Prof. Elly Malihah dalam Webinar PAUDHI: Program PAUDHI Memiliki Tujuan untuk Menciptakan Generasi yang Tangguh

Bandung, UPI

“Untuk diketahui bahwa generasi milenial memiliki beberapa peluang atau potensi. Mereka merupakan generasi dengan kecakapan teknologi tingkat tinggi. Sikap terbuka yang dimiliki generasi ini membuatnya mudah bergaul dengan siapapun. Memiliki perspektif global. Mementingkan kolaborasi daripada kompetisi. Multi-tasking. Hidup dengan informasi yang mudah dan cepat,” ungkapnya.

Pernyataan tersebut disampaikan Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si., Guru Besar Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia dalam pertemuan virtual (webinar). Prof. Elly membincangkan “Pengasuhan, Perlindungan, dan Kesejahteraan Sosial Bagi Pengembangan Anak Usia Dini untuk SDM Unggul” sebagai upaya memperkuat pengembangan layanan PAUD yang terintegrasi.

Kegiatan ini diselenggarakan oleh Direktorat Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, BAPPENAS bekerja sama dengan Universitas Pendidikan Indonesia. Webinar difokuskan pada pembahasan isu strategi akselerasi pengembangan anak usia dini holistik integratif pendidikan sebagai upaya memperkuat sasaran tujuan pembangunan berkelanjutan dan pembangunan nasional. Webinar dilakukan secara daring melalui media Zoom dan Youtube Dit. APK Bappenas dan TVUPI pada Senin, (11/10/2021).

Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si., Guru Besar Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia hadir sebagai Penanggap 1 dengan topik Tanggapan Umum dan Khusus terhadap pelaksanaan Pengasuhan, Pelindungan dan Kesejahteraan Sosial Anak di Indonesia. Prof. Elly menjelaskan bahwa,”Program PAUDHI memiliki tujuan untuk menciptakan generasi yang tangguh. Program PAUDHI juga menciptakan generasi yang terpenuhi hak essensial dalam bidang pendidikan, kesehatan, gizi, perlindungan, pengasuhan dan kesejahteraan anak. Teknologi sebagai instrument untuk meningkatkan kesejahteraan anak.”

Perlu diketahui, lanjutnya, ada delapan karakteristik generasi milenial, empat diantaranya yaitu pertama menginginkan kebebasan di segala bidang. Kedua, menyukai perubahan serta mudah beradaptasi. Ketiga, peneliti yang handal, mampu menghimpun berbagai bentuk informasi. Keempat, mampu mengintegrasikan hiburan pendidikan dan kehidupan sosial dalam pekerjaan.

Disamping adanya peluang, ungkapnya lagi, tentu saja ada tantangan yang harus dihadapi oleh generasi milenial. Tentangan tersebut adalah pergaulan semakin bebas dan tanpa batas ruang dan waktu. Gaya hidupnya semakin hedon. Menghadapi bahaya laten narkolema yaitu narkotika lewat mata, pornografi yang berkelanjutan. Menreka juga menghadapi persaingan kerja yang semakin ketat. Adanya perbedaan pola asuh mengakibatkan generasi milenial cenderung ekspresif dan berontak dari dominasi orang tua.

Dijelaskan lebih lanjut,”Ketika kita berbicara dalam perspektif Pendidikan Anak Usia Dini Holistik Integratif ancaman digital juga dilihat bahwa adanya kejahatan yang semakin tinggi berbasis cyber. Cyberbullying dapat berdampak secara tidak langsung terhadap kesejahteraan anak. Adanya adiksi terhadap internet dapat menyebabkan anak kurang melakukan aktifitas fisik sehingga dapat mempengaruhi kesehatan anak. Ancaman berikutnya adalah adiksi terhadap internet dapat menyebabkan layanan pendidikan formal terabaikan.”

Peran orang tua diperlukan dalam rangka membangun ketahanan diri di era digital, ungkapnya. Ketahanan diri dimulai dengan pengendalian diri, yaitu kemampuan seseorang untuk mengendalikan dirinya seperti pikiran, perasaan, dan perbuatan dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi, baik positif maupun negatif. Jika mampu mengendalikan diri maka orang tersebut sudah memiliki ketahanan diri. Anak-anak pun perlu dilatih ketahanan dirinya melalui peran orang tua.

“Ketika berbicara digital resilience, kita perlu memahami bahwa ada beberapa resiko online, dan resiko ini datang dalam bentuk yang berbeda, dari berita palsu hingga tergoda untuk berperilaku dengan cara yang mungkin mereka sesali di kemudian hari. Ketika mereka menghadapi resiko, atau ketika sesuatu yang sulit atau tidak menyenangkan terjadi, mereka tahu kemana harus mencari bantuan. Mereka bisa belajar dari pengalaman mereka. Mereka bisa pulih dengan cepat,” jelasnya.

Bagaimana kita membangun pemahaman tentang kehidupan online pada anak, tanyannya. Kita harus berbicara pada anak tentang apa yang mereka suka secara online. Penting untuk bersikap terbuka dalam percakapan ini, daripada memberi kesan bahwa anda sedang memeriksanya. Tanyalah apa yang mereka suka, dan apa yang mereka tidak suka dari pengalamannya berkegiatan online, serta bagaimana mereka menghadapi resiko dan melewati tantangan ketika melakukan kehidupan online.

Lebih lanjut diungkapkan,”Paling tidak ada dua belas tips di dalam menghadapi masalah ini. Pertama kenalkan konsep perbedaan generasi pada anak. Kedua, kenalkan lingkungan dan budaya yang dapat mempengaruhi anak-anak milenial. Ketiga, berikan pemahaman tentang potensi gap generasi yang dapat mempengaruhi pergaulan. Keempat, carikan mentor atau peer group yang mengarahkan untuk dapat fokus terhadap masa depan. Jangan dibiarkan nyaman dengan hidup sendiri.”

Selanjutnya, identifikasi kembali peran dan tugas sebagai anak. Pelajari cara memanfaatkan teknologi dengan bijak. Kenali dan pahami bahwa generasi mereka lebih menyukai hal-hal yang estetis namun tetap positif. Berikan pemahaman tentang peluang-peluang yang mungkin didapatkan oleh generasi mereka.

“Kemudian dukung bentu-bentuk baru dari rasa ingin tahu dan mengeksplorasinya. Berikan pemahaman tentang pentingnya dinamika bekerja secara tim dan motivasi untuk melakukan kolaborasi. Jadilah adil dan tegas. Terakhir, identifikasi batasan-batasan mutli-tasking,” pungkasnya.

Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua LPPM UPI Prof. Dr. H. Dadang Sunendar, M. Hum., dan Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, Bappenas Amich Alhumami, Ph.D., sementara itu Deputi bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Bappenas Dr. Ir. Subandi Sardjoko, M.Sc., berbicara tentang Arah Kebijakan dan Strategi PAUDHI 2020-2024 di dalam mewujudkan SDM Unggul dan Berdaya Saing.

Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA., berbicara tentang Pentingnya Optimalisasi Pengasuhan, Pelindungan dan Kesejahteraan Sosial Anak pada masa periode Golden Age. Direktur Agama, Pendidikan, dan Kebudayaan, Bappenas Amich Alhumami, Ph.D., berbicara tentang PAUDHI di dalam mendukung aspek Pengasuhan, Pelindungan dan Kesejahteraan Sosial Anak. Prof. Dr. Fonny Hutagalung dari University of Malaya berbicara tentang Ilmu Pengetahuan dan Riset untuk peningkatan kualitas Pengasuhan, Pelindungan dan Kesejahteraan Sosial Anak. Dra. Agnes Asih Sari Oetami dari Srikandi Lintas Iman berbicara tentang Peran aktif masyarakat di dalam mewujudkan Pengasuhan, Pelindungan dan Kesejahteraan Sosial Anak yang optimal.

Hadir juga Prof. Dr. Elly Malihah, M.Si., Guru Besar Sosiologi, Universitas Pendidikan Indonesia sebagai Penanggap 1 dengan topik Tanggapan Umum dan Khusus terhadap pelaksanaan Pengasuhan, Pelindungan dan Kesejahteraan Sosial Anak di Indonesia, dan Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Kementerian PPPA sebagai Penanggap 2 dengan topik Tanggapan Umum dan Khusus terhadap pelaksanaan Pengasuhan, Pelindungan dan Kesejahteraan Sosial Anak di Indonesia. (dodiangga)