidaknya harus mempunyai beberapa fungsi yang harus dilaksanakan yaitu tahap perencanaan, pengelolaan, kepemimpinan, dan pengendalian. Kegiatan manajemen juga mempunyai peran interpersonal, peran informatif, peran pengambil keputusan, dan peran pengalokasian sumber daya serta peran negosiator dengan pihak eksternal.

“Bab 6 menjelaskan tentang manajemen resiko. Ditujukan untuk mengelola resiko-resiko yang dapat muncul dan bagaimana mengatisipasinya serta memperbaikinya sehingga dapat mengurangi resiko tersebut. Resiko tersebut dapat memberikan dampak negatif misal terhadap aset laboratorium. Manajemen resiko meliputi tiga proses yaitu risk assessment, risk mitigation, evaluation dan assessment,” paparnya.

Sementara itu di Bab 7 membahas tentang manajemen knowledge sharing. Hal ini dibahas untuk membantu laboratorium mengidentifikasi, memilih, mengatur, menyebarkan, dan mentransfer informasi penting.

Melanjutkan pembahasan ke Bab 8, dijelaskannya tentang Technopreneurship di laboratorium. Dikatakannya,”Technopreneurship diartikan sebagai optimalisasi dan pemanfaatan bidang kajian teknologi informasi untuk tujuan wirausaha Technopreneurship merupakan gabungan dari kata technology dan entrepreneurship. Laboratorium dapat mengembangkan potensi dirinya sebagai lingkungan pengembangan inovasi dan penelitian dan hasil produknya dapat dijual secara lisensi atau paten agar semua orang dapat memanfaatkan hasilnya atau melakukan kemitraan dengan beberapa pihak dalam bidang tertentu, serta membuat produk yang bernilai ekonomis yang bermanfaat bagi berbagai kalangan sesuai dengan kajian keilmuan yang sudah dipelajari misal pembanguan media interaktif, jasa pembuatan web, desai grafis, video animation editing, jasa pembangun sistem informasi, mengadakan pelatihan-pelatihan berbasis keilmuan teknologi informasi dan banyak lainya lagi dalam bidang kajian teknologi informasi.”

Bab 9 membahas tentang sistem pengamanan laboratorium, ungkapnya. Pengamanan merupakan proses menjaga, mengantisipasi hal-hal yang tidak di inginkan. Pengamanan bisa berupa menjaga komputer dari virus dengan antivirus. Menjaga kelistrikan, kesehatan, ruangan dan lain-lain. Keamanan merupakan hal yang sangat penting, karena banyak kasus pembobolan laboratorium TIK.

“Berikutnya adalah kegiatan evaluasi laboratorium. Tujuannya adalah untuk menyediakan informasi yang disampaikan kepada pengambil keputusan. Ini juga sebagai usaha untuk mengetahui efektifitas suatu kegiatan proses yang sistematis dan sistemik untuk menentukan suatu kriteria tertentu dalam rangka pembuatan keputusan di lingkungan laboratorium. Evaluasi juga menilai proses dan hasil dari kegiatan di lingkungan laboratorium. Evaluasi juga merupakan suatu usaha untuk memperbaiki, mengembangkan, menambahkan dan menjaga kualitas serta performance seluruh insfrastruktur, kegiatan dan sumber daya manusia laboratorium. Evaluasi di laboratorium sebagai proactive evaluation, lanjutnya. Yaitu untuk melayani pemegang keputusan dan retroactive evaluation untuk keperluan pertanggung jawaban,” bebernya.

Lanjut ke Bab 11, diungkapkan bahwa sekarang adalah jaman Conceptual Age. Perubahan yang terjadi pada jaman yang telah dan sedang berlangsung sesungguhnya berawal dari konsep yang terus berkembang. Oleh karena itu, agar senantiasa bisa mengikuti perubahan maka kita harus memperkaya kemampuan konseptual.

“Jika anda ingin memanfaatkan peluang baru di pasar, kembangkan produk baru, dan ciptakan layanan baru, peluangnya cukup tinggi. Anda perlu melakukan investasi besar dalam TI untuk mewujudkan peluang bisnis baru ini. Bab 12 dibahas tentang bagaimana mengembangkan bisnis laboratorium,” ungkapnya.

Di akhir Bab, kami membahas restrukturisasi manajemen laboratorium, katanya. Dalam melakukan restrukturisasi manajemen laboratororium, hendaknya memperhatikan aspek-aspek utama. Beberapa aspek utama tersebut akan mempengaruhi kultur manajemen laboratorium, demikian juga dengan sejumlah target yang harus menjadi keberhasilan para pengelola. (dodiangga)