Rektor Lantik 8 Kepala Sekolah Laboratorium Percontohan UPI

Bandung, UPI

Sebanyak 8 Kepala Sekolah Laboratorium Percontohan di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dilantik dan diangkat sumpahnya oleh Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., M.A. Pelantikan dilakukan Rektor UPI Prof. Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., M.A., dalam kegiatan Pelantikan Kepala Sekolah Laboratorium Percontohan UPI, Sosialisasi Aplikasi Orang Pintar Kerjasama Museum UPI dengan PT. Semarak dan Peresmian Gedung SMA Bumsil dan SD Laboratorium UPI Cibiru, di Lapang SMA Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Bumi Siliwangi Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Senin, (20/09/2021).

Mereka dilantik berdasarkan Keputusan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia Nomor 1376/UN40.R3/KP.08.01/2021 Tentang Pengangkatan Kepala Sekolah Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Masa Bakti 2021 – 2025.

Adapun mereka yang dilantik adalah Roberto Leonardo S.Pd., sebagai Kepala SMP Laboratorium Percontohan UPI Kampus Bumi Siliwangi; Dr. Deni Kadarsah. M.Pd., sebagai Kepala SMA Laboratorium Percontohan UPI Kampus Bumi Siliwangi; Dra. Enok Jubaedah, M.Ag., sebagai Kepala SD Laboratorium Percontohan UPI Kampus Cibiru; Saeful Uyun, S.Pd., M.Hum., sebagai Kepala SMP Laboratorium Percontohan UPI Kampus Cibiru; Ayi Jaja Jamaludin, S.Pd., M.Pd., sebagai Kepala SMA Laboratorium Percontohan UPI Kampus Cibiru; Chusna Arifah. S.Pd., sebagai Kepala SD Laboratorium Percontohan UPI Kampus Tasikmalaya; Erna Yulyani, S.Pd., sebagai Kepala SD Laboratorium Percontohan UPI Kampus Serang; dan Cica Sri Oktapiani, S.Pd., sebagai Kepala TK Laboratorium Percontohan UPI Kampus Purwakarta.

Menurut Rektor,“Kita mengalami tantangan yang luar biasa selama masa pandemi Covid-19, kompetisi terjadi setiap hari, tidak ada lawan yang diam di tempat. Selain itu, kita juga menghadapi revolusi industri besar-besaran yang berdampak terhadap seluruh aspek kahidupan termasuk kehidupan sekolah. Oleh karena itu, dibutuhkan para kepala sekolah dan guru yang mampu memaksimalkan upaya-upaya yang bisa menghadapi tantangan tersebut. Kita harus berkembang dan maju, namun tidak boleh sekedar berkembang dan maju, tapi harus mau memanfaatkan teknologi.”

Lebih lanjut ditegaskan, bahwa kita harus lebih mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi seperti apapun. Kita harus mencari cara atau solusi, bukan hanya tahu permasalahannya. Dengan persoalan yang ada kita hadapi dengan solusi, jika tidak mau keluar tanpa solusi jangan harap kita leading. Jangan abai dengan persoalan dan tantangan.

“Sekolah Laboratorium Percontohan UPI merupakan sekolah yang befungsi sebagai laboratorium yang menjadi contoh. Yang namanya laboratorium itu tidak lepas dari fungsi pengembangan dan fungsi inovasi. Oleh karena itu, diharapkan menjadi sekolah penggerak, dan menjadi tempat benchmarking bagi sekolah-sekolah lain,” ungkapnya.

Menurutnya, keberadaan Sekolah Laboratorium di UPI sangat dibutuhkan, ini dikarenakan Universitas Pendidikan Indonesia identitasnya adalah pendidikan. Sangat janggal sebuah universitas seperti UPI tidak memiliki Sekolah Laboratorium, sama halnya ketika UNPAD dengan Fakultas Kedokterannya jika tidak punya Teaching Hospital. Oleh karena itu rasanya tidak lengkap jika UPI tidak memiliki Lab School.

Ditegaskan kembali,”Kehadirannya, diharapkan menjadi sekolah yang memiliki fungsi sebagai laboratorium. Ini menjadi tempat bagi sivitas akademika UPI untuk melakukan inovasi-inovasi terkait dengan pendidikan. Ini bukan sekolah biasa, ini adalah sekolah laboratorium, disamping melayani kebutuhan masyarakat seperti layanan pendidikan pada umumnya, tapi ada kewajiban lain yaitu sekolah ini berfungsi sebagai laboratorium yang berfungsi sebagai pengembangan inovasi yang leading, yang tidak harus menunggu kabijakan pemerintah, justru harus menjadi inisiator.”

Sementara itu pada kesempatan yang sama, Kepala Kantor Pengembangan dan Pengelolaan Sekolah Laboratorium (KP2SL) TK – SD – SMP – SMA Laboratorium Percontohan Universitas Pendidikan Indonesia Dr. Prayoga Bestari, M.Si., mengungkapkan,”Ada dua hal penting yang membedakan antara Sekolah Laboratorium Percontohan UPI dengan sekolah lainnya. Pertama adalah klasterisasi. Ada 3 klaster yang menjadi ungulan, pertama Program Kelas Tauhiid. Ini merupakan program kerja sama antara Sekolah Laboratorium Percontohan UPI dengan Pesantren Daarut Tauhiid. Kedua, kelas tahfidz quran, namun tidak ada kerja sama dengan Pesantren Daarut Tauhiid, tapi sejenis, produknya adalah Hafiz Quran. Berikutnya adalah program Kelas Bilingual atau Dwibahasa. Kelas yang menggunakan 2 bahasa pengantar, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Kemudian, ketiga adalah program Kelas Reguler. Ketiganya hadir berdasarkan kenutuhan masyarakat.”

Pembeda kedua adalah Sekolah Laboratorium Percontohan UPI dijadikan sebagai Teaching School, ungkapnya lagi. Adapun metode yang diaplikasikan adalah DDR (Didactical Design Research) dan model pembelajaran RADEC (Read, Answer, Discuss, Explain, Create). Kedua unggulan tersebut diimplementasikan di level pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP/SMA).

“Sementara itu untuk TK, kita bekerjasama dengan PAUD dimana Kampus UPI di daerah berada. Kami melakukan pendekatan tentang ke-PAUD-an. Contohnya, kami tidak memulai dengan Calistung (Membaca, Menulis dan Berhitung) sebab memberatkan anak PAUD dan tidak sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Kita mengikuti pola Amerika, yaitu Calistung diberikan kepada jenjang yang sepantasnya,” katanya.

Bedasarkan hal tersebut, ujarnya makna dari pelantikan ini adalah Sekolah Laboratorium Percontohan UPI bisa beranjak dari kondisi pandemi. Kita harus bangkit dan bertahan, berkembang bahkan berprestasi paska pandemi. Kita kembangkan kolaborasi pembelajaran atau Blended Learning antara metode pembelajaran daring dan pembelajaran luring. Kita kejar ketertinggalan materi pembelajaran. (dodiangga)