Rektor UPI: Kesetaraan dalam Kualitas

Bandung, UPI

Equality in quality atau kesetaraan dalam kualitas. Saya tidak lagi mau mendengar bahwa Kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) di daerah adalah kampus nomor 2, tidak boleh terjadi lagi. Hal ini dibuktikan dengan peraih Program Matching Fund terbanyak ada di Kampus UPI di Tasikmalaya, sementara itu, peminat PGSD paling banyak ada di Kampus UPI di Cibiru. Semuanya harus berkualitas, mari kita bersanding untuk kemajuan UPI.

Pernyataan tersebut ditegaskan Rektor UPI Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., MA., dalam paparan dan arahannya terkait Inovasi Tata Kelola Universitas untuk Mewujudkan UPI sebagai Universitas Rujukan di Asia Tenggara yang disampaikan dalam Rapat Dinas Kelembagaan Tahun 2022 yang diselenggarakan di Auditorium Gedung JICA Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FPMIPA), Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Selasa (27/9/2022).

Dalam paparannya ditegaskan bahwa Tim Evaluasi dan Penyusunan Revisi Rencana Strategis (Renstra) UPI Tahun 2021-2025 Direktorat Perencanaan dan Organisasi UPI sudah melakukan upaya-upaya perbaikan dengan mengadakan kegiatan Reviu Penyelerasan Renstra UPI dengan Renstra Ditjen Dikti.

“Penyelerasan ini dilakukan setelah melihat adanya dinamika yang terjadi di lingkungan internal dan eksternal. Terutama, kebijakan MBKM dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, sehingga jika sekarang kita merujuk kepada Renstra tersebut, kebijakan MBKM dan WCU sudah otomatis terintegrasi dan terikuti,” ungkapnya.

Sampai hari ini, ungkapnya lagi, Indikator Kinerja Utama (IKU) Universitas belum menggembirakan. Targetnya tidak muluk-muluk, tidak harus 100%, diupayakan tingkat ketercapaian minimal 75% karena ini bukan perkara mudah dan UPI harus masuk di 10 besar di antara 16 PTN-bh.

“Nah yang menjadi persoalan adalah teman-teman kita (perguruan tinggi lain.red) loncatnya lebih jauh. Di awal semester 2021, tingkat ketercapaian 50% dan masuk 10 besar dari 12 PTN-bh. Sementara itu di semester kedua 2021, tingkat ketercapaian UPI meningkat 5% menjadi 55%, namun posisinya melorot ke 12 besar dari 12 PTN-bh, hal ini disebabkan PT yang lain peningkatannya jauh lebih besar. Saat ini jumlah PTN-bh bertambah menjadi 16, namun walaupun bertambah, PTN-bh baru ini memiliki kualitas yang di atas rata-rata, terangnya.

Oleh karena itu, katanya lagi, jika ingin tetap berada di posisi 10 besar dengan tingkat ketercapaian minimal 75%, maka kita harus meningkatkan IKU dengan cara melakukan perbaikan atau meningkatkan kegiatan, kemudian dengan Renstra yang baru kita fokus dan membuat skala prioritas karena sudah ter-guide dengan kebijakan, program dan indikator-indikator yang sudah dieksplisitkan. Berikutnya, melengkapi laporan-laporan.

Dijelaskan lebih lanjut,”Terkait akreditasi nasional, UPI sudah memenuhi target. Akreditasi Perguruan Tinggi sudah mendapatkan peringkat Unggul di 2022. Sebanyak 63 Prodi sudah memperoleh akrediasi internasional dari AQAS, ASIIN, AUNQA, ASIC, dan TEDQUAL. Berikutnya sebanyak 108 Prodi sudah mendapatkan akreditasi A dan unggul. Sementara itu untuk WCU, UPI peringkat 19 di Webometrics, di Times Higher Education (THE) peringkat ke 1001-1200 atau ke-3 di Indonesia, QS WUR by Subject 201-250 peringkat ke-1 di Indonesia, dan SCImago Institutions Rankings (SIR) ke-7 di Indonesia. Namun, untuk QS WUR targetnya harus ditingkatkan lagi, ini cukup berat.”

Sementara itu, lanjutnya, dengan memanfaatkan anggaran yang ada, kita kejar target melalui kegiatan prioritas untuk WCU yaitu meningkatkan jumlah mahasiswa asing dari manapun, tidak harus Eropa, Asia Tenggara pun tidak masalah. Kemudian tingkatkan jumlah dosen asing, tingkatkan jumlah mahasiswa inbound dan outbound, tingkatkan jumlah dosen yang mengikuti lecturer exchange, tingkatkan jumlah terekognisi internasional, tingkatkan rangking QS WUR dan THE WUR, lalu meningkatkan publikasi baik secara kuantitas dan kualitas, serta meningkatkan jurnal terindeks SINTA, DOAJ, dan SCOPUS.

Diungkapkannya,”Berdasarkan pertemuan dengan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, UPI sudah menjadi rujukan dalam penyelenggaran perkuliahan dengan menerapkan sistem perkuliahan secara luring, daring dan blended. Ditargetkan, UPI memiliki Dosen dengan kualifikasi S3 bisa mencapai 66% dan 12-15% untuk Guru Besar.”

Program kerja UPI Tahun 2020-2025 dalam bidang pengembangan SDM yaitu dengan melakukan peningkatan kualifikasi sumber daya manusia, lalu mengembangkan kompetensi melalui Program Pelatihan Teknik Instruksional (PEKERTI) dan program Applied Approach (AA), dan membuat regulasi pengelolaan sdm, serta peningkatan kesejahteraan yang berkeadilan.

“Dalam hal pengelolaan keuangan, UPI ditargetkan mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) selama periode 2021-2025. Capaian ini harus bisa dipenuhi karena selama ini kita memperoleh predikat WTP secara berturut-turut sejak 8 tahun yang lalu. Tetapi bukan berarti tidak ada masalah. Masalah tetap terjadi. Prestasi SPI bukan menemukan unit-unit yang bermasalah, justru jika unit-unit tersebut tidak bermasalah itulah prestasinya. SPI harus proaktif melakukan pembinaan sejak awal,” tegasnya.

Berdasarkan hal tersebut, lanjutnya, di dalam melakukan kegiatan rutin tahunan, kita harus belajar dari pengalaman. Hindari berbuat kekeliruan terutama mengulang kekeliruan yang sama. Siapkan laporan keuangan sesuai format yang berlaku. Siapkan pula dokumen-dokumen pendukung yang diperlukan secara lengkap. Gunakan SDM tenaga auditor yang sudah disebar ke unit-unit masing-masing. Kemudian bila ada yang diragukan atau menjadi pertanyaan, konsultasikan dengan SPI. Dalam waktu dekat kita upayakan untuk segera merilis Smart Management System.  (dodiangga)