Rektor UPI: Mahasiswa Jangan Selalu Berpikir Linier

Bandung, UPI

Tuntutan kompetensi di era revolusi industri 4.0 saat ini menjadi salah satu tuntutan universitas juga dan ini menjadi Indikator Kinerja Utama (IKU) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). IKU adalah bagaimana Perguruan tinggi itu bisa meluluskan lulusan-lulusan yang minimal bisa bekerja dan tentunya lebih dari itu adalah bagaimana bisa menciptakan lulusan yang bisa menciptakan pekerjaan.

Pernyataan tersebut disampaikan Rektor UPI Prof. Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A., usai memberikan sambutan dalam kegiatan Webinar yang diselenggarakan oleh Divisi Pengembangan Karir dan Hubungan AlumniBadan Bimbingan dan Konseling dan Pengembangan Karir (BKPK) UPI di Ruang Rapat Partere, Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Senin (28/6/2021). Kegiatan ini berjudul “Tantangan dan Peluang Lulusan Perguruan Tinggi dalam Menghadapi Tuntutan Kompetensi di Era Revolusi Industri 4.0”

Lebih lanjut ditegaskan,”Kuncinya adalah diperlukannya sebuah kreatifitas dan kemandirian karena saya memiliki keyakinan bahwa sesungguhnya peluang pekerjaan itu kapanpun selalu ada dan tidak mengenal masa, hanya mungkin jenisnya yang berbeda.”

Disinilah kita dituntut memiliki kemampuan adaptabilitas untuk menyesuaikan diri sesuai dengan situasi dan kondisi dan tantangan yang ada, ungkapnya. Jadi hal yang paling dituntut dari para produsen kita itu adalah adanya kemandirian, kreatifitas dan kemampuan untuk melihat peluang. Oleh karena itu jangan selalu berpikir linier, tapi harus berpikir lateral, zig zag, karena alamnya berubah-ubah terus, ini yang harus dipahami oleh para mahasiswa.

“Yang perlu dipahamkan kepada mahasiswa tentu saja bukan sekedar pemahaman, bukan sekedar kesadaran, bukan sekedar pengetahuan tapi harus ada real experience. Untuk itulah kenapa pemerintah mendorong mahasiswa untuk magang, mencari pengalaman dan kuliahnya tidak hanya di dalam ruang kuliah saja tapi dimana-mana seperti di masyarakat ataupun di dunia industri, sehingga kaya akan pengalaman. Hal penting inilah yang diupayakan pihak universitas untuk menciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang “kaya” itu sehingga menghasilkan lulusan-lulusan yang handal, siap menghadapi berbagai situai dengan tantangan-tantangannya,” harapnya.

Terkait dengan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), ujarnya lagi, kita juga bukan hanya sekedar menciptakan kurikulum yang mendukung kreatifitas, namun bagaimana pimpinan universitas memfasilitasi terciptanya peluang-peluang tersebut. Salah satu upayanya adalah dengan mendirikan Badan Usaha Milik Kampus atau BUMK.

Ditegaskannya,”Keberadaannya diharapkan menjadi mitra universitas di dalam menciptakan peluang-peluang tersebut. Pertama, tentu saja diharapkan bisa menghasilkan Income Generating Unit (IGU) Universitas yang bisa mendukung keuangan universitas. Kedua, menciptakan kesempatan magang bagi dosen dan mahasiswa, dan ketiga bagaimana menciptakan startup-startup baru yang melahirkan pelaku-pelaku ekonomi. Itulah yang harus dilakukan oleh seorang Rektor dengan dukungan BUMK untuk membuka dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, karena jika dikerjakan sendiri maka kurang optimal hasilnya.”

Badan Bimbingan dan Konseling dan Pengembangan Karir (BKPK) UPI saat ini, ungkapnya lagi, tidak hanya fokus kepada bimbingan dan konseling saja, tetapi dikuatkan dengan pengembangan karirnya, ini sesuai dengan semangat MBKM, jadi BKPK tidak hanya melakukan bimbingan personal saja tetapi memfasilitasi, menjembatani dan menyiapkan karir para mahasiswa. Ini adalah salah satu bentuk upaya terprogram kelembagaan untuk membekali para mahasiswa sejak awal kuliah. (dodiangga)