Ramadan & Lunar Calendar

Seorang sahabat yang bekerja sebagai staf Kedubes RI di Helsinki Finlandia bertutur bahwa  Ramadan tahun 1442 H ini, durasi shaum di Helsinki Finlandia mencapai 19 jam. Malahan di  Nuut City  Greenland  yang dekat dengan kutub utara, lama shaum ramadan tahun ini bisa mencapai 21 jam.

Secara umum,  tahun 1443 H ini durasi shaum bagi masyarakat muslim yang bermukim di negara negara  bumi belahan utara lebih lama. Bulan April 2021 ini, kawasan subtropis wilayah utara sedang musim semi menuju musim panas. Durasi waktu siang hari akan jauh lebih lama dibanding malam hari.   

Sebaliknya masyarakat muslim  yang bermukim di negara sub tropis belahan bumi selatan, durasi shaum  lebih pendek. Bulan April  2021 ini di  negara sub tropis  belahan bumi selatan sedang musim gugur menuju musim dingin. Di belahan bumi selatan, durasi shaum tahun ini relatif pendek.

Seperti   diberitakan  Al Jazeera, durasi  shaum di Aprika Selatan tahun 1442 H lamanya sekitar  12 jam. Warga muslim di Wellington Selandia Baru, Argentina, Australia, dan Chile, durasi shaum sekitar 11 jam. Sedangkan kaum muslimin yang bermukim di wilayah tropis seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Ethopia, Yaman  durasi shaum sekitar 13 jam.

Lama shaum antara belahan bumi bagian utara,  bagian tengah, dan selatan bisa berbeda beda, karena perbedaan  posisi bumi dalam mengelilingi matahari. Selain perputaran bumi pada porosnya yang menyebabkan adanya siang dan malam.

Perintah Shaum

Ibadah shaum bagi umat Islam hukumnya wajib. Allah SWT berfirman  dalam surah Al Baqarah 183-185, Hai orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang orang sebelum kamu agar kamu bertakwa . 

Perintah shaum bagi kaum muslimin adalah menahan diri dari makan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan muslimin muslimat kepada Sang Kholik Allah SWT.

Waktu shaum telah dicontohkan oleh Rosululloh SAW,  berawal dari terbitnya fajar shadik dan berakhir hingga terbenam Matahari secara sempurna di balik ufuk.  Allah SWT berfirman, “kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai datang malam” (QS Al Baqarah 187).

Berdasarkan perintah shaum itulah, kaum muslimin melaksanakan ibadah shaum sesuai perintah Allah. Durasi shaum diawali sejak terbit fajar shadik sampai terbenam Matahari secara sempurna. Pada dasarnya Ibadah shaum bagi kaum muslimin untuk meningkatkan kualitas takwa. Oleh sebab itu kaum muslimin  tak mempersoalkan mengapa ada perbedaan durasi shaum di berbagai wilayah belahan bumi ini.

Dua metoda dalam menentukan hari pertama awal Ramadan atau 1 Syawal  dalam kalender Hijriyah. Pertama, metode ruyatul hilal. Aktifitas pengamatan visibilitas hilal bulan sabit saat Matahari terbenam menjelang awal bulan kalender Hijriyah. Kedua, metode hisab. Yaitu cara perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi dalam penentuan dimulainya awal bulan. Bila ada perbedaan antara dua metode di atas, umat islam tak mempersoalkan. Tetap saling menghargai pendapat atas hasil akhir penentuan awal bulan tsb. Perbedaan adalah hikmah.

Penentuan ibadah shaum Ramadan didasarkan pada sistem penanggalan islam yaitu Hijriyah. Hal ini berbeda dengan sistem kalender dengan penanggalan Masehi. Perbedaan ini lah yang membuat sistem penanggalan untuk menentukan awal shaum 1 Ramadan dan penentuan Idul Fitri 1 Syawal selalu berbeda dibanding dengan sistem penanggalan Masehi. Ada selisih 10-11 hari setiap tahunnya. Oleh karena itu bulan ramadan dan bulan lainnya pada sistem penanggalan  islam (hijriyah) tak selalu pada musim yang sama. Bagi masyarakat yang bermukim di daerah sub tropis, bulan ramadan bisa berbarengan dengan musim panas dengan waktu shaum yang panjang. Tetapi beberapa tahun kemudian, durasi shaum bisa terjadi di musim dingin yang penuh salju dengan durasi waktu yang pendek. Itu rahasia Allah, mengapa    penentuan shaum didasarkan pada sistem kalender Hijriyah.

Lunar Calendar

Dalam sistem penanggalan Islam (Hijiriyah), pergantian bulan baru berdasarkan penampakan hilal. Yaitu bulat sabit terkecil yang dapat diamati dengan mata telanjang atau menggunakan teleskop.

Satu bulan dalam sistem penanggalan islam dengan lunar calendar atau Komariyah terdiri antara 29 dan 30 hari, sesuai dengan rata rata siklus fase sinodis bulan 29,53 hari. Artinya satu tahun dalam kalender  lunar (komariah) adalah 12 x  siklus sinodis bulan, yaitu 354 hari 8 jam 48 menit 36 detik. Dengan demikian, kalender Hijriyah (lunar) lebih pendek sekitar  10 -11 hari dibanding dengan kalender Masehi yang didasarkan gerakan tahunan mata hari ( solar calender ).

Perbedaan ini lah yang membuat awal Ramadan ataupun 1 Syawal  yang didasarkan pada kalender lunar (komariyah) selalu berbeda tiap tahun. Atau bergeser 11 hari setiap tahunnya dibanding dengan perhitungan tahun Masehi yang menggunakan kalender matahari (Syamsiah).

Perbedaan penanggalan Hijriyah dan penanggalan Masehi, terjadi juga pada cara menentukan penggantian hari. Penggantian hari pada penanggalan Hijriyah berawal setelah matahari terbenam dan berlangsung sampai matahari terbenam di hari berikutnya. Sedangkan penentuan hari baru pada sistem penanggalan Masehi, di awali tengah malam pada pukul 00.01 (am) dan berakhir pada tengah malam hari berikutnya, pukul 23.59 (pm).

Itulah pelaksanaan ibadah syaum di bulan Ramadan oleh segenap masyarakat muslim di seluruh penjuru dunia. Shaum di bulan ramadan adalah ibadah yang sangat istimewa. Begitu istimewanya, Allah bahkan merahasiakan pahala bagi hambanya yang menjalankan ibadah shaum. Firman Allah SWT dalam Hadist Qudsi, Puasa itu untuk Aku dan Aku pula yang akan membalasnya (Dinn Wahyudin)