Sekolah Pascasarjana Hadirkan Produser Terkenal di Jepang Sebagai Innovation and Art Market

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia melaksanakan acara Kuliah Umum pada Jurusan Seni dengan mendatangi Mr. Naohiko Kishi sebagai Producer of Art and Fair Tokyo yang terkenal di Jepang. Acara ini diselenggarakan di Auditorium Pascasarjana UPI Bandung, Selasa (30/05/2023).

Tujuan diadakannya acara ini sebagai asosiasi seni dengan adanya kerja sama dalam membangun jejaring universitas baik dalam negeri maupun luar negeri, kegiatan ini rutin dilaksanakan  sekaligus dalam rangka pameran seni yang saat ini kita sudah bekerja sama dengan Art Tokyo. selain itu untuk membangun sebuah ekosistem mulai dari pendidikan, kreasi, produksi, distribusi, dan market dalam seni yang tidak hanya sebagai ekspresi dan apresiasi, tetapi juga untuk menghasilkan nilai ekonomi, budaya dan sosial sebagai industri kreatif.

Naohiko memiliki latar belakang sebagai lulusan ekonomi pada universitas di Jepang kemudian awal bekerja di TV sebagai audio engineer. Saat bekerja di TV ia bercita-cita ingin membuat kanal TV sendiri dan banyak terlibat dalam beberapa acara konser. Selain itu, di Jepang belum terdapat tempat konser berdiri yang bisa dikapasitasi 2000 orang sehingga akhirnya ia mendirikan tempat konser yang diberi nama Azkara Blitz yang berada di Tokyo sehingga banyaknya artis-artis bahkan dari luar negeri juga berdatangan untuk bisa menggunakan tempat konser tersebut.   Jepang saat ini menjadikan entertainment sebagai universal language (bahasa universal) dalam pembangunan kota harapannya banyak di kunjungi oleh masyarakat dengan menggerakkan kegiatan ekonomi. Kemudian pada saat covid 19 Art Fair, Naohiko membuat film berdasarkan karya seni yang langsung dibuat secara digital dengan judul “SHIP”.

Film trailer ini sebagai bentuk digital kolektif berupa karya secara digital. Sekarang dan 10 tahun ke depan banyak orang yang membicarakan tentang kekhawatiran punahnya karya-karya seni yang berupa fisikal. Ada juga yang mengatakan bahwa saat ini di seluruh dunia 99.9% berupa karya fisik, sedangkan 0,1% dalam bentuk digital. Saat ini mempelajari digital art dianggap sangat penting karena sebagai upaya pelestarian budaya yang saling berkesinambungan antara ekonomi dan sosial.

Naohiko sebagai pemateri juga menyampaikan bahwa “Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dikembangkan dalam art market, yaitu terselesaikannya suatu karya sastra, budaya yang dapat terjaga oleh seniman-seniman, kemudian teknik, ciri khas para seniman. Tidak hanya itu seni, budaya dan ekonomi ketiga hal tersebut perlu bersinergi dan di pelajari juga mengenai budaya yang berada di negara asal seperti contoh art market di jepang memiliki empat item, yaitu antik, modern, kontemporer dan digital. Berdasarkan pengalamannya untuk pendirian art market di Indonesia saat ini baru memulai untuk berkembang. Enam tahun yang lalu ia pernah berkunjung ke art market di Jakarta. Di sana terdapat karya-karya yang belum berkembang hanya saat ini sudah mulai berkembang disebabkan untuk budaya Indonesia sudah banyak orang-orang yang mengetahui. Akan tetapi, saat ini dan ke depannya tinggi mengetahui bagaimana cara mengasah teknik dalam menyampaikan budaya Indonesia menjadi suatu karya saat ini memang sangat banyak perkembangan dibandingkan sebelumnya”.

Selain itu Prof. Dr. Juju Masunah, M. Hum. Ph.D.) sebagai Kepala Program Studi Pascasarjana UPI mengungkapkan bahwa “tujuan diadakan acara ini sebagai kerja sama hubungan baik selama 65 tahun sekaligus sebagai topik yang sedang hangat untuk membangun sebuah ekosistem dari mulai pendidikan, distribusi, sampai market, serta ajang industri kreatif dengan  harapan Mahasiswa dan dosen terbuka pengetahuannya baik dengan dosen-dosen dalam negeri maupun luar negeri”. (Kontributor Humas UPI/ Lies Diana Luthfiah)