Tim PKM FPBS: Bahasa Memicu Permusuhan atau Perdamaian

Bandung, UPI

Kampus UPI Bumi Siliwangi telah terpilih menjadi salah satu tuan rumah pada pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi (Monev) Eksternal Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) 5 Bidang Tahun 2019. Pelaksanaan monev eksternal tersebut berlangsung di Museum Pendidikan Nasional selama tiga hari: Kamis (27/6/2019) sampai dengan Sabtu (29/06/2029). Selain mahasiswa UPI, terdapat juga mahasiswa dari kampus Unjani, Polban, Universitas Kristen Maranatha, IKIP Siliwangi, serta Stikes Jenderal Achmad Yani yang menjadi peserta dalam monev tersebut.

Dalam kegitan tersebut sebanyak lima proposal penelitian yang telah dinyatakan lolos pendanaan Kemenristekdikti berasal dari mahasiswa Depdiksatrasia FPBS UPI. Salah satu proposal penelitian tersebut berjudul “Ujaran Provokatif pada Atribut Suporter Sepak Bola”. Secara spesifik kajiannya difokuskan pada atribut suporter Persib (Viking) dan Persija (The Jak). Penelitian ini diketuai oleh Siti Sofiah Fitiriyani, sedangkan anggota kelompoknya adalah Heni Endriyani dan Ni’matusy Syifa Auliya. Tim ini dibimbing oleh Jatmika Nurhadi, S.S., M.Hum.

Presentasi yang dilakukan pada hari Jumat (28/06/2019) selepas magrib ini, mereka buka dengan pantun juga jargon: “Siap, semangat, menuju Pimnas”. Selanjutnya, mereka memaparkan bahwa fenomena tindak kekerasan marak terjadi dalam dunia persepakbolaan Indonesia yang sering kali mengakibatkan adanya korban luka, bahkan sampai meninggal dunia, seperti yang dikutip dari artikel Tribunnews.com (25/09/2018). Kasus-kasus tersebut sangat meresahkan semua pihak dan berpotensi mengubah fungsi sepak bola yang seharusnya hiburan dan pemersatu menjadi pemecah belah bangsa. Hal itu terjadi tentunya bukan tanpa pemicu serta alasan. Berdasarkan pemaparan dalam presentasinya, mereka menjelaskan bahwa salah satu pemicu tindak kekerasan dalam dunia persepakbolaan Indonesia adalah ujaran provokatif.

Data penelitian mengenai ujaran provokatif  pada atribut suporter sepak bola ini berupa tulisan, gambar, serta lagu, baik dari suporter Persib maupun Persija yang bersumber dari internet, media sosial, dan wawancara pada pedagang yang menjual atribut sepak bola di Kota Bandung. Analisis data dengan menggunakan pendekatan pragmatik dan semiotik menunjukkan memang bahasa digunakan oleh para suporter untuk memprovokasi pihak lawan. Hal ini ditandai dengan penggunaan diksi-diksi yang berkonotasi negatif seperti dalam penamaan atau pelabelan nama-nama hewan. Ada juga penggunaan kata makian yang notabene memiliki makna buruk di masyarakat Indonesia seperti dalam makian yang merujuk pada keadaan atau pun nama alat kelamin. Ujaran-ujaran ini dilakukan oleh kedua suporter, baik itu dari Viking maupun The Jak.

Sebagai akibat dari adanya ujaran atau lambang yang bersifat provokatif inilah, akhirnya timbul berbagai bentuk bentrokan atau kekerasan antarsuporter yang bahkan sampai berujung kematian. Di akhir presentasi tersebut mereka menutupnya dengan kalimat pamungkas yang berbunyi, “Jangan jadikan damai sebagai wacana; suporter harus suportif, bukan provokatif!” dengan kompak dan semarak. (DN)