Samakan Visi Seluruh Sivitas Akademika UPI

Bandung, UPI

Fondasi religius sebagai bagian dari salah satu motto UPI yang Ilmiah, Edukatif dan Religius, menjadikan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai universitas rujukan, di samping itu ada 2 hal sederhana dan mendasar yang harus dipahami oleh seluruh sivitas akademika UPI yaitu menjadi hamba Allah atau Khadimul Ummah dan khalifatullah fil ardhi, sehingga motto tersebut disempurnakan menjadi leading and outstanding.

Demikian ungkap Rektor Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) periode 2009-2013 dan periode 2013-2017 Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA., saat memberikan pandangannya dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) tentang Manajemen Pendidikan Tinggi di Ruang Rapat Gedung University Center, Lantai 3, Kampus UPI Jalan Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Jumat (26/1/2018).

Lebih lanjut dikatakan,”Keduanya harus menjadi visi seluruh sivitas akademika UPI. Jika sudah sama, maka tidak akan terjadi missed atau salah paham, kita tidak boleh terjebak dengan globalisasi. Kita dituntut kompetitif walaupun kecil tapi berkualitas mengalahkan yang besar namun tidak berkualitas.

Guru Besar UNY bidang ilmu Pendidikan Anak Berbakat itu juga mengatakan bahwa lulusan UPI tidak diragukan keilmuan dan kompetensinya, dimana-mana selalu ada di depan. Orang yang berilmu dan mengamalkannya kepada masyarakat maka Allah swt akan meningkatkan derajatnya, ilmu bukan hadiah dari institusi namun dari Allah swt.

“Visi menjadi sangat penting dan mengikat pada semuanya, kampus adalah institusi akademik, lebih menekankan pada transformasi akademik, atas dasar tersebut kita harus menjadi Khadimul Ummah dan khalifatullah fil ardhi, ada keseimbangan antara horizontal dan vertikal, harus proporsional, karena manusia adalah unik, tetapi ketika masuk lembaga harus melebur,” tegasnya.

UPI adalah father of education, ungkapnya, untuk lebih optimal butuh kekuatan dari alam dan luar. Optimalkan alumni untuk membesarkan lembaga dan kebesaran harus tetap dijaga jangan sampai putus, semua pihak harus menjaga kampus tetap dalam posisi terhormat.

Dijelaskannya,”Realisasi dalam mewujudkan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu harus terus in line dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dan tidak terjebak dalam hal-hal kompetensi itu saja, sehebat apapun lulusannya harus nampak integritasnya, dimulai sejak perkuliahan, implikasinya dosen harus mengoreksi pekerjaan mahasiswa dengan baik.”

Sejak dari awal, mahasiswa itu harus termodali keagamaannya, tegasnya, pembinaan mahasiswa melalui Tutorial PAI-SPAI DPU. Kurikulum tetap pada internasionalisasi visi, dan perlu diformulasikan bagaimana nilai atau value akademik dan non akademiknya masuk dalam RPS hingga pada hasil akhirnya. Apa yang kita hasilkan harus kita pertanggungjawabkan. Tugas kita adalah memperpendek masa tunggu lulusan, mereka menjadi graduate yang work well. Prestasi apapun itu, baik akademik maupun non akademik menjadi tanggung jawab kita.

“Kita harus mengapresiasi segala bentuk prestasi yang diraih oleh mahasiswa, dan untuk menjadikan kita “Ada” yaitu melalui pengenalan identitas. Baliho yang terpasang adalah sebagai proses dari marketing, kita tahu bahwa potensi dari setiap individu tidak hanya dari akademik saja, mereka bisa eksis melalui berbagai bidang, diangkat derajatnya dengan menghargai prestasi mereka. Kita upayakan menampilkannya dalam Dies tingkat fakultas dan universitas, ini juga menjadi ajang tampil untuk prodi. Mereka adalah duta universitas yang membawa nama baik lembaga. Apa artinya jika sebuah universitas memilki banyak guru besar tetapi prestasi mahasiswa tidak muncul. Pengakuan atas prestasi mahasiswa sebagai public accountability,” jelasnya.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Rektor UPI Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., mengatakan,”Kampus adalah lingkungan akademik, karena merupakan ekosistem akademik maka perlu dikembangkan dengan apa yang disebut transformasi leadership, yaitu harus mau mengembangkan diri dan adaptif terhadap perkembangan yang ada, jika administrative leadership saja itu hanya mengembangkan Standar Operasional Prosedur atau SOP, oleh karena itu perlu mempunyai integritas kepemimpinan. Integritas menjadi poin dan kejujuran menjadi hal menarik, pembinaan kemahasiswaan harus terkendali.”

Bagaimana membangun academic leadership, dan bagaimana kita berperilaku sebagai pemimpin, tanyanya. Pemimpin itu harus adil, pemimpin adalah milik semua orang bukan milik golongan, dan tantangannya adalah memilih nada dasar, ini adalah tantangan tersendiri, kita harus membangun unity in diversity bukan membangun uniform. (dodiangga/riza)