Tradisi Bakar Batu Baripen

Kampung Wosilimo di Lembah Baliem Papua,  pagi itu  masih terasa sunyi. Beberapa warga kampung yang berasal dari Suku Dani sudah mulai melakukan aktifitas sehari hari. Di satu pojok kampung, di bawah semak semak,  sejumlah warga setempat sedang berkumpul. Tampaknya ada ritual yang segera akan dilakukan. Mereka akan melaksanakan upacara tradisional yang secara turun temurun sering dilakukan penduduk lokal yang bermukim di pegunungan dan tempat lain di Papua. Itulah acara ritual bakar batu Barapen. Tradisi bakar batu merupakan tradisi turun temurun dari berbagai suku di Pegunungan Papua, termasuk warga kampung Wosilimo suku  Dani  di lembah Baliem ( Baliem Valley)  Papua. Penamaan upacara bakar batu in…

Sang Penyiar Heroik

Namanya K’tut Tantri. Sang penyiar heroik kebangsaan Amerika namun berdarah sangat Indonesia : merah putih. Dengan suara lantang dan aksen bahasa inggris yang fasih, ia tak henti hentinya menyuarakan live or die demi berkibarnya Sang saka dwi warna merah putih. Di salah satu rumah sederhana di Jalan Mawar kota Soerabaya, 10 November 1945, Tantri terus melakukan reportase terkini  mengenai The battle of Surabaya.  Pertempuran 10 November 1945 yang heroik. Para pejuang Surabaya, di bawah pimpinan langsung Bung Tomo, terus melakukan perlawanan terhadap gempuran tentara Sekutu.

Melalui siaran radio bawah tanah, ia terus menyuarakan  siaran pandangan mata tentang jahat dan kejamnya Tentara sekutu  dalam membombardir kota Surabaya. Ia menyaksikan benar apa yang terjadi dalam peristiwa November 1945. Tentara sekutu secara membabi buta membombardir     kota Surabaya sehingga banyak korban berjatuhan, termasuk wanita dan anak anak.  Dalam suatu siarannya,  Tantri berseru kepada   masyarakat internasional tentang betapa kejamnya tentara sekutu. Allied soldiers as the biggest criminals for killing  hundreds women and children in Surabaya.

Tantri tak memegang senjata. Tetapi melalui suaranya yang gempita ia menyiarkan berita tentang gigihnya para pejuang bangsa dalam melawan penjajah. Melalui siaran radio bawah tanah inilah, K’tut Tantri dikenal pers asing dengan sebutan Surabaya Sue. atau Sang penggugat dari Surabaya.

Tantri secara gamblang menterjemahkan setiap pidato Bung Tomo. Ia  siarkan pidato  tersebut melalui siaran radio yang bisa diterima masyarakat internasional dan pihak Sekutu sendiri. Ia juga dengan tegas menterjemahkan jawaban Bung Tomo atas uliltimatum Sekutu. Ia berteriak dalam aksen bahasa Inggris yang fasih, The Indonesian people will not obey your terms, even Surabaya is bombed to the ground. Even if men, women, and children will be killed. Penyataan tersebut, ia dikumandangkan secara terus menerus. Itulah sisi peristiwa heroik Pertempuran 10 November 1945.

Bali the Last Paradise

Tantri lahir di Inggris  tahun 1898 dengan nama asli Muriel Stuart Walker. Pada akhir perang dunia pertama, ia dan orang tuanya berimigrasi ke Amerika Serikat. Ketika ia berjalan jalan  di Hollywood Boulevard, di depan bioskop kecil, ia melihat judul film, Bali The last Paradise. Ia sangat terkesan dengan film tersebut. Dengan hati bulat, ia merencanakan untuk bisa bermukim di pulau dambaan seperti dalam film yang ditontonnya.

Beberapa bulan kemudian, ia sudah tiba di pulau yang diimpikan. Pulau Bali. Ia bersumpah dengan dirinya, ia akan turun dari mobil, ketika mobil yang dikendarainya kehabisan bensin. Dia berjanji di tempat itulah ia akan memulai kehidupan barunya di Bali. Mobilnya persis berhenti di sebuah Istana raja yang ia sangka sebagai Pura. Dengan hati hati  dan ragu ragu, ia masuk ke kawasan istana. Ia diterima dengan tangan terbuka oleh keluarga Raja Bangli Anak Agung Gede.

Dari pertemuan dengan keluarga raja tersebut itulah ia diangkat sebagai anak keempat dengan nama K’tut Tantri.(Ferida, 2016). Tantri menetap di Bali sejak tahun 1934.Ketika masa pendudukan Jepang, ia pindah ke Surabaya. Dari pertemuan dengan para pejuang kemerdekaan itulah, ia bertekad untuk menyuarakan perlawanan rakyat Indonesia melalui corong radio bawah tanah yang dipimpin Bung Tomo.

Revolt in Paradise

Dalam buku autobiografi Revolt in Paradise (1960), Tantri menceritakan tentang romantika heroiknya di Indonesia sejak  1932 sampai dengan 1947. Buku ini pertama kali terbit tahun 1960 dalam bahasa Inggris. Kini buku tersebut telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa  termasuk dalam bahasa Indonesia. Judul buku Revolusi di Nusa Damai (Gramedia, 2006).

Sebagai sebuah roman, otobiografi, buku ini memang bukan tulisan sejarah. Sebagian isinya, ada yang bukan fakta sejarah. Beberapa hal lebih cocok sebagai ekspresi yang bernuansa melodramatik dengan fantasi roman yang sangat pribadi.Tetapi dalam beberapa penggalan tulisannya, sampai pada kesimpulan yang tak terbantahkan. Ia penyiar heroik yang membantu perjuangan rakyat Indonesia. Salah satu goresan pena dan jeritan hatinya K’tut Tantri berujar,  Aku akan tetap dengan rakyat Indonesia, kalah atau menang. Sebagai perempuan Inggris barangkali aku dapat mengimbangi perbuatan sewenang wenang yang dilakukan  bangsaku dengan berbagai jalan yang aku bisa kerjakan.

Di akhir hayatnya, K’tut Tantri wafat di Sydney Australia. Sesuai dengan keinginannya, peti matinya ditutup dengan kain berwarna merah putih dan berhias khas warna Bali. Itulah perjalanan panjang, seorang K’tut Tantri. Sang penyiar heroik keturunan Inggris yang berjiwa merah putih (Dinn Wahyudin)