Sekolah di Negeri Atap Dunia

Bhutan negeri monarki yang unik. Orang sering menyebutnya Negeri di atap dunia. A kingdom on the roof of the World. Ketinggian rata rata negeri ini mencapai 3.279 m dari permukaan laut. Bandingkan dengan Bandung, kota sejuk yang hanya mencapai rata rata 768 m atau Jakarta yang hanya 8 m saja. Bhutan, negeri kecil di pegunungan Himalaya ini merupakan negara monarki yang pertama mengukur kemajuan negaranya dengan Gross National Happiness (GNH). Berbeda dengan negara lain yang fokus pada capaian Gross National Product (GNP).

GNH mengukur kemajuan negara dengan menyandingkan kebahagiaan masyarakatnya dengan pembangunan lainnya. GNH di Bhutan mengukur tingkat kebahagiaan masyarakat dikaitkan dengan kualitas hidup, pembangunan lingkungan dan pembangunan spiritual masyarakatnya. Hal ini memang berbeda dengan World Happines Report yang dirilis PBB dan menetapkan Finlandia ada pada urutan pertama dan Bhutan berada jauh di belakang.
Bhutan memang unik. Mengukur keberhasilan bangsa dari raihan kebahagiaan bangsa, dan bukan fokus pada capaian pembangunan fisik dan kemajuan ekonomi semata.

Pendidikan
Visi pendidikan nasional yang dianut Kerajaan Bhutan yaitu: An educated and enlightened society of Gross National Happiness, built and sustained on the unique Bhutanese values of Tha-Dam-Tshig Ley Gyu-Dre (Ministry of Education Bhutan, 2017). Visi Pendidikan Bhutan: Masyarakat terdidik, tercerahkan dan bahagia dibangun dan didukung dari sistem nilai (value) Bhutan yang unik, yaitu: Tha-Dam-Tshig (komitmen untuk mengabdi pada masyarakat) dan Ley Gyu-Dre (kebaikan pasti berbalas kebaikan).

Konsep pendidikan inilah yang mempengaruhi sistem pendidikan di Kerajaan Bhutan untuk seluruh rakyatnya. Inilah politik negara yang dianut dan sangat memberi pengaruh kuat kepada pelaksanaan sistem kurikulum di semua satuan Pendidikan. Pengaruh system nilai Tha-Dam-Tshig dan Ley Gyu-Dre tampak pada sistem manajemen kurikulum di semua satuan pendidikan, mulai taman kanak kanak, sekolah dasar, sekolah menengah, sampai perguruan tinggi.

Ada dua pendekatan yang dibangun untuk mewujudkan values of Tha-Dam-Tshig Ley Gyu-Dre dalam sistem pendidikan nasional di Bhutan. Pertama, semua sekolah menanamkan prinsip dan nilai kebahagiaan dan menjunjung tinggi warisan budaya dan nilai spiritual. Salah satu upaya meningkatkan kebahagiaan siswa yaitu alokasi waktu belajar dan waktu istirahat yang cukup, nyaris tanpa ada pekerjaan rumah, belajar dilakukan secara menyenangkanatau joyful learning. Pakaian seragam sekolah juga menggambarkan pakaian tradional khas Bhutan. Sistem nilai lokal tradisi leluhur budhis juga terjaga dalam kehidupan sehari- hari termasuk di sekolah.

Kedua, sekolah mempersiapkan siswa untuk memiliki pengetahuan, keterampilan, inovatif, giat/rajin untuk kepentingan nasional, kelestarian alam maupun untuk menghadapi tantangan dan kecenderungan global, tetapi tetap berpijak pada sistem nilai lokal dan genuine culture. Pemerintah Kerajaan Buthan bercita cita seluruh warganya bahagia, dalam balutan kesederhanaan, bersahabat dengan alam dan tradisi nilai budaya leluhur yang bercirikan keyakinan budhis.

Royal University of Bhutan
Sistem pendidikan tinggi di Bhutan dikembangkan melalui sistem decentralized university. Kerajaan Bhutan mendirikan sistem perguruan tinggi Royal University of Bhutan (RUB). Universitas ini lah yang mengkoordinasikan 11 PT dan Colleges di seluruh negeri. Berbagai bidang studi dan jenjang bidang studi ditawarkan untuk calon mahasiswa dalam negeri maupun berasal dari luar negeri. Salah satunya College of Education di Kota Paro. College inilah yang bertanggungjawab mendidik calon guru TK, SD, SMP, dan SMA/SMK untuk kebutuhan guru di seluruh negeri. Pembelajaran bercirikan etnopedagogi, kearifan lokal dan spiritual compencies dalam budhas menjadi penciri pendidikan guru.

Wisata Unik
Sebagai sebuah monarki di hamparan timur Pegunungan Himalaya, Bhutan merupakan destinasi wisata yang unik, spesifik, dan mengagumkan. Namun demikian, pemerintah monarkhi Bhutan, sangat yakin kedatangan wisatawan yang membludak tanpa kontrol, beresiko terhadap kelestarian budaya lokal, tradisi budaya kuno, dan kelestarian budaya alam. Kebijakan pariwisata Bhutan, lebih pada high value, low volume. Tetap selektif dan melestarikan sistem lama, dengan membatasi.jumlah wisatawan.

Diakui, Bhutan negeri mungil yang eksotik. Sepanjang mata memandang, wisatawan disuguhkan panorama alami puncak pegunungan abadi yang tertutup salju, lanskap perbukitan yang indah, dengan pepohonan beraneka ragam.
Seorang sahabat, menyarankan datanglah ke Bhutan ketika musim semi (spring season). Pada musim semi ini, pengunjung bisa menyaksikan mekarnya bunga rhododendron yang indah dan bunga blue poppy Himalaya yang eksotik, moncer dan sering juga disebut bunga Nasional Bhutan. Bunga blue poppy ini berwarna biru cerah, anggun, dan memberi kesan misterius. Seolah bunga khusus yang langka, datang dari kahyangan.

Pengunjung juga dapat menikmati pemandangan lembah yang indah, air terjun yang memesona dengan prilaku masyarakat, Bhutan yang menjaga kearifan lokal, agamis budha, dan menjunjung kelestarian budaya leluhur.
Masjid Jaigaon. Bhutan merupakan negara monarkhi yang mayoritas penduduknya beragama Budha. Agama lain termasuk Islam tidak dilarang. Tetapi para penganutnya dilarang berdakwah secara terbuka. No Mosque in Bhutan. Tak ada mesjid di seantero wilayah Bhutan. Warga Bhutan, pemeluk agama islam dapat melaksanakan ibadahnya di rumah masing masing. Tak ada fasilitas rumah ibadah berupa mesjid di seluruh penjuru negeri, walau pemeluk agama islam di Bhutan sudah mencapai 1 % dari total penduduk atau sekitar 9.000 orang.

Satu satunya mesjid terdekat yaitu mesjid Jaigaon yang terletak di perbatasan India – Bhutan. Mesjid Jaigaon ini terletak di kota Phuentsholing._Jaigaon merupakan kota kecil di Bengal Barat India. Lokasinya berada di perbatasan Bhutan. Itulah satu satunya mesjid di perbatasan Bhutan dan Bengal India.
Ribuan warga Bhutan yang akan melaksanakan ibadah sholat berjamaah, mereka datang ke kota Phuentsholing, kota yang berbatasan langsung antara Bhutan dan India.

Saat ini, warga muslim Bhutan belum diperbolehkan membuat mesjid sebagai rumah Allah di negerinya sendiri. Mereka dapat dengan khusu melakukan ibadah di rumah masing masing. Takkala mereka ingin menunaikan ibadah secara berjamaah di mesjid, mereka berbondong bondong pergi ke perbatasan kota terdekat. Mereka datang ke mesjid Jaigaon di kota Puentsholing India.

Sesuai dengan firman Allah dalam QS At Tawbah 18, Innama yaa muru masaajida Allaahi man aamana biallaahi waalyawmi alaakhiri wa-aqaama alsshalaata waaataa alzzakaata walam yakhsya illaa Allaaha fa’asaa ulaa ika an yakuunuu mina almutadiina.

Hanya yang memakmurkan mesjid mesjid Allah ialah orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang orang yang diharapkan termasuk golongan orang orang yang mendapat petunjuk. Itulah sekilas negeri Bhutan, negeri mungil di hamparan Himalaya. Negeri di atap dunia. Bhutan, a kingdom on a roof of the World !! (Dinn Wahyudin)