Tafsir Tarbawy (Q.S. Al-Muzzammil ayat 9-14)

Kajian subuh bersama Dr. KH. Aam Abdussalam, M.Pd. kali ini membahas tentang Q.S. Al-Muzzammil ayat 9 sampai 14 sebagai upaya dalam memahami hakikat berdzikir. Menurut beliau dzikir adalah menghadirkan dan menyertakan Allah Swt. dalam segala keadaan atau peristiwa yang dialami oleh kita. Maka dari itu, penjelasan beliau berikut ini bisa dijadikan bahan rujukan oleh umat Islam dalam memahami hakikat dari berdzikir.

Dilansir dari unggahan di kanal YouTube TVUPI Digital pada Rabu, 8 September 2021/1 Safar 1443 H menjelaskan tentang hal tersebut.

Dzikir adalah mengarahkan dan menggantungkan diri hanya kepada Allah Swt. dan harus dilakukan secara total untuk menjamin ketenangan, kesenangan, dan keutuhuan manusia dalam segala keadaan yang dihadapi. Dzikir akan memandu kita untuk berpikir global dan memberi dampak pada tatanan dan perilaku alam, sehingga dzikir akan menemukan kekokohannya tatkala kita melihat kehadiran Allah Swt. dalam seluruh kenyataan dan tatanan alam semesta.

Saling ketergantungan adalah hakikat dari eksistensi makhluk, maka sudah seharusnya kita menjadikan Allah Swt. sebagai satu-satunya kepercayaan atau tempat kita bergantung. Kepercayaan merupakan kebutuhan mendasar dalam berperilaku, karena manusia tidak akan berani untuk bertindak tanpa adanya rasa percaya yang berperan sebagai konsekuensi dari sifat ketergantungan.

Oleh karena itu satu-satunya yang pantas untuk dijadikan sandaran atau kepercayaan hanyalah Allah Swt.. Sebab manusia yang mempercayakan atau menyandarkan segala urusannya kepada selain Allah Swt. hanya akan mendapatkan kekecewaan. Maka kebutuhan hakiki manusia dalam menghadapi persoalan ini adalah dengan bertawakal yang berarti melakukan usaha sebagai suatu ibadah dengan menggantungkan niat hanya kepada Allah Swt. dan tenang atas jaminan serta perlindungan-Nya. Salah satu contoh yang ada di dalam Al-Qur’an adalah kisah Nabi Ibrahim a.s. saat dibakar oleh Raja Namrud.

Beliau juga menambahkan, bahwa kebenaran dari tawakal akan muncul dalam perilaku indikator-indikator kesabaran. Karena kesabaran ialah menahan diri: Menahan hati dari rasa kesal dan benci; menahan lisan dari mengeluh; serta menahan anggota badan dari tindakan yang menyimpang. Hal ini mendapatkan penentangan, kecaman, penistaan, bahkan cemoohan yang ditujukan kepada Rasulullah Saw. saat beliau berdakwah. Namun Rasulullah Saw. menghadapinya dengan cara yang baik walaupun Allah Swt. sudah menawarkan bantuan untuk menghadapi mereka. (Cikal Aktar Muttaqin)