Save, Wujud Balas Jasa Generasi Muda

 

A litter of tears for the forgotten heroes. Sebuah gambar dari tulisan Asvi Warman Adam, Sejarawan LIPI.
A litter of tears for the forgotten heroes. Sebuah gambar dari tulisan Asvi Warman Adam, Sejarawan LIPI.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya.” Kutipan dari pidato Hari Pahlawan 10 November 1961 oleh Soekarno tersebut mengandung sebuah pesan. Sudah 69 tahun Indonesia merdeka, para veteran yang dulu berjuang melawan penjajah kini hidup memprihatinkan.

Pukul sembilan malam, ketika seharusnya orang lain sudah berada di rumah dan beristirahat, Kris masih berada dalam perjalanan menuju rumah. Kesibukannya sebagai Ketua Umum Yayasan Sahabat Veteran Indonesia membuatnya terlibat sejumlah agenda penting. Sesuai dengan namanya, Kriswiyanto Muliawan, pria lulusan Fakultas Ekonomi UI ini pun berhati mulia. Bersama dengan beberapa temannya yang berasal dari berbagai latar belakang, mulai membentuk suatu gerakan untuk mengapresiasi jasa veteran Indonesia.

Save, merupakan singkatan dari Sahabat Veteran. Gerakan ini berawal dari sebuah tulisan tentang veteran berjudul “Litter of Tears For The Forgotten Heroes yang ditulis oleh Asvi Warman Adam, Peneliti LIPI. Sebuah tulisan dengan foto seorang veteran yang sudah renta memegang nasi bungkus di pinggir jalan menuai banyak respons dan simpati dari berbagai kalangan. Betapa miris jika melihat keadaan veteran saat ini. Di masa lalu mereka dipuja atas jasanya, dan kini mereka seolah dilupakan keberadaannya. Atas inisiatif kalangan yang berasal dari latar belakang yang beragam, terbentuklah komunitas Sahabat Veteran pada Juli 2010. Save adalah wadah gerakan moral anak bangsa yang peduli Veteran Indonesia khususnya Veteran pra sejahtera.

Setelah komunitas dibentuk, dua tahun kemudian bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 2010, komunitas ini mengukuhkan diri sebagai yayasan dengan nama yang sama. Sebagai bentuk perhatian terhadap jasa pahlawan, yayasan ini melakukan sejumlah kegiatan bakti sosial sebagai proses penyejahteraan veteran. Banyak program yang digagas yayasan ini. Beberapa di antaranya seperti 1000 Hunian Layak Veteran, Sosialisasi Sahabat Veteran, Sahabat Website, Konser Amal, Veteran Berbagi, pembuatan film pendek tentang veteran, Safari Hari Besar Keagamaan, Projek Pahlawan, sampai forum diskusi pun turut dilaksanakan sebagai realisasi dari misi yayasan.  Semua dilakukan untuk meraih lebih banyak lagi simpati masyarakat agar peduli pada kelangsungan hidup para veteran.

Mungkin kita pernah mendengar atau melihat dari media bagaimana nasib veteran Indonesia melanjutkan hidupnya. Tidak sedikit yang mengundang rasa iba karena harus mengais rezeki dengan bekerja meski di usia senja. Misalnya kisah hidup Mawardi (87), seorang veteran TNI tahun 1981 yang tinggal di rumah kontrakan sebesar 4×6 meter. Bentuknya yang seperti gubuk, dan selalu tergenang air tiap kali hujan datang, mau tidak mau ditinggali Mawardi selama 13 tahun karena tidak mampu menyewa hunian yang lebih layak.

Atau kisah seorang veteran mantan tentara Dwikora tahun 1962 yang kini hidup sebagai tukang becak. Rohadi, namanya, mengaku bahwa banyak teman seperjuangannya yang bernasib sama. Tunjangan yang diberikan pemerintah tiap bulan tidak cukup memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain mereka, masih banyak veteran lain yang harus berjuang menyambung hidup di bawah garis kemiskinan.

Kita harus melihat segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda. Tidak selamanya apa yang terjadi di negara kita merupakan tanggung jawab pemerintah. Sebenarnya perhatian dari pemerintah sudah ada, meski masih terbatas. Pemerintah juga memiliki tugas dan tanggung jawab yang lain. Bukan hanya tugas pemerintah, ini tugas kita semua, masyarakat Indonesia, ucap Kris.

Dengan suara mantap, Kris pun mengemukakan harapannya untuk yayasan dan generasi muda Indonesia. “Saya harap para veteran bisa lebih diapresiasi, tidak hidup susah dan tinggal di tempat yang seharusnya. Veteran memang sering dianggap bagian masa lalu dan dilupakan, namun karena merekalah kita ada. Seperti kata Aa Gym, mulailah dari sekarang. Mulailah dari hal kecil. Mulailah dari diri sendiri.”

Ada hak pasti ada kewajiban. Sementara para veteran masih berjuang menuntut haknya, kita lah sebagai generasi muda yang seharusnya memenuhi kewajiban untuk membantu mereka menikmati masa tua dengan layak. Nasib mereka adalah tanggung jawab kita bersama. Bantuan dalam bentuk apa pun menjadi setitik harapan di balik buramnya lembaran masa tua mereka.

Jika ingin diakui sebagai nasionalis sejati, buktikanlah dengan bergabung menjadi Saver. Jika dengan menghormati jasa pahlawannya sebuah bangsa bisa menjadi besar, Buktikan kalau kita merupakan orang yang membuat bangsa itu besar. Salam Saver! (Dea Bara Augia, Mahasiswa Ilmu Komunikasi FPIPS UPI)