Teater Lakon UPI Pentaskan Naskah Suara-Suara Mati

Suara-Suara Mati

Bandung, UPI

Teater Lakon kembali menggelar pementasan dramatic reading, Jum’at, 29 Januari 2016 pukul 19.00 sampai 21.00 WIB di depan Gedung Geugeut-Winda Kampus UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung. Dramatic reading merupakan salah satu program Teater Lakon yang dilaksanakan setiap hari Jum’at, acaranya bernama Jum’Artan. Dalam Jum’Artan kala itu ada beberapa acara seperti sulap dari Chayanda Nurhadi Hasan dan Ridwan Saidi. Ada juga bobodoran dari Bobby Getih, Stand Up Comedy dari Acil, dan tatarucingan dari Sururri dan Kamil. Selain itu, ada juga pembacaan puisi dari Deska Mahardika dan acara puncak yaitu dramatic reading.

Pada dramatic reading itu Teater Lakon mementaskan naskah berjudul “Suara-Suara Mati” karya Manuel Van Loggem. Pementasan ini disutradarai oleh Kenny Fahmi Mulyadi dan aktor yang terlibat yaitu Chayanda Nurhadi Hasan, Ricilia Ryan Putri, M. Sururri Purawinata, dan Kamil Mubarok. Penata artistik, lighting, make-up dan kostum oleh Sahabat Artistik, dan penata musik oleh Kenny Fahmi.

Jum'Artan

Naskah drama Suara-Suara Mati menceritakan tentang kehidupan sepasang suami istri. Suami sudah sangat tua dan lumpuh sedangkan istrinya masih muda. Mereka sangat sedih karena anak semata wayangnya meninggal dunia saat berusia 2 tahun. Istri selalu dibayang-bayangi oleh suara anaknya yang telah meninggal. Di tengah ruangan terdapat foto anaknya yang sengaja dibuat oleh suaminya. Suatu hari datang sahabat dari pasangan suami istri ini. Saat sahabat ini datang, datang pula sepucuk surat untuk sang istri yang menyatakan bahwa sang istri lah yang telah membunuh anaknya.

Istri tidak terima dengan tuduhan itu, dia menuduh bahwa sahabatlah yang mengirim surat itu. Sebab mereka yang memiliki rahasia di balik kematian anaknya. Anak yang mati adalah anak hasil hubungan gelap antara istri dan sahabat. Suami sebenarnya sudah tahu tentang hal itu. Oleh karena itu, suami dengan sengaja pura-pura cacat, menyimpan foto anaknya di ruang tengah, dan selalu menghantui istrinya dengan suara anaknya yang telah mati. Pada bagian akhir terbongkarlah semua kebohongan itu. Suami sebenarnya tidak cacat dan yang selama ini meneror istri dengan surat tuduhan bahwa istrilah yang membunuh anaknya berasal dari suami. Akhirnya sahabat membawa istri pergi dan meninggalkan suami sendirian.

Tatarucingan

Banyak hal yang dapat kita ambil dari pementasan naskah Suara-Suara Mati karya Manuel Van Loggem tersebut. Salah satunya seperti dikatakan dalam peribahasa “Sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat pasti akan jatuh juga”. Maksudnya sejago-jagonya seseorang menyembunyikan sebuah aib (kebohongan) suatu saat pasti akan ketahuan juga. Berperilaku jujur merupakan hal yang harus dilakukan setiap orang. Sikap jujur akan membawa kedamaian. Jangan pernah berbohong sebab sekali berbohong maka selamanya akan berbohong untuk menutupi kebohongan yang telah dilakukan sebelumnya. (Kamil Mubarok)