Salurkanlah Perasaan Cinta dengan Tepat

Bandung, UPI

Mahasiswa harus memposisikan cinta dengan tepat, yaitu tidak melakukan hubungan seks selain setelah menikah. Hal tersebut dibahas Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kalam dalam pertemuan di Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa UniversitasPendidikan Indonesia (PKM UPI), Sabtu (4/3/2016), menanggapi fenomena semakin gencarnya propaganda lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Kajian yang diadakan seminggu sekali ini cukup menarik antusiasme mahasiswa, terlihat dari mahasiswa yang hadir dari berbagai fakultas. Niluh Ketut, jurusan Ilmu Keolahragaan angkatan 2011 menjadi pemateri menyampaikan tema dengan santai, tanpa menggurui membuat kajian menjadi menyenangkan dan santai.

Dengan gayanya yang khas Niluh menjelaskan bahwa cinta itu adalah naluri yang dimiliki setiap manusia dan bukanlah suatu yang salah jika kita merasakan cinta. Manusia itu berbeda dengan mahluk lainnya, kita memiliki akal, kebutuhan jasmani dan naluri. Tetapi cinta harus disalurkan dengan benar terlebih jika cinta kita terhadap lawan jenis. Jika kita sudah merasa mampu maka menikahlah dan jika merasa belum mampu maka berpuasalah. Karena puasa bisa menahan hawa nafsu.1-1

“Siapa di sini yang pernah pacaran?” Teh Niluh bertanya, dan semuanya mengacungkan tangan tanda semua sudah mengalami pacaran. Sesungguhnya pacaran itu diharamkan dalam Islam karena tidak ada manfaat tetapi zina yang didapat. “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk.”

LGBT (lesbi, gay, biseksual, transgender) juga menjadi bahasan dalam kajian ini. Fenomena LGBT kini tengah muncul ke permukaan, seolah sedang memperlihatkan ke masyarakat luas bahwa kaum tersebut ada. Kendati demikian Islam tetap melarang kaum tersebut, seperti cerita dari kaum Nabi Luth yang dibalikkan tempat tinggalnya ke tanah oleh Allah SWT karena perbuatan dari kaum LGBT.

Niluh menyampaikan bahwa Islam dan khalifah itu jika dijalankan dengan benar maka akan indah. Dijalankannya dengan cara menjaga akidah dan ketakwaan, masyarakat saling mendukung, pergaulan Islam yang semestinya dan system ‘uqubat (persanksian).

Diharapkan dengan adanya kajian ini mahasiswa dapat lebih menjaga diri dari hawa nafsu dan dapat memposisikan cinta yang seharusnya jika memang kita tengah merasakan cinta. Memposisikan cinta tidak hanya menikah bagi yang mampu. Memposisikan cinta yang seharusnya juga yaitu naluri mencintai pasangan berbeda jenis laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk melestarikan jenisnya. (Sani Rusyda Rahmani, Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi 2012 UPI)