TURU
|Langit masih temaram. Di balik seragam putih abu, seorang gadis mengayuh sepedanya menuju penitipan sepeda stasiun.
Pukul 4 pagi sedianya ia sudah menyiapkan diri berangkat sekolah, supaya selepas sholat subuh bisa langsung bertolak menuju titik tuju.
Telat sedikit saja, bisa tertinggal Bus karyawan pabrik yang melaju dari Majalaya-Rancaekek menuju Cicadas. Menjemput karyawan pabrik di daerah Cicadas. Itulah mengapa busnya kosong.
Jadi, mereka mengisi kekosongan kursi dengan membayar pada sopir dan kernetnya. Pastinya jauh lebih murah dari kotrima atau kereta api. Bonusnya, tidak ada drama kesiangan karena kereta datang terlambat atau penumpang yang penuh sesak. Maklum di tahun 2001 atau 2002 moda transportasi kereta api dalam kota belum tertib dan nyaman seperti sekarang.
Lagu “syahdu” dari bang haji Rhoma Irama hampir setiap hari diputar sepanjang perjalanan. Sudah tak asing di telinga. Mula-mula terasa terganggu, tapi kami bisa apa? Hanya penumpang. Jadi, lama-lama maklum juga. Gelombang otak yang semakin rileks dari alunan irama yang mendayu, meninabobokan.
Sesekali mata terpejam, mengatasi kantuk sisa semalam. Bagaimana tidak, hampir setiap harinya gadis ini pulang sekolah pukul 14.00 WIB.
Dalam perjalanan pulang, meski rasa kantuk menghampiri, tidak pernah ia tertidur dalam kotrima. Bagi yang sudah pernah merasakan naik kotrima tentu paham, selain cara menyetirnya “ugal-ugalan”, penumpangnya penuh sesak karena moda termurah dibanding angkot, juga keamanannya yang patut diwaspadai karena sering ada copet. Atas alasan ini, ia tidak bisa tidur di kotrima.
Setelah turun dari kotrima, untuk menuju pulang dia perlu melanjutkan naik angkot lagi.
Tiba di rumahnya ia harus langsung bergegas mandi dan bersiap pergi lagi. Lepas sholat ashar pukul 15.30 terjadwal pergi mengajar privat bimbel (bimbingan belajar) untuk siswa SD. Dalam sehari dua rumah bisa ia kunjungi untuk jadwal mengajar selama 2 jam. Dari rumah satu ke rumah lainnya kadang menghabiskan waktu 2-3 jam. Alhasil kembali pulang sudah sisa tenaga.
Pukul 21.00 WIB tiba di rumah. Tidak ada waktu scrolling sosmed kala itu. Putar radio MQ FM memutar murattal Quran sudah cukup menemani malam. Setelah bersih-bersih, beranjak tidur di pukul 22.00 WIB dan bangun kembali pukul 3.00 WIB dini hari. Praktis tidur hanya 5 jam. Selama 60 menit ke depan diisi dengan tahajud, menyiapkan jadwal pelajaran, kadang belajar, membaca, dilanjutkan mandi.
Sarapan di pagi buta seadanya, kadang dibekali kotak makan berisi lauk sederhana dan nasi secukupnya, untuk istirahat di sekolah. Trik menghemat uang jajan juga. Uang yang disisihkan dapat ia jadikan modal tambahan membeli bahan baku rempeyek dan molen untuk dijual di sekolah setiap harinya.
Sabtu dan ahad jadwalnya memproduksi rempeyek. Kurang lebih 100 pcs. Dibagi 5 hari sekolah, jadi 20 pcs dijual setiap harinya.Inilah salah satu alasan, mengapa ia memilih pergi menggunakan bus karyawan daripada kereta api. Khawatir rempeyeknya hancur remuk dan kurang elok bila dijual.
Setidaknya setiap hari di pundaknya ada tas ransel berisi buku dan perlengkapan sekolah, dan tangannya menjinjing keresek besar berisi pisang molen plus 20 pcs rempeyek.
Gadis itu tidak punya alasan pasti mengapa menyulitkan diri sendiri harus membawa dagangan itu ke sekolah setiap hari. Kondisi ekonomi keluarganya memang tidak berlebih, tapi juga tidak kekurangan.
Bahkan sejak hijrah hidayah berjilbab, di 2002 tahun kedua duduk di bangku SMA nyaris gadis itu tak pernah meminta uang jajan dari ibunya. Ia menempa dirinya untuk berdikari (berdiri di kakinya sendiri) selain memberikan solusi buat teman-teman di sekolahnya di kala lapar mendera.
Ya, pertolongan pertama saat kelaparan di pagi hari pada jam brunch alias breakfast and lunch bagi teman-temannya. Itulah mengapa di kelasnya yang hanya berjarak tujuh langkah ke ruang guru itu, ia memilih duduk di samping jendela yang terbuka dekat koridor. Tepat! Untuk memudahkan transaksi jual beli dan transfer makanan melalui jendela. Sudah menjadi rahasia umum, teman-teman dari kelas lain tinggal berbisik di balik jendela, atau cukup mengirimkan secarik kertas bertuliskan pesanannya lewat celah, bayarnya nanti pada jam istirahat.
Kebiasaan ini berpola hingga ia lulus. Meski tidak ikut bimbel persiapan Ujian Nasional, namun ia bisa membuktikan bahwa aktivitas padat (Mulai dari sekolah, mengajar bimbel, berjualan rempeyek dan molen, mengajar mengaji di masjid, berorganisasi, dan tidur hanya 5 jam sehari) tidak lantas membuatnya tertinggal dari teman-teman lainnya yang mengikuti bimbel bonafid. Akhirnya, ia bisa lulus dengan Nilai Ujian Nasional Tertinggi dari jurusan IPS.
Tak lama setelah lulus, dilamar dan menikah. Lucunya, saat Ujian masuk perguruan tinggi negeri dilaksanakan, ia tidak diantar orangtua seperti peserta pada umumnya, melainkan diantar suaminya. Sejak menikah, dia sudah tidak lagi mengajar privat dari satu rumah ke rumah lain. Bimbel Dzikra Prestatif dan TK/Daycare Dzikra Kids berdiri satu atap dengan Daycare/Prasekolah dan tempat tinggal. Bisa dibayangkan, sejak pagi ramai kanak-kanak, siangnya hingga malam ramai adik-adik yang bimbel. Situasi baru hening sekitar pukul 21.00 WIB. Kondisi ini berlangsung selama kurang lebih 13 tahun. Siapa sangka, si gadis itu adalah penulis. Iya, saya!
Rasanya, hingga menikah muda, punya anak, dan kuliah S1, S2, S3 tidur menjadi sesuatu yang langka. Bahkan kurang. Selalunya kurang tidur. Bukan insomnia atau tidak bisa tidur, tetapi memang produktivitas tinggi, sibuk dan padat sekali aktivitasnya sehingga perlu begadang dan bahkan beberapa kesempatan tidak tidur sama sekali. Terlebih pada masa-masa kuliah. Beruntung bisa dilalui dengan baik.
Jadi sebenarnya, orang-orang yang bisa menjalani perkuliahan S1/
S2/S3 dengan baik itu bukan mereka yang pinter banget akademiknya, melainkan mereka yang punya keseimbangan antara
kecerdasan emosional, mental dan daya juangnya.
Pagi hari ini, Sabtu 28 Juli 2024 beberapa rencana seperti berkebun (rencana menyemai, mengganti tanah dan media tanam, mengkreasi taman), memasak, beres-beres, mulai menulis ringan di akhir pekan saya lakukan tapi tidak ada yang tuntas. Terbetik ide untuk ke salon, namun mager alias males gerak. Ternyata, tubuh minta hak untuk diistirahatkan. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB, dilanda kantuk yang sangat. Saya pun berwudhu lalu beranjak ke kamar dan langsung turu (tidur)
Dalam ni’matnya turu sesekali gangguan si kecil Uwais memecah keheningan. Terbangun sejenak, kelopak mata terbuka menatap dalam nyenyak. “Ummi bangun, ayo main”, rengeknya sambil menepuk nepuk pipi. Dalam gelombang alpha saya jawab “sebentar ya nak, ummi tidur dulu boleh yaa?”. Sepersekian detik kami saling menatap. Tapi tak lamat. Sejurus kemudian ia pun beranjak pergi menutup pintu kamar. Setelah itu saya tidak ingat karena kembali menyemai bunga tidur.
Belakangan saya tahu, bahwa ia mengatakan seperti ini pada aunty nya yang bertanya: “umminya mana dek?”, seketika dijawab uwais, “umminya lagi tidur onty, dilihat matanya merah kena azab”, dengan polosnya. Spontan mengundang gelak tawa kami saat makan siang menjelang ashar.
Turu qailulah atau istirahat siang disunnahkan nabi saw. Qailulah sendiri merupakan jenis tidur sebentar yang dilakukan di siang hari. Waktu pelaksanaannya biasanya dilakukan mulai dari pukul 11.00 siang hingga menjelang pukul 14.00. Namun, qailulah yang dianjurkan Rasulullah SAW adalah pada waktu siang hari sebelum sholat zuhur atau sesudahnya durasinya 10 – 20 menit sudah cukup. Hal ini dikutip dari buku Back To Sunnah: Teori dan Kajian Empiris Kesehatan oleh Haerawati Idris.
Turu di akhir pekan hari ini begitu berkualitas. Tiba-tiba hal kecil seperti turu ini meregresi masa-masa lalu yang rindu untuk turu, sesuatu yang lupa disadari selama ini. Ni’matnya turu tiba-tiba mengundang ingatan masa lalu.
Turu sering digunakan dalam percakapan sehari-hari untuk menyatakan kelelahan atau keinginan istirahat. Ketika hayati lelah, maka turu-lah.
Bagi yang sudah pernah berangkat umrah atau haji dan mengamati kehidupan orang-orang di Mekah dan Madinah, tentu bisa mengamati pola hidup mereka. Waktunya sebagian besar adalah menunggu jadwal sholat 5 waktu, selebihnya diisi berdagang dan bekerja. Perniagaan ditinggalkan demi sholat tepat waktu. Aktivitas mereka lebih banyak di malam hari, pagi dan siang hari rata-rata toko-toko tutup. Rumah sakit sepi warga lokal, kebanyakan diisi para pendatang jemaah umrah atau haji dari berbagai negara. Warga arab jarang sakit.
Betapa pentingnya turu dalam kehidupan manusia. Kualitas tidur menentukan kesejahteraan hidup. Sudah banyak riset tentang peran turu dari sisi psikologi atau disiplin ilmu lainnya.
Pola turu yang berantakan dapat menimbulkan kecemasan, sulit konsentrasi, turunnya motivasi, hilangnya rasa humor dan penurunan kemampuan interaksi sosial, bahkan parahnya depresi. Turu menjadi proses penyegaran energi mental.
Sakit fisik berasal dari sakit mental. Dalam headline pemberitaan dilaporkan pasien cuci darah (ginjal) meningkat 6.3% dan rata-rata masih kanak-kanak. Mencengangkan! Kebiasaan buruk dapat menjadi penyebab gagal ginjal di usia muda. Misalnya, sering mengonsumsi makanan olahan, kurang minum air putih, hingga sering begadang.
Sebagian dari anak dan remaja bahkan dewasa lebih memilih untuk mengurangi jam tidur, dibanding harus melewatkan mengakses sosial media, menulis jurnal di malam hari, menulis laporan penelitian, mengerjakan tugas, menonton drama seri di netflix, main game online, dan banyak lagi. Padahal gangguan turu menyebabkan proses inflamasi dan aktivasi saraf simpatis yang merusak membran basal glomerulus dan aparatus tubulus ginjal. Intinya, berdampak pada kesetimbangan metabolisme tubuh.
Di Jepang dan Korea selatan, dengan tingkat kesibukan tinggi, kecanduan obat tidur sudah menjadi epidemi nasional. Industri turu yang terus berkembang untuk melayani mereka yang tidak bisa tidur omsetnya diperkirakan bernilai $2,5 miliar (Rp34 triliun) pada 2019.
Betapa tidak, di Seoul hampir seluruh pusat perbelanjaan dikhususkan untuk produk turu, mulai dari sprei yang sempurna, bantal yang optimal, apotik dengan rak penuh obat turu herbal dan tonik, teknologi insomnia berupa aplikasi meditasi-kokkiri- juga ada untuk membantu anak muda yang stres. Kesibukan tinggi, bahkan menjadikan Inemuri alias kebiasaan tidur orang Jepang yang tidak sesuai tempatnya menjadi budaya unik. Mereka tidur di tempat kerja, tempat umum, transportasi publik. Pentingnya turu siang, sampai di Jepang ada pelajaram turu siang untuk anak-anak level kelas bawah (kelas 1 dan 2).
Turu di kampus, di tempat kerja. Pada jam yang disunnahkan nabi saw. Berhenti sebentar. Istirahat yang penuh kesadaran. Berhenti sejenak memungkinkan kita untuk mengalihkan frekuensi batin kita dari frekuensi sehari-hari yang selalu sibuk ke frekuensi yang lebih tenang, sehingga memungkinkan kita untuk melihat lebih dalam. Ini adalah langkah yang diperlukan dalam perjalanan untuk melepaskan diri dari “lingkaran pikiran” dan reaksi serta tindakan otomatis, terutama yang menghalangi untuk berada di tempat yang diinginkan.
Ingat lagu kebangsaan kaum rebahan, dari mbah surip rahimahullah. Sekilas syairnya seperti lelucon. “Bangun tidur, tidur lagi”, padahal maknanya mendalam. Bahwa ujung dari kehidupan manusia, adalah Turu. “Itulah manusia, ada hidup ada mati, ada bangun ada tidur…”
Masih ingat lagu kanak-kanak “bangun tidur”, ciptaan pak Kasur? Apakah sebutan “kasur” ada hubungannya dengan judul lagu “bangun tidur”, kebetulan penciptanya bernama Soerjono. Seorang tokoh pendidikan Indonesia. Julukan “kak Soer” yang biasa digunakan anak buahnya di gerakan kepanduan. Lama-lama terdengar kasur dan akhirnya terbiasa dipanggil pak kasur.
Ada lagu turu yang sejak 1800 an populer di Indonesia. Judulnya Nina Bobo. Ya, lagu pengantar tidur yang bercitrakan irama keroncong. Tak hanya di Indonesia, nampaknya Nina bobo ini pun dikenal di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri lagu Nina bobo dipopulerkan oleh Anneke Grönloh dan Wieteke van Dort. Nina sendiri bukan merujuk pada sebuah nama orang. Serapan dari bahasa portugis “menina” yang berarti gadis. Bobo, serapan bahasa Tionghoa dari tidur. Belakangan lagu ini jadi “horror” setelah diangkat menjadi judul film layar lebar. Dikaitkan dengan misteri meninggalnya gadis belanda karena malaria.
Mari kita lihat pola kehidupan nabi Muhammad saw. (1) Magrib (18.00-19.00) Persiapan ibadah. Tutup pintu & Jendela. (2) Isya (19.00-20.00): Tidak tidur sebelum Isya. Tidak begadang kecuali: menuntut ilmu dan bercengkrama dengan istri. (3) Tidur (Turu (21.00-02.00). (4) Qiyamul Lail (02.00-04.00). Quality time with Allah (5) Subuh (04.00-05.30). Tidak meninggalkan tempat sholat hingga Syuruq. (6) Syuruq (06.00-07.00). Couple Time (7) Dhuha (07.30-10.30). Aktivitas harian: Kerja; Dakwah; Belajar Mengajar. (8) Qoilulah (11.00-13.00): Istirahat. Tidur. (9) Dzuhur (13.00-15.00): Melanjutkan aktivitas harian. Seperti itulah kurang lebih gambaran manajemen waktu hariannya nabi saw. Ada suri teladan yang baik pada diri nabi saw (lihat QS. Al Ahzab 21).
Nabi saw yang menjadi orang paling berpengaruh sepanjang zaman saja menempatkan turu siang sebagai aktivitas penting, sementara kita?
Tidur siang itu sunnah, tidak wajib. Artinya tidak sampai berdosa kalau ditinggalkan, tinggal siapa yang mampu dan punya kesempatan menunaikannya. Tentunya jika kebijakan sederhana dari sekolah, kampus, kantor memfasilitasi ini maka sudah menyelamatkan mental generasi bangsa lebih sehat mental dan fisiknya, menguatkan produktivitas ibadah.
“Tidurlah qailulah (tidur siang) karena setan tidaklah mengambil tidur siang.” (HR. Abu Nu’aim dalam Ath-Thibb 1: 12; Akhbar Ashbahan, 1: 195, 353; 2: 69. Syaikh Al-Albani menyatakan bahwa sanad hadits ini hasan dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 1647)
Bagaimana pengalaman turu anda? Apakah anda merasa bersalah karena turu di siang hari? Jika anda pengambil kebijakan di sebuah lembaga, apakah memungkinkan bagi anda untuk membudayakan tidur qailulah alias turu siang di lembaga anda? Ceritakan pendapat anda!
Waktu hening dimulai…
Ahad, 28 Juli 2024/ 22 Muharram 1446H.
Salam biblioterapi,
Bunda Susan @susan_motherpreneur
(Dosen Biblioterapi di Prodi Perpustakaan dan Sains Informasi, Depkurtekpen, FIP UPI Bandung. Founder Komunitas Biblioterapi Indonesia. Penulis buku seri biblioterapi untuk pengasuhan, biblioterapi untuk kecemasan dsb. Penyedia layanan biblioterapi) follow IG @bibliotherapy.id
email koresponsensi:
[email protected].