Tim Riset PKM-RSH UPI: Aplikasi Kencan Daring Digunakan untuk Menemukan Partner Seks

Bandung, UPI

Casual sex relationship menjadi suatu fenomena yang mencuat dalam pencarian partner seks dengan dasar kelonggaran dan ketidakterikatan dalam menjalin hubungan seksual. Antara pengguna yang secara konsensual melakukan casual sex. Bahkan, bisa saja sebelumnya tidak saling mengenal atau tidak terikat dalam hubungan apapun, atau bahkan setelah keduanya melakukan casual sex. Diantara mereka tidak meneruskan hubungan yang sifatnya mengikat satu sama lain. Fenomena tersebut dapat terjadi karena pemuasan biologis menjadi dasar dalam mencari partner seks melalui aplikasi Tinder.

Pernyataan tersebut diungkapkan dalam sebuah penelitian tentang Riset Sosial Humaniora. Penelitian ini terkait dengan PKM-RSH (Program Kreativitas Mahasiswa-Riset Sosial Humaniora) yang diikuti oleh 4 mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dari 4 program studi yang berbeda. Mereka adalah Frismayanti Fitrianingrum (Pendidikan Sosiologi 2017) sebagai ketua dan Jalu Rafli Ismail (Pendidikan Geografi 2018), Nadhila Zulfa Khairani (Psikologi 2019), serta Shafira Dewi Faza (Akuntansi 2020) sebagai anggota. Mereka dibimbing oleh Dr. Siti Nurbayani, M.Si., dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi UPI.

Lebih lanjut dijelaskan, ditengah keterbukaan pergaulan masa kini, hal yang mulanya dianggap tabu dan sudah jelas akan dihindari oleh setiap orang, kini hal tersebut menjadi suatu perkara biasa dan bahkan ditunjukkan secara terang-terangan pula. Lumrahnya, hubungan khusus atau kencan yang dilakukan oleh sepasang manusia akan melalui proses pendekatan dan berkelanjutan, itu pun tentunya bukan diarahkan untuk dapat bebas menjamah satu sama lain. Melihat fenomena yang berkembang ini, Tim PKM-RSH mengungkap fakta bahwa Pandemi Covid-19 telah berdampak pada penggunaan aplikasi kencan daring Tinder untuk menemukan partner casual sex relationship.

Pengungkapan bukti oleh tim peneliti mahasiswa UPI ini, telah dilakukan melalui riset dengan pendalaman bukti-bukti ilmiah dengan proses pengambilan data ke lapangan melalui wawancara mendalam. Pencarian informan pun dilakukan dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Hasil penelitian ini dikemukakan dalam berbagai publikasi maupun studi fenomenologi yang dilakukan oleh tim peneliti dengan melibatkan sebanyak 5 informan pada batasan wilayah Bandung Raya. Agar data yang didapatkan representatif dan mampu menjawab hipotesis penelitian, dilibatkan 5 informan yang merupakan pengguna lama maupun pengguna baru aplikasi Tinder, dengan memerhatikan tenggat waktu sebelum dan saat masa pandemi, alasan-alasan penggunaan aplikasi, hingga tujuan dan hal-hal yang telah dilakukan ketika menggunakan aplikasi.

Berdasarkan data hasil penelitian, didapatkan fakta bahwa diantara pengguna yang melakukan casual sex tersebut seluruhnya telah terlibat paling tidak pada satu jenis casual sex, antara lain one night stand, friend with benefits, fuck buddy, dan booty call. Ke-4 jenis casual sex tersebut dilakukan dalam 2 kegiatan yang saat ini sedang trendy dan familiar bagi remaja dan orang dewasa pada rentang usia 18-25 tahun, yaitu staycation dan netflix n’ chill. Dua istilah tersebut, secara harfiah, hanya merupakan kegiatan berkumpul dan menikmati waktu senggang bersama. Namun begitu, seiring dengan penggunaannya yang dihubungkan dengan casual sex pada ke-4 jenis di atas, istilah staycation dan netlfix n’ chill tidak lagi lain definisinya dengan casual sex.

Kemudahan mencari partner seks saat ini ternyata berkorelasi dengan kegiatan stay at home sebagai aturan fundamental dalam memutus rantai penyebaran virus. Dimana dihentikannya kegiatan luar rumah ternyata memunculkan kebosanan yang secara psikologis melancarkan manusia untuk lebih memperhatikan pemuasan diri, khususnya pemuasan secara biologis. Fenomena ini sewajarnya pun tabu untuk diungkap kepada publik, namun keempat tim peneliti UPI ini memandang bahwa dengan ditelitinya fenomena casual sex melalui aplikasi kencan daring di masa pandemi, diharapkan hasil penelitian ini hendaknya mampu menjadi referensi dalam melihat suatu fenomena yang berkembang di dalam kehidupan pertumbuhan anggota masyarakat dan dapat dilihat dengan sudut pandang yang luas serta dapat menekan keberadaan prejudice yang dapat melahirkan suatu konflik sosial baru yang menentang realitas sosial. (frismayantifitrianingrum/dodiangga)