UPI Bahas KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix

Bandung, UPI

Berbicara masalah Citarum Harum sebetulnya kita berbicara tentang mindset, pola pikir atau kebiasaan berpikir masyarakat di sekitar daerah aliran sungai tersebut, jadi memang ini menjadi sebuah isu, tingkat keberhasilan kita, akan ditentukan oleh sejauh mana berubahnya mindset masyarakat di sekitar Citarum tersebut.

Demikian ungkap Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Prof. Dr. H. R. Asep Kadarohman, M.Si., saat memberikan pandangannya dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) atau diskusi terpimpin terkait pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Citarum Harum atau KKN Tematik Citarum Harum Pentahelix di Ruang Rapat lantai 1 Lembaga Penelitan dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) UPI, Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 229 Bandung, Rabu (21/11/2018).

Lebih lanjut dijelaskan, karena pelaksanaan KKN Tematik Citarum Harum ini berhubungan dengan masyarakat, maka kegiatan ini harus kita laksananakan secara kontinyu, terus menerus, dan ini yang harus disepakati bersama. Dibutuhkan dorongan yang sangat kuat untuk terselenggaranya program ini.  Karena harus kontinyu, maka kegiatan KKN harus memberikan dampak pada mahasiswa bukan hanya pada masyarakat saja.

“Mahasiswa adalah sosok yang mempunyai kredibilitas tinggi di masyarakat, ini merupakan sebuah strategi. KKN ke depannya tidak berlangsung di plot 40 hari tetapi dapat berlangsung secara terus menerus sepanjang tahun, dalam teknisnya Komandan Sektor (Dansektor) menjadi pembimbing lapangannya,” ungkapnya.

KKN jangan hanya berdampak pada masyarakat saja tapi harus berdampak pada mahasiswa juga, tegasnya. Jika melihat permasalahan utama yang terjadi di DAS Citarum, untuk sektor industri kaitannya selalu dengan limbah, kedua masalah penghijauan, ada yang di hulu dan ada yang di bantaran Citarum. Jika dilihat musim hujan mesti banjir namun di musim kemarau pasti kering, nah ini soulusinya adalah dengan melakukan penghijauan.

Diungkapkannya,”Mahasiswa UPI diberikan tanggung jawab untuk menanam pohon di awal pelaksanaan KKN, kemudian di akhir pelaksanaan KKN, pohon tersebut harus tumbuh artinya pohon tersebut hidup, jika mati maka KKN-nya dianggap gagal, jadi indikatornya harus cukup jelas.  Kemudian, bagaimana pohon tersebut bisa tumbuh, tugasnya mahasiswa untuk mengedukasi masyarakat dan dalam kasus ini, yang bertanggung jawab tidak hanya mahasiswa tetapi masyarakat. Keduanya bekerja sama untuk menjaga pohon tersebut.”

Mahasiswa yang mengedukasi masyarakat terkait buang sampah, lanjutnya, menjadi tantangan tersendiri, oleh karena itu kepada seluruh perguruan tinggi yang terlibat, dapat merumuskan bersama-sama dengan Dansektor, karena tiap daerah memiliki kultur yang berbeda. Demikian juga dengan Pemerintah daerah, Pemda harus dilibatkan, karena ini juga merupakan tanggug jawabnya, sehingga mereka menjadi aware dan sadar terhadap apa yang harus mereka lakukan. Diharapkan, Kepala Daerah menjadi pembicara dalam seminar atau kajian akademik.

Hal tersebut dikuatkan pula oleh Ketua LPPM UPI Prof. Dr. Ahman, M.Pd., dijelaskan bahwa pihaknya sedang merancang sebuah kerja sama dengan Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) untuk membangun sebuah trek jogging dan trek sepeda, serta membuat desa percontohan. Koordinasi sangat penting untuk pemetaan, untuk menghindari penumpukan wilayah garapan di satu sektor.

Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Direktur Pembelajaran Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Dr. Paristiyanti Nurwardani menegaskan bahwa,”KKN Tematik Citarum Harum merupakan sebuah bentuk kerja sama antara Kemenristekdikti dengan beberapa perguruan tinggi dan khususnya UPI, perguruan tinggi yang ditunjuk langsung oleh Pak Menteri, hal ini dikarenakan UPI merespon dengan cepat program kerja dan ide-ide Pak Menteri untuk melakukan KKN Tematik Citarum Harum. Banyak perguruan tinggi yang terlibat, tetapi tidak banyak yang responsive terhadap permasalahan sehari-hari.”

Lebih lanjut dijelaskan, penyelenggaraan KKN Citarum Harum adalah salah satu bagian dari koordinasi yang baik antara pusat dan daerah terutama dengan perguruan tinggi. Citarum Harum melibatkan 19 Kementerian, salah satunya Kemenristekdikti. Tugasnya yaitu memfasilitasi riset dan keikutsertaan akademisi dalam inovasi pengendalian daerah aliran sungai Citarum, serta pelaksanaan KKN Tematik.

“Dengan berbagai macam daya upaya, kami, UPI serta Dansektor melakukan berbagai langkah intensif, dan pola ini cukup bagus untuk membuat perubahan. Berkaitan dengan hal tersebut, FGD ini diselenggarakan untuk melakukan sharing dengan 22 Dansektor karena melihat antusias sivitas akademika dalam melaksanakan program ini,” ujarnya.

22 sektor di DAS Citarum memiliki 2 karakteristik, ungkapnya, yaitu sungai dan waduk dengan tantangan sama, yaitu bagaimana melakukan perubahan mindset tentang sungai bahwa sungai adalah sumber kehidupan, dan kebersihan merupakan sesuatu yang harus dilakukan melalui perubahan mindset-nya melalui proses edukasi. Semua waduk nantinya akan dibersihkan dari keramba, karena akan dijadikan tempat wisata pancing dengan ikan yang ditebar secara alamiah.

Diungkapkannya lagi,”Tema program ini adalah G3T Citarum Harum dengan 3 elemen. Huruf E dalam G3T diganti dengan angka 3, mengandung makna Reduce, Reuse, dan Recycle, tujuannya supaya mendapatkan Citarum yang harum kembali dengan merubah pola tanam di hulu, dengan catatan dibutuhkan 125 juta pohon atau setara 13 triliun untuk program tersebut, namun dikarenakan berbiaya mahal, maka diputuskan oleh para ahli untuk menanam dengan tanaman kopi. Kopi dengan varietas yang sama agar mempunyai nilai jual.”

Melalui FGD ini, ujarnya, kita upayakan sebuah strategi baru untuk merubah mindset Triple Helix, sebuah sinergi antara akademisi, pengusaha dan pemerintah menjadi kolaborasi Penta Helix yang melibatkan community yaitu masyarakat dan media, karena selama ini pencapaian kita belum diapresiasi secara luas. Kemudian disamping itu, KKN Tematik yang dulunya 40 hari dirubah menjadi KKN sepanjang tahun, hal ini sebagai upaya merubah mindset seluruh pihak yang terlibat melalui pendekatan KKN Tematik Penta Helix. Sementara itu, UPI sudah menerapkan konsep KKN Tematik Penta Helix, diharapkan seluruh perguruan tinggi di Jawa Barat dan DKI melakukan pola KKN yang sama. (dodiangga)