Strategi Merubah Mindset dari Job Seekers Menjadi Job Creators Untuk Membangun Ekonomi Kreatif Berbasis Teknologi Digital
|Jobseeker dan Pertumbuhan Job creators di Indonesia
Jumlah wirausaha di suatu negara kerap dianggap sebagai indikator kemajuan. Patokannya minimal 2% dari jumlah penduduk harus berprofesi sebagai wirausaha. Dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa, negeri ini paling kurang harus memiliki 5 juta jiwa wirausaha. Dibandingkan dengan negara tetangga, harus diakui, Indonesia kalah jumlah. Singapura ada di angka 7%, Malaysia 5%, Thailand 4,5%, dan Vietnam 3,3%. Amerika dan Jepang sudah melejit jauh. Sepuluh persen warganya terjun di dunia bisnis. Dikutip dari Kompas.com 3/5/2021 bahwa saat ini Kementerian Koperasi dan UKM melansir data olahan BPS dan menyimpulkan adanya pertambahan jumlah pengusaha. Menteri Koperasi dan UMKM menargetkan rasio wirausaha tahun ini 3,55%, saat ini baru 3,47%. Hal tersebut juga cukup menggembirakan karena rasio telah melampaui patokan minimal.
Untuk mendorong agar tidak terjadi lagi penambahn pengangguran terdidik maka peran pendidikan sangatlah penting di dalam memberikan solusi penanggulangan labor market outcomes seperti pendapatan dan status pekerjaan seseorang, maka harus ada revitalisasi dalam pelaksanaan sistem pembelajaran yang dirancang dengan lebih memprioritaskan pada bagaimana mahasiswa dapat cepat lulus dan berkualitas, tetapi menghasilkan lulusan yang siap bekerja bahkan telah menciptakan pekerjaan (job creation) sejak mengikuti perkuliahan.
Peran Internet of Think, Artificial Intelegence dan revolusi Industry 4.0 serta society 5.0
dalam Mengusik Ranah Pendidikan abad 21
IoT (Internet of Things) adalah konsep yang didasarkan kepada kolaborasi tingkat besar yang menghubungkan segala proses kegiatan terhadap internet dengan tujuan untuk memudahkan akses, berhubungan dengan ruang, waktu dan pelaku. IoT telah menjadi pelopor dalam melaksanakan langkah pertama dari transformasi digital ini yang memungkinkan perusahaan untuk mengumpulkan dan memantau data secara bersamaan dengan operasi bisnis mereka (Deloitte, 2018; Hanley et al., 2018).
AI (Artificial Intelegence) merupakan ciptaan teknologi tentang kecerdasan buatan yang bekerja tanpa lelah dalam waktu penuh. Revolusi industry 4.0 dan society 5.0 yang ditandai dengan disrupsi teknologi memiliki implikasi yang signifikan terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Bagi Perguruan Tinggi khususnya Universitas Pendidikan Indonesia era revolusi industri 4.0 ini merupakan momentum dalam mewujudkan pendidikan yang cerdas melalui peningkatam dan pemerataan kualitas pendidikan, perluasan akses dan relevansi dalam mewujudkan kelas dunia dan ini diselaraskan dengan Visi, Misi dan Tujuan UPI.
Strategi Mendorong mindset Entrepreneurship Untuk Menumbuhkan Niat Berwirausaha
Mindset didefinisikan oleh Merriam-Webster sebagai “sikap atau kecenderungan mental”. Seperti yang diuraikan lebih lanjut oleh Thum (2012), mindset merupakan sumber pikiran dan memori yang menghasilkan rasa, pikiran, ide dan hasil pengetahuan. Menurut Dweck (1999) mindset ini terbagi dua 1) Mindset tetap (teori entitas) yaitu keyakinan bahwa sifat manusia, seperti kecerdasan atau kepribadian, adalah tetap dan tidak dapat diubah 2) Minset pertumbuhan (teori Inkremental) meyakini bahwa sikap manusia, seperti kecerdasan,
kepribadian, dapat dibentuk dan diubah secara substansial. Teori Inkremental inilah yang di upayakan dalam proses pembelajaran agar terjadi proses perubahaan mindset dari jobseeker menuju job creator.
Pembelajaran Daring berbasis multi metode dan multi media.
Suatu pembelajaran daring yang dirancang dengan baik dan berkolaborasi dengan kehendak mahasiswa dengan memanfaatkan model Problem based Learning, Project based Learning, dan CBE2L (Competence Based Experience and Entrepreneurship Learning) dan juga praktik serta simulasi Model Bisnis Canvas (BMC), mahasiswa diarahkan pada pengerjaan tugas bertahap yang telah dirancang oleh dosen, kemudian disadari atau tidak oleh mahasiswa bagaikan treatment “Brain washing” itulah kenyataannya “Hijrah kolosal Mahasiswa dari mindset Jobseeker menuju Job creator” hal tersebut dapat terjadi seacara evolusi dalam 16 kali pertemuan pembelajaran pada akhirnya mereka telah memiliki usaha online masing masing yang semuanya memanfaatkan platform digital. Untuk itu dalam proses pembelajaran lebih menitik beratkan pada bagaimana mendesain suatu pembelajaran untuk membangun karakter wirausaha dengan dilandasi kreativitas, inovasi dan dapat memanfaatkan teknologi dengan dilandasi karakter Jujur, Ethis, Mandiri, Peduli, Optimis dan Luwes (JEMPOL), sehingga dapat menghasilkan wirausahawan baru yang tangguh.
Digitalisasi ekonomi kreatif
John Howkins (2001) memperkenalkan konsep ekonomi kreatif untuk pertama kalinya dalam bukunya The Creative Economy: How People Make Money from Ideas’ John percaya bahwa ekonomi kreatif mengacu pada kegiatan ekonomi yang dilandasi kreativitas, warisan budaya. Terdapat hubungan yang saling keterkaitan antara kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi kratif. Penyesuaian arah pembelajaran interaktif berbasis digital menjadikan adaptasi baru kepada dunia pendidikan, seperti platform media sosial, whatsapp, Instagram, facebook, twitter, youtube, dan platform digital lain yang juga memanfaatkan AdSense dimana iklan online dalam hal ini memegang peranan penting selain lebih murah daripada iklan offline, targeted audiences juga lebih proporsional terfokus pada sasaran konsumen yang lebih tepat misal sesuai usia, jenis kelamin, hoby, gaya hidup, penyakit yang diidap, dan masih banyak dimensi yang dapat dikembangkan. wilayah cakupan iklan bisa merambah kepada konsumen diseluruh dunia.
Konsep Ekonomi kreatif, kewirausahaan dan UKM berkelanjutan
Howkins (2001) mendefinisikan bahwa ekonomi kreatif sebagai kegiatan ekonomi dimana input dan outputnya adalah gagasan. Terdapat unsur benang merah antara kewirausahaan terhadap ekonomi kreatif yaitu konsep kreativitas, ide atau gagasan serta inovasi. Dengan bermunculannya wirausaha-wirausaha baru mahasiswa sebelum lulus sebagai hasil strategi pembalajaan kewirausahaan, maka antar mereka juga telah membangun komunitas dan membuat website sendiri, untuk kebersamaan dan berjalannya keberlanjutan usaha. Konsep ini telah menjalankan empat pilar pendidikan versi unesco termasuk konsep Ekonomi kreatif, kewirausahaan dan UKM berkelanjutan.
Kerangka Pemikiran Sistem Pembelajaran Ekonomi Kreatif Berbasis Teknologi Digital Tahap Persiapan (Analisis silabus, susun RPS dan tentukan CPL), Tahap Proses (Pembelajaran 15 pertemuan), Latihan/Simulasi Berwirausaha, Observasi Lapangan (kontekstual bisnis), FGD (Share temuan), Bisnis Plan, Expo/Bazaar dan Talkshow, Rencana
Tindak Lanjut (RTL), Evaluasi pembelajaran, dan terakhir Tahap Pengembangan Berkelanjutan.
Era digital hasil revolusi industri 4.0 dinyatakan sebagai era disrupsi yaitu era pemunculan teknologi baru yang berakibat pada penenggelaman teknologi lama, persaingan ketat yang dapat menimbulkan keusangan bahkan berakhir di kepunahan dalam periode waktu yang relatif lebih singkat. Keberadaan lembaga pendidikan tinggi akan tetap dibutuhkan terutama oleh masyarakat yang masih berharap bahwa perguruan tinggi merupakan fungsi dari Tridarmanya itu sendiri.
Keprihatinan mereka akan suramnya dunia kerja harus diimbangi dengan upaya para pendidik untuk peduli menanamkan kecerdasan kepada mahasiswa agar mampu bangkit dari keterpurukan mereka sendiri. Dengan demikian profesi Pendidikan dan Keguruan yang mempertahankan adanya hubungan interaktif dengan kesetaraan yang beretika seperti yang ada di perguruan tinggi yang adaptif memanfaatkan AI (Artificial Intelegence), IoT (Internet of Things), dan Machiene Learning yang terkupul dalam Big Data atau Cloud Computing akan tetap eksis sampai anak cucu dan cicit generasi Alpha di beberapa dekade mendatang.
Akhirnya kendati teknologi mengalami revolusi namun manusia tetaplah makhluk sosial, yang membutuhkan interaksi dengan sesamanya, terutama dengan tuhannya demi keselamatan di alam keabadian kelak. (Lena Nuryanti Sastradinata, 9 Juni 2021) (Prof. Dr. Hj. B Lena Nuryanti Sastradinata M. Pd, Guru Besar Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pedidikan Indonesia)