Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M.Pd: Pentingnya Nilai-Nilai Religius dalam Penggunaan Media dan Teknologi Digital yang Semakin Mengancam

Landasan Teologis

Allah berfirman :

۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَايُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ ۝٣٦

Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri. (QS. An-Nisa : 36)

Asbabunnuzul

Hadist yang menjelaskan alasan diturunkannya surat An Nisa ayat 36, yaitu:

Para Ulama (cendekiawan) Bani Israel sangat bakhil terhadap ilmu pengetahuan yang mereka miliki, tidak mau menyebarluaskan kepada umat manusia karena khawatir jatuh martabatnya apabila mereka mengetahui ilmu tersebut. Sehubungan dengan itu Allah SWT menurunkan surat An Nisa ayat ke-36 dan 37 sebagai peringatan terhadap kebakhilan mereka, baik terhadap ilmu pengetahuan maupun karunia Allah yang lain.” (HR. Ibnu Abi Hatim)

Interpretasi Para Mufasir

📚 Pertama, dalam Tafsir Al-Wajiz

Sembahlah Allah dengaan sebenar-benarnya. Janganlah menyekutukanNya. Kalian wajib menaati dan berbuat baik kepada kedua orang tua, kerabat, anak yatim yang kahilangan ayahnya ketika kecil, orang-orang yang membutuhkan, tetangga dekat rumah atau memiliki hubungan dengan kalian meskipun dia non muslim, tetangga jauh atau yang masih asing, teman kerja atau teman bepergian, dan seorang musafir yang beristirahat di tengah perjalanannya (As-Sabiil adalah jalan), serta budak laki-laki dan perempuan. Sesungguhnya Allah akan membalas orang yang sombong dan meremehkan orang lain.

📚 Kedua, dalam Tafsir As-Sa’di

Allah memerintahkan kepada orang-orang beriman untuk beribadah kepada-Nya, mengesakan-Nya dalam segala ibadah, berbuat ihsan kepada kedua orang tua dengan taat kepada keduanya dalam hal makruf, melakukan kebaikan dan menahan dari melukai mereka. Hal ini berlaku pula kepada para kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan para tetangga secara mutlak.

Para kerabat, tetangga atau sahabat dekat yang kental, seperti istri, teman dalam safar, pekerjaan, serta yang semisalnya yang mana mereka adalah orang-orang yang selalu di dekat kita tidak berpisah kecuali jarang. Jadi mereka adalah yang dapat disebut sebagai Shohib bil janbi (teman dekat).

Begitupula dengan ibnu sabil dan para hamba sahaya dan semua yang disebutkan didalam ayat adalah orang-orang yang lebih utama untuk diperlakukan secara ihsan.

📚 Ketiga, dalam Tafsir Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur’an

Allah Ta’ala dalam ayat ini memerintahkan kita hanya menyembah kepada-Nya saja dan mengarahkan berbagai bentuk ibadah kepada-Nya, baik berdoa, meminta pertolongan dan perlindungan, ruku’ dan sujud, berkurban, bertawakkal dsb. serta masuk ke dalam pengabdian kepada-Nya, tunduk kepada perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan rasa cinta, takut dan harap serta berbuat ikhlas dalam semua ibadah baik yang nampak (ibadah lisan dan anggota badan) maupun yang tersembunyi (ibadah hati).

Allah Ta’ala juga melarang berbuat syirk, baik syirk akbar (besar) maupun syirk asghar (kecil).

Orang yang berbuat baik kepada mereka yang disebutkan dalam ayat di atas, maka sesungguhnya dia telah tunduk kepada Allah dan bertawadhu’ (berendah hati) kepada hamba-hamba Allah; tunduk kepada perintah Allah dan syari’at-Nya, di mana ia berhak memperoleh pahala yang besar dan pujian yang indah.

Sebaliknya, barang siapa yang tidak berbuat baik kepada mereka yang disebutkan itu, maka sesungguhnya dia berpaling dari Tuhannya, tidak tunduk kepada perintah-Nya serta tidak bertawadhu’ kepada hamba-hamba Allah, bahkan sebagai orang yang sombong; orang yang bangga terhadap dirinya lagi membanggakan diri di hadapan orang lain. Di hadapan manusia terhadap apa yang dimilikinya.

Nilai-Nilai Pendidikan

QS. An-Nisa ayat 36 mengandung nilai-nilai pendidikan sebagai berikut :

  1. Mendidik hamba-Nya agar menguatkan tauhid dan menjauhi segala kemusyrikan baik syirik asgar dan akbar sehingga meningkatkan keimanan dan ketakwaan.
  2. Mendidik hamba-Nya menjadi pribadi yang berbuat baik kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnusabil, serta hamba sahaya.
  3. Mendidik hamba-Nya menjadi pribadi yang taat dan berakhlak karimah serta menjauhi sifat sombong lagi menbanggakan diri yang tidak disukai Allah.
  4. Mendidik hamba-Nya menjadi pribadi yang cerdas menggunakan media dan teknologi sebagai alat dakwah dan menimba ilmu dari sumber terpercaya. 

Media dan Teknologi

Saat ini kita berada di era teknologi, dimana dunia informasi semakin berkembang begitu cepat dan menjadi semakin canggih. Potensi melakukan perbuatan baik ada di mana-mana, begitu pula potensi untuk melakukan kemaksiatan dan kejahatan.

Bayangkan, hanya dengan berada di depan ponsel, tablet, komputer atau perangkat canggih lainnya yang terkoneksi dengan internet, kita dapat menyerap dan menuai pahala ataupun dosa secara cepat dan real time.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempertahankan takwa dalam berinteraksi dengan teknologi. Takwa adalah kesadaran yang kuat akan keberadaan Allah SWT dan berusaha untuk mematuhi ajaran-Nya dalam setiap aspek kehidupan. Takwa adalah kunci untuk menjaga kehidupan Islami di era digital ini.

Selain membatasi waktu dan memilih konten yang positif, kita juga harus menggunakan teknologi untuk memperkuat dakwah Islam. Kita harus aktif memanfaatkan teknologi untuk memperkuat dakwah Islam dan memberikan manfaat bagi orang lain serta mengucapkan perkataan yang baik karena setan selalu menimbulkan perselisihan di antara kita.

Allah berfirman :

وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْۗ اِنَّ الشَّيْطٰنَ كَانَ لِلْاِنْسَانِ عَدُوًّا مُّبِيْنًا ۝٥٣

Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia. (QS. Al-Isra : 53)

Tantangan Media dan Teknologi

Salah satu tantangan utama di era digital adalah keberagaman informasi yang tersebar luas di internet. Informasi yang tidak terverifikasi dengan benar dapat menyesatkan pemahaman agama dan memecah belah umat. Oleh karena itu, penting kita memastikan kebenaran dan kesahihan dari sumbernya.

Allah berfirman :

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌۗ اِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا ۝٣٦

Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya. (QS. Al-Isra : 36)

Rasulullah Saw bersabda :

إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُم ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ سَيْئًا وَأَنْ تَعتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّ قُواوَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيْلَ وَقَالَ وَكَشْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةِ الْمَالِ

“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga pula. Allah meridhai kalian bila kalian hanya menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya serta berpegang teguh pada tali (agama) Allah seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah. Dan Allah membenci kalian bila kalian suka qila wa qala (berkata tanpa berdasar), banyak bertanya (yang tidak berfaedah) serta menyia-nyiakan harta”(HR. Muslim)

Hati-hati janganlah kita mem–bully dan nyinyir kepada saudara, teman, tetangga atau bahkan orang yang kita kenal di dunia maya, yang mempajang foto-foto atau video kebaikan dan ibadah yang sedang mereka kerjakan, tidak boleh kita mengklaim mereka riya’ karena mungkin mereka sedang berdakwah bil hal yang mereka tampakkan di media sosial.

Allah berfirman :

اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ ۝٢٧١

Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Baqarah : 271)

Waspada Bahaya Lisan dan Tulisan

Janganlah kita saling mengejek, menggunjing dan banyak megucapkan perkataan yang menyakiti orang lain  di dunia maya maupun di dunia nyata karena dapat menyebabkan tergelincir ke neraka.

Rasulullah Saw bersabda :

إِنَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مَا يَتَبَيَّنُ مَا فِيْهَا يَهْوِى بِهَا فِي النَّارِأَبْعَدَمَا بَيْنَ الْمَسْرِقِ وَالْمَغْرِبِ

“Sesungguhnya seorang hamba yang mengucapkan suatu perkataan yang tidak dipikirkan apa dampak-dampaknya akan membuatnya terjerumus ke dalam neraka yang dalamnya lebih jauh dari jarak timur dengan barat” (HR. Bukhari)

Penting sekali kita memasukkan nilai-nilai religius dalam menggunakan teknologi agar teknologi tidak membahayakan penggunanya.

Dimensi yang Harus Diperkuat pada Generasi Digital

Pertama, Ilmu (Pengetahuan & Teknologi)

Kedua, Iman (Keyakinan)

Ketiga, Amal (Akhlak/Budi Pekerti)

3 unsur di atas akan mengantarkan kepada ketakwaan seorang hamba kepada tuhan-Nya baik di dunia nyata ataupun maya.

Pentingnya Menghidupkan Nilai-Nilai Religius dalam Penggunaan Media dan Teknologi Digital yang Semakin Mengancam

1. Jangan melampaui batas

Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُحَرِّمُوْا طَيِّبٰتِ مَآ اَحَلَّ اللّٰهُ لَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْاۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِيْنَ ۝٨٧

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengharamkan sesuatu yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (QS. Al-Maidah : 87)

Ayat ini mengingatkan kita pentingnya menjaga tutur kata dan perilaku di dunia maya agar tidak melampaui batas dan mencemarkan nama baik agama Islam.

2. Menjadikan teknologi sebagai tempat memberikan kemanfaatan bagi orang lain

Rasulullah Saw bersabda :

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling banyak memberi manfaat kepada manusia lainnya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan At-Tirmidzi)

3. Beriman, bertakwa dan mengucapkan perkataan yang baik

Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ۝٧٠يُّصْلِحْ لَكُمْ اَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْۗ وَمَنْ يُّطِعِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا ۝٧١

70. Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar. 71. Niscaya Dia (Allah) akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Siapa yang menaati Allah dan Rasul-Nya, sungguh, dia menang dengan kemenangan yang besar. (QS. Al-Ahzab : 70-71)

4. Jauhilah prasangka buruk, mencari kesalahan orang lain dan menggunjing

Allah berfirman :

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ۝١٢

Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat : 12)

5. Menjauhi gibah

Rasulullah Saw bersabda :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ قَالَ : أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ : ذِكْرُكَ أَخَأكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيلَ اَفَرَاَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنَّ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُولُ فَقَدِاغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَهُ

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada para sahabat, “Tahukah kalian apa itu ghibah ?” Para sahabat menjawab, “Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui. “Beliau berkata, “Ghibah ialah engkau menceritakan hal-hal tentang saudaramu yang tidak dia suka” Ada yang menyahut, “Bagaimana apabila yang saya bicarakan itu benar-benar ada padanya?” Beliau menjawab, “Bila demikian itu berarti kamu telah melakukan ghibah terhadapnya, sedangkan bila apa yang kamu katakan itu tidak ada padanya, berarti kamu telah berdusta atas dirinya” (HR. Muslim)

6. Menyeru kepada kebaikan agar memperoleh pahala jariyyah

Rasulullah Saw bersabda :

مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ اْلأَجْرِ مِشْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لآَيَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا

“Barangsiapa yang menyeru kepada kebaikan maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang-orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi pahala-pahala mereka sedikitpun. Dan barangsiapa yang menyeru kepada kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa-dosa mereka sedikit pun” (HR. Bukhari)

7. Menjaga lisan dan tangannya

Rasulullah Saw bersabda :

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ

“Seorang muslim adalah seseorang yang orang muslim lainnya selamat dari ganguan lisan dan tangannya” (HR. Muslim)

8. Tidak berlaku seenaknya dan tidak mendzalimi

Rasulullah Saw bersabda :

أَتَدْرُوْنَ مَا الْمُفْلِسُ قَالُوْاالْمُفْلِسُ فِيْنَا يَا رَسُو لَ اللَّهِ مَنْ لاَ دِرْهَمَ لَهُ وَلاَ مَتَاعَ قَالَ رَسُو لَ اللَّهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُفْلِسُ مِنْ أُمَّيِي مَنْ يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلاَتِهِ وَصِيَامِهِ وَزَكَاتِهِ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَاَكَلاَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَيَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُحِذَ مِنْ خَطَايَاهُم فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ

“Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut ? Para sahabat pun menjawab, ‘Orang yang bangkrut adalah orang yang tidak memiliki uang dirham maupun harta benda. ‘Beliau menimpali, ‘Sesungguhnya orang yang bangkrut di kalangan umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, akan tetapi, ia juga datang membawa dosa berupa perbuatan mencela, menuduh, memakan harta, menumpahkan darah dan memukul orang lain. Kelak kebaikan-kebaikannya akan diberikan kepada orang yang terzalimi. Apabila amalan kebaikannya sudah habis diberikan sementara belum selesai pembalasan tindak kezalimannya, maka diambillah dosa-dosa yang terzalimi itu, lalu diberikan kepadanya. Kemudian dia pun dicampakkan ke dalam neraka”.(HR. Muslim)

9. Menjaga kehormatan muslim lainnya

Rasulullah Saw bersabda :

بِحَسْبِ امْرِيْ مِنَ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسلِمَ كُلٌ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ حَرَامٌ دَمُهُ وَمَالُهُ وَعِرْضُهُ

“Cukuplah seseorang dikatakan buruk jika sampai menghina saudaranya sesama muslim. Seorang muslim wajib manjaga darah, harta dan kehormatan orang muslim lainnya” (HR. Muslim)

Rasulullah Saw juga bersabda :

عَنْ أَبِيْ الدَّرْدَاءِرَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيْهِ, رَدَّ اللهُ وَجْهَهُ النَّارَ

Dari Abu Darda’ Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:“Siapa yang mempertahankan kehormatan saudaranya yang akan dicemarkan orang, maka Allah akan menolak api Neraka dari mukanya pada hari kiamat.”( HR. At-Tirmidzi & Ahmad)

10. Janganlah berbuat jahat

Allah berfirman :

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖۙ وَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَاۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ ۝٤٦

Siapa yang mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan siapa yang berbuat jahat, maka (akibatnya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).(QS. Fushshilat : 46)

11. Hati-hati dalam memposting atau mengomentari orang lain karena akan dicatat

Allah berfirman :

اِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيٰنِ عَنِ الْيَمِيْنِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيْدٌ ۝١٧

(Ingatlah) ketika dua malaikat mencatat (perbuatannya). Yang satu duduk di sebelah kanan dan yang lain di sebelah kiri.(QS. Qaf : 17)

12. Membina moral (akhlak mulia)

Senantiasa menjaga akhlak mulia di zaman digital yang bebas agar kita  mengetahui tata krama dan batasannya serta mengajarkannya pada anak-anak kita.

Nabi Saw bersabda :

وَقَالَ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ: {أَكْرِمُوا أَوْلَادَكُمْ وَأَحْسِنُوا آدَابَهُمْ}.

Nabi Saw bersabda: “Muliakanlah anak-anak kalian dan ajarilah mereka tata krama.” (HR Ibnu Majah)

13. Membina Ibadah

Media digital dijadikan bahan dalam pembinaan ibadah dengan memanfaatkan media sosial seperti youtube untuk menambah ilmu.

Allah berfirman :

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلٰوةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَاۗ لَا نَسْـَٔلُكَ رِزْقًاۗ نَحْنُ نَرْزُقُكَۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوٰى

Dan perintahkanlah keluargamu melaksanakan salat dan sabar dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik di akhirat) adalah bagi orang yang bertakwa. (QS. Thaha : 132)

14. Menjaga Ketauhidan serta Mendoakan Keturunan

Allah berfirman :

وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الْأَصْنَامَ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, “Wahai Rabbku, jadikanlah negeri ini (Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala.” (QS. Ibrahim: 35)

Kisah Teladan

Melalui kitab Shafat ash-Shafwah, Imam Abul Faraj Abdurrahman bin Al Jauzi, menjelaskan contoh keteladanan Rasulullah Muhammad Saw dalam lima aspek kehidupan termasuk penerapan dalam kehidupan media sosial, sebagai berikut:

Pertama, tidak pernah sombong

Kerendahan hati merupakan sifat karakter yang sangat penting dimiliki setiap orang, karena sifat ini melahirkan berbagai sikap luhur dan menenangkan kehidupan masyarakat. Seperti yang disampaikan Nabi Muhammad Saw, beliau selalu rendah hati kepada siapapun dan tidak pernah menyombongkan diri.

Kedua, lemah lembut

Akhlak mulia Rasulullah Saw dikenal memiliki akhlak yang paling mulia untuk dijadikan teladan bagi umatnya. Akhlaknya yang paling mulia selalu menyertakan pendapat yang baik, dia tidak pernah melakukan hal-hal buruk, berperilaku kasar, dan tidak pernah berteriak.

Ketiga, tipe pecinta semua

Kecintaan Nabi Muhammad Saw terlihat dari sifat-sifatnya yang sangat mulia. Beliau dikenal lemah lembut terhadap para sahabatnya. memaafkan mereka dan meminta kepada Allah SWT untuk mengampuni dosa dan kesalahan mereka, Nabi juga sangat mengenal anak-anak.

Keeempat, toleran

Sifat pemurah Rasulullah selanjutnya yang harus dimiliki setiap Muslim adalah selalu bersikap toleran. Kualitas ini membuat seseorang taat kepada Allah SWT semaksimal mungkin. Misalnya, kesabaran dalam menghadapi cobaan atau kejadian yang tidak menyenangkan dan kemampuan untuk menerimanya dengan sepenuh hati.

Kelima, dermawan

Kedermawanan Rasulullah Saw dikenal dengan kebesaran dan kedermawanan jiwanya. Memberikan sesuatu dari Allah SWT tanpa keegoisan dan kemunafikan.

Marilah kita memperbanyak doa :

اَللّهُمَّ لَا خَيْرَ اِلَّا خَيْرُكَ وَلَا طَيْرَ اِلَّا طَيْرُكَ وَلاَ اِلهَ غَيْرُكَ

“Ya Allah, tidak ada kebaikan kecuali kebaikan-Mu dan tidak ada nasib sial kecuali yang Engkau tentukan. Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau.”(HR. Ahmad)