UPI Tunjukan Komitmenya di Pertemuan Ilmiah dan Kejuaraan LPTK Cup VIII Tahun 2017

Yogyakarta, UPI

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) konsisten memegang tanggung jawabnya terhadap perkembangan dunia pendidikan khususnya ilmu keolahragaan. Keberadaan UPI di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) adalah untuk ikut serta membangun komunikasi antar LPTK.

Hal tersebut diungkapkan Dekan Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK UPI) Prof. Dr. Adang Suherman, M.A., ditemui saat pembukaan Pertemuan Ilmiah dan Kejuaraan LPTK Cup VIII Tahun 2017, di UNY Jalan Colombo No. 1, Caturtunggal, Kec. Depok, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (15/03/2017).

Ditegaskannya,”Keberadaan UPI di UNY adalah untuk ikut serta membangun tali silaturahmi antar LPTK, kita juga sharing keilmuan terutama dalam ilmu keolahragaan. Hal lainnya adalah berbagi hasil kajian penelitian, serta memelihara tradisi olah raga. Sekaitan dengan itu, tidak lupa untuk memperoleh medali emas dalam cabang olah raga yang dipertandingkan.”

Sementara itu, dalam kegiatan Forum Dekan Keolahragaan Indonesia, kami membicarakan hal-hal terkait kebijakan olah raga yang bersifat nasional, ujarnya. Kami juga fokus terhadap pengembangan kurikulum ilmu keolahragaan, penyelenggaraan pendidikan, joint research, pertukaran dosen, hingga pertukaran mahasiswa.

“Dalam keikutsertaannya di Kejuaraan LPTK Cup tahun ini, UPI menurunkan sebanyak 38 atlet yang terbagi dalam nomor executive dan prestasi. Adapun cabang olah raga yang dipertandingkan adalah tenis lapangan, bulu tangkis, golf, serta eksebisi tenis meja. Di cabang olah raga tenis lapangan terbagi dalam 4 tim nomor executive A dan B (Prof. H. Furqon, Ph.D., Dr. H. Edi Suryadi, M.Si., Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M.Pd., Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., Dr. Zakarias S Soeteja, M.Sn., Dr. Nuryadi, M.Pd., Dr. Bambang Abdul Jabar, Prof. Ahman), serta 4 tim nomor prestasi (Prof Adang,Yadi Sumryadi, M.Pd., Dr. Dian Budiana, Suherman Slamet, M.Pd., Prof. Beltasar Tarigan,  Alit Rahmat, M.Pd, Drs. Dudung Hasanudin, Yamin Saputra, M.Pd). Pelatih Andi Suntoda, M.Pd., dan total kontingen 18 orang. Sementara itu, untuk cabang olah raga bulu tangkis diperkuat 9 orang atlet. Kelompok executive B diperkuat oleh Dr. Iwa Kuntadi, Yadi Mulyadi, MT, Sucipto, M.Kes., AIFO, Prof. Herman Subarjah dan untuk nomor prestasi diikuti oleh Dr. Yusuf Hidayat, M.Pd., Dr. Komarudin, Drs. Satria, M. Tafakur, M.Pd., dengan pelatih H. Hadi Sartono, M.Pd., jadi total kekuatannya 9 orang. Di cabang olah raga Golf diperkuat oleh Dr. H. Amung Ma’mun, M.Pd., Prof. Dr. H. Mohammad Fakry Gaffar, M.Ed., Dr. H. Dani Meirawan, M.Pd., Dr. H. Syamsul Hadi Senen, MM., Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd., Prof. Dr. H. Ahman, M.Pd., Prof. H. Fuad Abdul Hamied, M.A., Ph.D., Prof. Dr. H. Mohammad Ali, M.Pd., M.A., sementara untuk cabang olah raga tenis meja, untuk pool A diperkuat oleh Prof. H. Furqon, Ph.D., dan Prof. Dr. Nurlan Kusmaedi, M.Pd., untuk pool B diperkuat oleh Dr. H. M. Solehuddin, M.Pd., dan Dr. Indra Safari,” ungkap Prof. Adang.

Sementara itu ditempat terpisah, Rektor UPI Prof. Furqon, MA., Ph.D., mengatakan,”Saya sangat mendukung kegiatan ini, karena membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan keolahragaan secara nasional, termasuk perkembangan olah raga di masing-masing wilayah perguruan tinggi. Melalui pertemuan ini, diharapkan terjalin sebuah diskusi tentang penyelenggaraagan pendidikan, best practise, dan menghasilkan suatu kebijakan. Tanpa adanya forum ini, hal tersebut tidak akan pernah tejadi.”

Contoh kasus, adanya kebijakan tentang keolahragaan nasional yang belum sesuai dengan harapan para pelakunya, dalam sistem keolahragaan (olah raga prestasi, olah raga rekreasi, olah raga pendidikan) belum menjadi kiblat pada masing-masing wilayah, perguruan tinggi penyelenggara pendidikan keolahragaan belum diajak bicara.

Dengan adanya kegiatan ini kita akan lebih solid dalam mengembangkan ilmu pendidikan, tegasnya. Komunikasi harus terjadi untuk membentuk kekuatan dan kesejahteraan bangsa. Olah raga fenomenanya menjadi milik umum bukan pada fakultas ilmu keolahragaan saja. Olah raga dapat menyembuhkan penyakit non infeksi.

“Saya inginnya kebijakan nasional keolahragaan kiblatnya adalah penyelenggara pendidikan keolahragan di seluruh LPTK, sebagai lembaga tertingi. Ini bukan pilihan dan kita harus eksis, kita harus menjadi leading sector. Dalam kegiatan ini emerintah adalah partner, sebagai partisipan, dan secara formal, dukungan pemerintah dilakukan dengan cara mendukung tuan rumah penyelenggara,” ujarnya.

Bagaimana penyelenggaraan Pekan Olah raga Nasional bisa berhasil, tanyanya. Itu merupakan hasil kerja sama pemerintah dengan perguruan tinggi (UPI). Kini UPI sudah mulai diakui eksistensinya.

Ada yang namanya fenomena interaksional, lanjutnya, saya berkeyakinan pengembangan pendidikan dapat melalui kegiatan berolahraga. Olah raga mengurangi penyakit non infeksi (jantung, diabetes, dan lainnya). Pelajaran olah raga statusnya sama dengan mata pelajaran lain. Ilmu olah raga mengajarkan penanaman keterampilan, kesenangan, penguatan mental, mengembangkan potensi untuk survive dalam kehidupan, karena hidup adalah kompetisi, namun tanpa melanggar peraturan. Perlu diketahui siswa senang terhadap tantangan, jika tidak senang maka partisipasi rendah. Itu adalah life skill, jumlah partisipasi menjadi kunci. Melalui olah raga, munculah fair play, kerja sama, saling menyayangi, musuh dalam ring namun sahabat di luar ring. (dodingga)