Sustainable Education Villages Program (SEVsP), Alternatif untuk Pemerataan Pendidikan di Indonesia

Bali, UPI

Program Desa Pendidikan Berkelanjutan muncul karena keprihatinan terhadap pendidikan di Indonesia yang menurun kualitasnya dan tidak merata, khususnya di daerah 3T. Padahal pemerintah sudah menjamin pendidikan bagi seluruh warga negaranya melalui undang-undang. Program tersebut menjadi isu penting untuk diangkat menjadi sebuah gagasan dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT) di Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-32 Tahun 2019 di Bali oleh Tim PKM-GT mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Kampus Purwakarta. Gagasan yang dimaksud mencakup beberapa sektor strategis yang harus dibenahi, seperti kurikulum, model pembelajaran, tenaga pendidik, infrastruktur, pemberdayaan SDM, dan pendanaan. Keenam konsep tersebut menjadi bagian yang harus dibenahi agar tujuan dari pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dapat terpenuhi dengan optimal.

Perrnyataan tersebut diungkapkan Dosen Program Studi Pendidikan Sistem dan Teknologi Informasi UPI Kampus Purwakarta, yang mendampingi kelopmpok PKM-GT dari UPI Kampus Purwakarta, Nuur Wachid Abdul Majid, M.Pd., saat ditemui usai mendiampingi timnya selesai presentasi di Fakultas Hukum Universitas Udayana Jalan Raya Kampus Unud, Jimbaran, Bali, Kamis (29/8/2019).

Lebih lanjut dijelaskan,”Pada aspek kurikulum, program ini memadukan 3 kurikulum, yaitu kurikulum nasional, kurikulum lokal dan kurikulum vokasi. Ketiga kurikulum ini memiliki tujuan masing-masing. Kurikulum nasional yang digunakan adalah sesuai dengan peraturan pemerintah yang disesuaikan dengan potensi daerah 3T, sementara itu kurikulum lokal diharapkan mampu memberikan pendidikan sesuai dengan kebutuhan masyarakat daerah 3T, dan kurikulum vokasi difokuskan pada pemberian keterampilan kepada masyarakat daerah 3T untuk memkasimalkan potensi daerah setempat. Selanjutnya model pembelajaran yang digunakan memungkinkan untuk meningkatkan keterampilan serta produktifitas masyarakat dalam menghasilkan produk khas daerahnya. Model pembelajaran yang digunakan adalah Project-based Learnig (PjBL), School-based Enterprise dan School-to-work System.”

Dalam mengimplementasikan program Sustainable Education Villages Program (SEVsP), ungkapnya, tentu dibutuhkan tenaga pendidik yang profesional. Oleh karena itu, dalam program S1 SEVsP, tenaga pendidik harus melalui program 5 tahun sarjana sekaligus PPG, dimana 3 tahun pertama merupakan proses perkuliahan, 1,5 tahun berikutnya adalah KKN dan PPL dan 0.5 tahun terakhir adalan proses penyusunan skripsi sebagai syarat kelulusan di LPTK. Selain itu, program ini dapat bekerja sama dengan berbagai negara, contohnya melalui organisasi SEAMEO (The Southeast Asian Minister of Education Organization).

Sebagai bentuk optimalisasi potensi yang ada di daerah 3T, maka disusunlah pembangunan kelas alam, optimalisasi alam untuk wisata serta pelaksanaan workshop keterampilan untuk masyarakat supaya mampu mengolah potensi alamnya.

“Agar program ini berjalan dengan baik tentunya program SEVsP perlu dukungan dari berbagai pihak. Untuk pendanaan sendiri program ini dapat bekerjasama atau menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, seperti pemerintah pusat dan daerah, Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK), BUMN, Perusahaan Swasta Multinasional dan Internasional, dan Pihak-pihak yang terkait dengan pembangunan daerah dan peduli terhadap pemerataan Pendidikan,” harapnya.

Dengan demikian, katanya, SEVsP merupakan program yang layak diterapkan untuk meningkatkan kualitas dan pemerataan pendidikan di Indonesia. Tujuan dan cita-cita founding father Indonesia untuk memberikan pendidikan bagi semua warga dapat terpenuhi dan terlaksana dengan baik. (dodiangga)