Tim Kajian PKPWA LPPM UPI 2022 Giat PkM Usung Pembelajaran Usia Dini Berkeadilan Gender

Sumedang, UPI

Tim Pusat Kajian dan Pengembangan Kependudukan, Peranan Wanita/Gender, dan Perlindungan Anak (PKPWA) LPPM Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) 2022 melakukan kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) di Desa Binaan membahas isu keadilan gender, terkait pembelajaran usia dini berkeadilan gender.

Tim PKPWA melakukan kegiatan PkM berkolaborasi dengan Rumah Pintar Al Barokah/Een Sukaesih mengusung isu Keadilan Gender di wilayah desa dengan Tema “Pembelajaran Usia Dini Berkeadilan Gender”. Kegiatan berlangsung di Desa Cibeureum Wetan Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang, Sabtu (20/8/2022).

Menurut Guru Besar UPI Prof. Vina Adriany, M.Ed., Ph.D., kegiatan pengabdian kali ini merupakan pengabdian berbasis hasil penelitian. Hasil penelitian yang digunakan dalam pengabdian ini adalah hasil penelitian Vina Adriany, dkk tentang model pembelajaran yang sensitive gender (berkeadilan gender) di pendidikan anak usia dini.

“Implementasi model pembelajaran PAUD yang sensitive gender ini merupakan bagian dari pendampingan program yang berkelanjutan pada masyarakat di sekitar Rumah Pintar Al Barokah Een Sukaesih yang merupakan desa binaan LPPM, Universitas Pendidikan Indonesia sejak tahun 2013,” ujarnya.

Penduduk di wilayah Desa Cibeureum Wetan di sekitar Rumah Pintar Al Barokah mayoritas telah menempuh pendidikan formal bahkan hingga mecapai pendidikan tinggi. Namun masih minim pengetahuan tentang kesetaraan dan keadilan gender. Di wilayah Desa Cibeureum Wetan tersebar tempat layanan pendidikan baik formal maupun nonformal. Rumah Pintar Al-Barokah merupakan salah satu tempat layanan pendidikan masyarakat yang berperan sebagai pengganti, penambah, dan atau pelengkap pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Ditegaskannya,”Target dalam pengabdian ini adalah peningkatan kompetensi praktisi PAUD di Desa Cibeureum Wetan, khususnya kompetensi professional praktisi PAUD yang berkaitan dengan pewujudan pendidikan PAUD yang berkeadilan gender.”

Kegiatan pengabdian ini terdiri dari pelatihan dasar untuk para praktisi pendidikan anak usia dini tentang sensitivitas gender dan model pembelajaran PAUD yang sensitive gender dan implementasi model pembelajaran sensitive gender serta evaluasi dan monitoring. Kegiatan dilaksanakan dalam waktu 3 hari.

“Setelah pelatihan, para peserta diberi perangkat pembelajaran sensitive gender dan diminta untuk mengimplementasikannya secara langsung dalam praktek mengajar di PAUD. Sementara itu, dalam evaluasi dan monitoring dilakukan untuk menggali hambatan implementasi dan bersama-sama memperbaiki praktek model pembelajaran,” ungkapnya.

Berdasarkan studi dan analisis selama tim UPI melakukan pendampingan di Desa Cibeureum Wetan sejak tahun 2013, ungkapnya lagi, salah satu program yang paling mendasar yang harus dikembangkan adalah kegiatan peningkatan kompetensi praktisi PAUD di wilayah setempat dan minat serta partisipasi masyarakat untuk terlibat dalam program-program rumah pintar.

Dikatakannya”Pelatihan untuk praktisi PAUD yang dilakukan melalui program pengabdian masyarakat ini akan menghidupkan rumah pintar menjadi pusat pengembangan kompetensi praktisi PAUD setempat.”

Selama prosesi kegiatan pengabdian, ujarnya, ibu-ibu dan guru PAUD sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Berdasarkan hasil tanya jawab, para peserta dapat mengungkapkan kembali hal-hal yang telah disampaikan. Hal ini tentunya menjadi output bagi para peserta terkait menambahnya pengetahuan berkeadilan gender khususnya dalam pembelajaran anak usia dini.

“Hasil feedback juga didapatkan bahwa peserta menginginkan kegiatan ini terus dilanjutkan dengan penguatan materi yang telah disampaikan bahkan pengembangan materi dengan tingkat usia yang lebih tinggi dari anak usia dini, seperti keadilan gender pada remaja dan dewasa,” lanjutnya.

Seperti yang diungkapkan oleh beberapa peserta, dalam kesempatan tersebut Entin menjelaskan bahwa dengan kegiatan ini dirinya harus lebih memperhatikan lagi tentang pergaulan pada anak usia dini.

Hal serupa disampaikan Yuyun, dikatakannya bahwa kegiatan ini memberikan edukasi pada orang tua supaya lebih paham tentang pendidikan seksual pada anak.

Demikian juga dengan harapan yang disampaikan oleh praktisi PAUD agar kegiatan ini terus dilakukan di masa mendatang dengan membawa tema kajian lain.

Sementara itu, Junengsih mengungkapkan keinginannya untuk mengetahui cara penyampaian pada orang tua dalam mengajarkan pendidikan seksual pada anak usia dini. (ed.dodiangga)