UPI Bersama 21 PT Indonesia Kerja sama dengan PT di Mesir

(Laporan Dr. Agus Salam, M.Pd. dari Kairo Mesir)

Kairo, UPI

Universitas Pendidikan Indonesia bersama 21 perguruant tinggi di Indonesia bekerja sama dengan 10 Perguruan Tinggi Mesir sepakat membangun komitmen dan rencana  kerja sama Indonesia dan Mesir. Di samping itu, UPI dan para Rektor PT di Mesir sepakat memperluas lingkup kerja sama dalam bidang pertukaran mahasiswa, pertukaran staf pengajar, joint degree, dan double degree.

“Kami juga sepakat membangun kerja sama dalam bidang penelitian dan publikasi jurnal ilmiah; Memperluas  kerja sama dalam bidang Bahasa Indonesia, Arab, dan budaya, teori dan penerapan ilmu pengetahuan, pendidikan, studi Islam serta quality assurance,” kata Wakil Rektor UPI Prof. Dr. Amin Aziz,  bersama para rektor perguruan tinggi di Mesir usai melakukan penandatanganan nota kesepahaman dalam Kairo Forum di Hotel Four Season Kairo, Kamis (18/9/2014).1

UPI dan sejumlah PT di Mesir membentuk tim kecil untuk setiap bidang kerja sama, menjadwalkan pertemuan dua tahunan yang diadakan secara bergantian di Mesir dan Indonesia serta mendorong universitas untuk melaksanakan program lebih lanjut dengan masing-masing mitra universitas.

“Dalam hal ini, UPI akan  memberikan 10 beasiswa untuk mahasiswa Mesir yang berkuliah di UPI. Beasiswa ditawarkan secara selektif,” kata Wakil Rektor UPI.

Pertemuan para Rektor dari perguruan tinggi Mesir dan Indonesia dalam “Forum of Egyptian-Indonesian Universities’ Presidents toward Joint Working Group on Higher Education” difasilitasi Kedutaan Besar RI di Kairo. Forum yang berlangsung di hotel yang terletak di tepian Sungai Nil.

Dalam sambutannya, Dr. Fahmy Lukman, Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI, yang menjadi penanggung jawab forum ini menyebutkan peserta yang menghadiri forum ini terdiri atas 22 perguruan tinggi  Indonesia,  antara lain, UPI, Unpad Bandung, Unsyiah Aceh, UN Malang, Universitas Tadulako, Universitas Telkom,UIN Maliki Malang,UIN Syarif Hidayatullah Jakarta danP Universitas Bhayangkara Surabaya.

Selain itu, ikut juga dalam forum ini, peserta dari 10 perguruan tinggi  Mesir,  antara lain: Al-Azhar University, Alexandria, Suez Qanal, Mansura, dan Zaqaziq University. Pertemuan ini juga diikuti  beberapa perwakilan pusat studi di Mesir dan pihak Kementerian Pendidikan Tinggi Mesir, Kementerian Agama RI, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.4

Forum pertemuan pimpinan perguruan tinggi ini pertama kali diselenggarakan secara resmi oleh kedua negara, Indonesia dan Mesir untuk menginisiasi kerja sama yang lebih luas dan produktif di masa depan. Kedua pihak menyadari bahwa Indonesia dan Mesir adalah dua negara yang memiliki hubungan sangat erat dan berlangsung lama.

Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia. Presiden Soekarno, Presiden Soeharto, dan Presiden Abdurrahman Wahid memiliki kedekatan dengan presiden-presiden Mesir pada masanya. Pandangan dan faham keagamaan yang hidup di masyarakat Indonesia sedikit banyak dipengaruhi oleh faham keagamaan dari Mesir.

Fakultas dan kajian Islam di IAIN sejak berdirinya tahun 1960 mengacu sepenuhnya pada model Al-Azhar Mesir. Seperti diakui oleh Prof. Dr. Amsial Bakhtiar, Wakil Rektor UIN Jakarta saat menyampaikan pandangannya pada forum ini, “UIN Jakarta yang menjadi cikal bakal perguruan tinggi Islam di Indonesia memiliki hutang sejarah pada rakyat Mesir. Bukan hanya model Al-Azhar yang dijadikan rujukan IAIN, tapi alumni Al-Azhar sangat berperan dalam mengembangkan kajian Islam di IAIN dan UIN sekarang ini”.

Delegasi dari kedua negara semua menyatakan pentingnya kerjasama perguruan tinggi ditingkatkan lebih produktif. Tidak hanya bidang keagamaan Islam yang selama ini sudah berlangsung bagi kedua negara (terutama bidang syariah dan  bahasa Arab), tetapi bidang-bidang strategis baru yang menjadi tantangan kedua negara modern, seperti kedokteran, teknik, pertambangan, ekonomi syariah, perdagangan, pendidikan, food security, tourism, lingkungan hidup, industri, politik dan pemerintahan, hingga pengelolaan air bersih.

Sumberdaya yang dimiliki universitas kedua negara mendukung bentuk-bentuk kerjasama baru itu. Sekretaris Kementerian Pendidikan Tinggi Mesir, Prof. Dr. Ali Al-Hilali, dalam sambutannya menyatakan gembira dengan diadakannya forum ini. Dia berharap forum ini menjadi jembatan terbangunnya hubungan dan kerjasama kedua negara yang semakin akrab. “Mesir”, kata Al-Hilali “memiliki 23 univers negeri dengan 341 fakultas yang menyelenggarakan berbagai cabang keilmuan, agama dan umum seperti kedokteran, handasah/teknik, farmasi, ekonomi, sains dan teknologi. Sementara mahasiswa asing di seluruh universitas Mesir mencapai 53.000 orang, tersebar di Universitas al-Azhar, Kairo University, Ain Syams, Alexandria, Mansuria, dan Tanta. Potensi ini dapat dimanfaatkan untuk melakukan kooperasi antara Indonesia-Mesir dalam berbagai bidang ilmu”.

Dr. Syamsurrizal, Rektor Universitas Syiah Kuala Aceh yang menjadi ketua delegasi Indonesia menyebut kerjasama kedua negara ini laiknya sebagai “Collaboration among brothers”. Kerjasama di antara sesama saudara. “Indonesia harusnya menjadi excellent partner bagi Mesir karena kedekatan sejarah dan persahabatan kedua negara ini demikian kental”, ujarnya di sela-sela pertemuan.

Apalagi, lanjutnya,  Indonesia saat ini menjadi 10 negara dengan penduduk mayoritas muslim terbesar dunia, the most moslem countries in the world. “Kerjasama Mesir-Indonesia sangat vital dan dapat menjadi lokomotif membangun misi keislaman yang moderat dan ramah di seluruh dunia”, dia menegaskan Forum juga memfasilitasi penjajakan kerjasama secara langsung antar universitas kedua delegasi. Beberapa universitas di Indonesia seperti Unpad, Tadulako, UN Malang menandatangani MoU dengan Universitas Zaqaziq, Alexandria, dan Pusat Studi Padang Pasir. Beberapa bentuk kerjasama yang diinisiasi kedua delegasi meliputi joint and collaborative research, kerjasama bidang sains, scholarship, internship program, credit earning, student and staff exchange, overseas degree program, joint publication, journal peer review and editorial board, dan dual degree atau programkembaran dua universitas di Indonesia dan Mesir.

Pameran Pendidikan

Dalam kesempatan itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kairo Mesir juga menyelenggarakan pameran guna memperkenalkan potensi Indonesia, dalam pameran “Yalla Indonesia 2014” yang berlangsung 17-20 September di Gedung KBRI dan Opera House Kairo, Mesir. UPI ikut berpartisipasi dalam pameran yang menampilkan berbagai potensi dan kelebihan Indonesia  menyangkut pendidikan, kebudayaan, perdagangan, dan Industri.

Perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia diwarnai oleh teori, konsep-konsep, dan pandangan yang bersumber dari perguruan tinggi di negara Barat.  Perguruan tinggi umum di Indonesia jarang melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi di negara-negara di Timur Tengah. Kerja sama yang selama ini terjalin adalah antara perguruan tinggi Islam di kedua negara. Hal ini disebabkan oleh adanya anggapan bahwa perguruan tinggi di negara Timur Tengah hanya mengembangkan masalah agama. Tentu saja anggapan  ini kurang tepat karena perguruan tinggi mereka juga mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Negara Timur Tengah yang menjadi pintu masuk peradaban Islam dan kemajuan Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah Mesir. Negara ini sudah dikenal memiliki sejarah peradaban yang tinggi dan kemajuan ilmu pengetahuan yang menonjol, terutama dengan adanya Universitas Al-Azhar.

Di sisi lain, Indonesia dan Mesir merupakan dua negara yang memiliki kesamaan dalam hal penduduknya yang mayoritas memeluk agama Islam, memiliki sejarah persahabatan yang erat dan harmonis, dan Mesir merupakan negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

5