Reportase Acara Bincang Karier: “Estetika dan Etika – Karier Profesional Dalam Rangka Pemajuan Seni dan Desain”

Bandung, Juni 2025 – Fakultas Pendidikan Seni dan Desain (FPSD) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) menyelenggarakan acara Bincang Karier bertema “Estetika & Etika: Karier Profesional dalam Rangka Pemajuan Seni & Desain” pada hari Rabu, 11 Juni 2025 bertempat di Auditorium Lantai 7 FPSD UPI. Acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pelepasan wisudawan Gelombang II FPSD dan dihadiri oleh 112 wisudawan dari berbagai program studi di lingkungan FPSD UPI. Acara dimulai pukul 08.30 WIB dan menghadirkan tiga narasumber yang kompeten di bidang seni rupa dan desain, masing-masing memberikan perspektif unik terkait perjalanan karier profesional yang mengedepankan nilai estetika sekaligus etika dalam dunia seni.

Salah satu narasumber dalam sesi ini adalah Wisnu Wardhana, S.Pd., M.Ds., guru Seni Budaya di SMPN 39 Bandung sekaligus Ketua Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Seni Budaya Kota Bandung. Dalam pemaparannya, Wisnu menekankan pentingnya pendidikan formal sebagai fondasi utama dalam menapaki karier sebagai guru seni. Menurutnya, untuk dapat mengajar mata pelajaran Seni Budaya secara profesional di tingkat SMP maupun SMA, seseorang minimal harus menyelesaikan pendidikan S1 dari program studi yang relevan, seperti Pendidikan Seni Rupa atau Pendidikan Seni Musik.

Lebih lanjut, Wisnu juga menguraikan tahapan yang harus dilalui untuk menjadi guru ASN, baik sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Ia menjelaskan bahwa calon guru harus terlebih dahulu lulus seleksi administrasi dan akademik seperti CPNS atau PPPK, serta memenuhi syarat usia, kualifikasi pendidikan, dan memiliki sertifikasi pendidik. Tidak hanya soal jalur masuk menjadi guru, Wisnu juga menyoroti empat kompetensi dasar yang wajib dimiliki oleh setiap pendidik, yaitu kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian, dan sosial.

Seorang guru seni tidak hanya dituntut menguasai materi ajar dan strategi mengajar yang baik, tetapi juga harus menjadi panutan dalam sikap serta mampu membangun hubungan sosial yang positif,” ujarnya.

Pada sesi tanya jawab, Wisnu turut berbagi pandangan mengenai profesi sampingan yang relevan dan produktif untuk guru seni, seperti menjadi tutor privat, seniman aktif, pembuat konten edukatif, pembicara seminar, hingga membuka usaha bimbingan belajar. Melalui pemaparan yang kaya akan pengalaman praktis, Wisnu menegaskan bahwa menjadi guru seni bukanlah pilihan karier yang terbatas, melainkan ruang luas yang memungkinkan kolaborasi antara pendidikan, kreativitas, dan profesionalisme.

Sumber: Dok. Istimewa (2025)

Sesi kedua Bincang Karir menghadirkan Irpan Alfian, S.Ds., Creative Director Nolla Studio sekaligus Co-Founder Bandung Design Friendly. Pada pemaparannya, Irpan membahas tantangan dan peluang life after college, mengajak para wisudawan untuk menjadi lebih adaptif, membangun personal branding, serta menyadari posisi mereka dalam lintasan antara jalur praktisi dan akademisi.

Irpan menampilkan sebuah diagram yang menggambarkan pertemuan dua jalur karier: praktisi (seperti desainer, seniman, pekerja film, musisi) dan akademisi (guru, dosen, peneliti). Ia menegaskan bahwa kedua jalur ini bukanlah sesuatu yang saling bertentangan, melainkan bisa saling bersinggungan. yang menurutnya dapat diisi oleh para lulusan seni dan desain untuk merancang karier sesuai minat dan kekuatan masing-masing.

Dalam industri kreatif yang kompetitif dan dinamis, lulusan seni dituntut memiliki strong portfolio, keberanian untuk memulai (go get it), serta kemampuan untuk tetap visible dan relevan. Personal branding disebut Irpan sebagai cara membangun citra diri berdasarkan karakter dan nilai yang ingin dikenalkan.

Bukan sekadar mempercantik media sosial, tapi tentang bagaimana kamu ingin dikenal di dunia nyata,” tegasnya.

Selain itu, networking juga dipaparkan sebagai proses dua arah yang harus dipupuk secara aktif. Irpan menekankan bahwa peluang karier di industri kreatif tidak datang begitu saja, melainkan harus diupayakan secara konsisten. Ia mengingatkan para lulusan untuk tidak bersikap pasif menunggu kesempatan, melainkan aktif menjalin relasi dan membangun ruang kerja mereka sendiri.

Para lulusan juga diajak untuk bersikap adaptif terhadap dinamika industri, termasuk dalam menghadapi tantangan seperti meningkatnya persaingan, kemunculan teknologi AI, penurunan harga jasa, hingga maraknya praktik plagiarisme. Menurut Irpan, industri kreatif dan ekosistemnya memerlukan kedisiplinan dan terus beradaptasi.

Irpan menutup pemaparannya dengan mengingatkan bahwa networking adalah proses dua arah, dan peluang hanya akan hadir jika diupayakan secara aktif. Ia menyimpulkan, ‘Ide bagus yang tidak disampaikan = bukan ide yang bagus’ sambil mendorong para lulusan untuk terus belajar dari proses, memahami alur kerja dari input hingga output, dan tidak hanya terpaku pada aspek teknis semata.

Sesi ketiga sekaligus penutup disampaikan oleh Galih Jatu Kurnia, S.Pd., M.Sn., dosen Seni Rupa FPSD UPI dengan tajuk ‘Apa yang Kurang dari Lulusan’. Galih membahas kenyataan lulusan di mata industri yang sering kali belum memiliki critical thinking, kemampuan memecahkan masalah, keterampilan komunikasi, kerja tim, literasi digital, serta fleksibilitas yang cukup dalam menghadapi perubahan.

Galih juga menyoroti pentingnya membangun relasi dalam dunia kerja. Keberadaan “orang dalam” dalam konteks industri bukan untuk praktik tidak sehat, tetapi justru sebagai penghubung dan penanggung jawab yang bisa dipercaya.

Ketika perusahaan tahu ada kerabat atau kenalan dalam, mereka lebih tenang karena tahu bisa bertanya dan menindaklanjuti jika ada kendala,” jelasnya.

Sumber: Dok. Istimewa (2025)

Acara kemudian ditutup secara resmi dengan penyerahan cendera mata kepada para narasumber oleh Dr. Hery Supiarza, M.Pd., Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan FPSD. Suasana hangat dan inspiratif pun menjadi penutup dari rangkaian Bincang Karier yang memberikan banyak wawasan penting bagi para wisudawan, baik yang ingin menjadi praktisi seni maupun akademisi, serta yang sedang bersiap memasuki dunia industri kreatif secara profesional.

Reporter: Safana Azka Djalulia

Editor: Hafsah Nugraha