Teladan dari Prof. Furqon

Oleh

Cecep Darmawan

Guru Besar Universitas Pendidikan Indonesia dan Kepala Pusat Kajian dan Pengembangan Kebijakan Publik, Inovasi Pendidikan dan Pendidikan Kedamaian pada LPPM Universitas Pendidikan Indonesia

Sabtu, 22 April 2017 pagi hari penulis mendapat kabar duka dari salah seorang guru besar melalui media sosial group Dewan Guru Besar UPI, bahwa Rekor UPI, Prof. Furqon meninggal dunia sekitar pukul 10.00 WIB selepas olah raga persahabatan tenis lapang. Kepergian Prof. Furqon meninggalkan duka yang amat dalam bagi sivitas akadenika UPI, keluarga besar alumni, masyarakat pendidikan dan juga bagi bangsa ini. Sebab, Prof. Furqon selain sebagai putra terbaik dan tokoh pendidikan di Jawa Barat dan nasional, juga sebagai tokoh pendidikan yang mendapat pengakuan internasional.

Pelayat pun terus berdaatangan baik dari keluarga, kolega, pejabat sipil dan militer, bahkan empat mantan Rektor UPI yakni Prof. Achmad Sanusi,  Prof. H.M. Nu’man Somantri. , Prof..M. Fakry Gaffar, M.Ed.  dan Prof. Sunaryo Kartadinata, datang turut mendoakan/menyolatkan almarhum baik di masjid atau di rumah duka.

Prof. Furqon, Ph.D terlahir di Ciamis, 2 Oktober 1957. Dalam usia menjelang 60, Prof. Furqon meninggalkan kita semua dengan keadaan tenang. Almarhum disholatkan di mesjid kampus UPI. Uniknya nama masjid sama dengan almarhum, yakni Al Furqon. Dan Prof. Furqon pernah menjadi Ketua Umum DKM Al Furqon. Mesjid yang megah ini menjadi saksi atas  masifnya jamaah yang turut menyolatkan almarhum. Adapun yang menjadi imam pada saat sholat jenazah adalah KH.  Abdullah Gymnastiar (Aa Gym).

Kiprah Prof. Furqon

Berdasarkan catatan sejarah perkembangan UPI, Prof. Furqon merupakan Rektor ke-8 dihitung dari status UPI bernama IKIP Bandung, dan pimpinan ke-10 sejak UPI pertama kali bernama Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) Bandung yang diresmikan oleh Menteri Pendidikan Pengajaran Mr. Muhammad Yamin  pada 20 Oktober 1954.

Menurut Prof. Idrus Affandi dan Prof, Fuad Abdul Hamied, peristiwa meninggalnya Rektor UPI  ketika menjabat merupakan peristiwa pertama kali sejak UPI berdiri. Oleh karenanya para guru besar, kolega, dan sivitas akademika amat terkejut, apalagi kepergian Prof. Furqon begitu cepat. Namun taqdir telah ditentukan oleh Alah SWT, dan itulah yang terbaik bagi Prof. Furqon meninggal dalam menjalankan amanah sebagai rektor.

Kiprah Prof Furqon di kampus diantaranya  pernah menduduki jabatan Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB), Wakil Dekan I FIP,  Kepala Lembaga Penelitian, Direktur Pascasarjana, Waki Rektor, Ketua dan Komisi D Senat Akademik. Di luar itu, Prof Furqon pernah menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Litbang Kemdikbud), Ketua Umum DKM Al Furqon UPI, aktif di Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) dan Anggota Dewan Pembina Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI), menjabat di Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP),  aktif di ICMI Jawa Barat, bahkan sampai akhir hayatnya Prof. Furqon masih tercatat sebagai Ketua umum Himpunan Sarjana Bimbingan dan Konseling Indonesia (HSBKI).

Disamping itu, Prof. Furqon adalah figur pemersatu atas berbagai golongan dan kepentingan di universitas. Prof,. Furqon ingin berdiri di tengah, menjadi pengayom ketika berbagai kepentingan elemen-elemen kampus kerap menimbulkan dinamika politik kampus. Namun, Prof. Furqon dapat menyelesaikan konflik dengan musyarawah dan mengakomodir semua kepentingan universitas. Tentu saja tidak ada yang semurna, namun upaya resolusi, rekonsiliasi, perdamaian, dan pengambilan keputusan dengan berbagai perimbangan yang bijak telah dilakukan oleh Prof. Furqon.

Dalam hal keagamaan, almarhum pun terkenal dengan kefasihan melafadzkan dalil-dalil Al Quran dan Hadits dalam setiap momentum keagamaan seperti pengajian atau khutbah. Maklumlah, karena Prof. Furqon sebelum memasuki jenjang perkuliahan di IKIP Bandung (UPI), beliau mengikuti pendidikan di sekolah (PGA), sekaligus mondok di salah satu pesantren di Tasikmalaya. Dengan berbekal ilmu agama yang mumpuni itulah, Prof. Furqon kerap tampil sebagai khatib jumat, idul fitri atau idul adha. Bahkan dalam berbagai sambutan resmi pun kerap almarhum menyampaikan nash-nash Al Quran baik secara eksplisit maupun substantif.

Sikap teladan almarhum, tidak membeda-bedakan  perlakuan baik terhadap pejabat maupun pegawai biasa. Beliau acap datang menjenguk dosen atau pegawai biasa yang sakit. Tutur katanya santun dan kerap tersenyum dalam berbagai suasana. Nyaris sulit menemukan muka marah dalam wajah beliau. Singkatnya Prof. Furqon merupakan pribadi yang humanis dan humble.  Bahkan, di mata Kordinator Kopertis Wilayah IV, Prof. Uman Suherman, Prof. Furqon merupakan pribadi yang bersahaja, taat beragama, dan bageur. Rasanya agak sulit mencari sosok pengganti Prof. Furqon yang setara nyantrinya seperti almarhum.

UPI sebagai kampus PTN Berbadan Hukum (PTN BN), sedang gercar-genjarnya menuju universitas kelas dunia (World Class University). Dimulai sejak UPI BHMN tahun 2004, UPI mengakselerasi diri dengan berbagai program percepatan dan unggulan. |Infra struktur kampus yang sudah modern perlu ditopang oleh kultur akademik dan produktivitas dosen/guru besar yang dapat diandalkan. Berbagai prestasi dalam bidang akademik dan nonakademik yang pernah diraih dosen dan mahasiswa semakin tahun semakin meningkat. Begitu pula dosen/guru besar, dan alumni UPI banyak menduduki berbagai jabatan publik di luar kampus, baik pada dunia birokrasi, politik,  kemasyarakatan maupun dunia usaha secara prestisius. Apa yang sudah ditorehkan para pendahulu UPI termasuk oleh Pro. Furqon menjadi wasiat penting bagi kita semua unutuk terus melanjutkan agenda panjang universitas dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana amanah para pendiri bangsa kira.

Kita yakin bahwa segala amal kebaikan Prof. Furqon, khususnya ilmu yang bermanfaat bagi para mahasiswa dan masyarakat, akan menjadi amal zariah dan  sekaligus catatan pahala di sisi Allah. Bagi sivitas akademika UPI selain mendoakan almarhum seraya melanjutkan kembali cita-cita yang belum terselesaikan oleh almarhum. Lalu, kewajiban kita semua untuk senantiasa turut mendokan almarhum, melanjutkan kebaikan-kebaikan yang masih tertunda dan menjaga tradisi-tradisi baiknya selama ini. Selamat jalan Rektorku tercinta, doa kami menyertai dan semoga husnul khatimah. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.

(Opini sudah dimuat di Harian Umum Pikiran Rakyat, Rabu, 26 April 2017)