Wakhudin: “Jurnalisme Islam Harus Mendorong Umat untuk Produktif”

Bandung, UPI

Jurnalisme Islam tidak boleh terbawa arus dengan mengedepankan berbagai pemberitaan buruk, baik menyangkut keadaan bangsa Indonesia maupun umat Islam pada umumnya. Sebaliknya, jurnalisme Islam harus mampu memberikan inspirasi yang mencerahkan, sehingga mendorong umat bersikap optimis dan berbuat produktif.

“Praktik jurnalisme saat ini sangat keruh. Fitnah beredar sangat kencang dengan beragam bentuk. Kalau tidak selektif, media Islam bisa ikut terpengaruh, bahkan menjadi bagian dari kekeruhan itu. Jurnalisme Islam haruslah tetap jernih, meskipun arus informasi sangat keruh,” ujar Dr. H. Wakhudin, M.Pd. praktisi media saat memberikan ceramah “Jurnalisme Islam” yang diselenggarakan Masjid Al-Furqan UPI Jln. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung, Senin (21/9/2015).

Seminar Jurnalisme Islam dan Pelatihan Penyembelihan Hewan Qurban dibuka Koordinator Publikasi dan Dokumentasi DKM Masjid Alfurqan Dr. H. Suwatno, M.Si. juga menghadirkan praktisi media Andri Yunardi yang membahas tentang fotografi dan videografi. Kegiatan yang diselenggarakan berkaitan dengan perayaan Idul Adha ini juga memberikan pelatihan ESQ bagi sekitar 150 mahasiswa aktifis masjid.Pelatihan-1

Wakhudin yang pernah menjadi wartawan senior di HU Pikiran Rakyat Bandung mengemukakan, tugas jurnalisme Islam saat ini adalah melakukan purifikasi atas kekeruhan informasi yang semakin sulit dibedakan antara yang baik dan buruk, antara yang benar dan yang batil, dan antara fakta dan imajinasi. Maka, tugas jurnalis Islam sama dengan perintah Tuhan, amar ma’ruf nahi munkar, mencegah umat dari kebobrokan dan mendorong mereka menuju ke kebaikan.

“Memang tugas jurnalis Islam saat ini semakin berat, karena medannya yang semakin berat. Tapi, bukankah semakin berat perjuangan berarti semakin besar peluang pahala yang bisa diperoleh,” ujar dosen Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial UPI ini.

Jurnalis Islam saat ini perlu mengembangkan jurnalisme mabrur, yakni jurnalisme yang mampu menginspirasi umat untuk bertindak produktif, ujar Wakhudin. Mabrur dalam istilah haji artinya baik. Jurnalisme mabrur artinya jurnalisme yang dapat menginspirasi orang lain untuk berbuat kebaikan. Maka kalau Indonesia ingin mereduksi kriminalitas, bahkan meniadakan kekerasan yang ilegal, kontribusi media untuk mengembangkan jurnalisme mabrur ini sangat strategis.

Dikemukakan, masyarakat dunia saat ini mengalami keracunan informasi. Sejak kran kebebasan bergulir era reformasi tahun 1997/1998, media di tanah air juga membanjiri informasi buruk. Baik media cetak maupun elektronik terus membombardir masyarakat dengan berita korupsi, demonstrasi, bahkan anarkisme, tawuran antarkampung, tawuran pelajar, praktik buruk politisi maupun birokrat.

“Itulah sebabnya, masyarakat lama kelamaan menjadi kebal terhadap informasi buruk, bahkan sebagian lain semakin ogah terhadap informasi seperti itu. Sebagian lain bahkan semakin benci kepada politik, karena pemberitaan di media selalu mencitrakan buruknya dunia politik,” ujar Wakhudin.

Tawuran antarpelajar di berbagai kota juga menggambarkan fenomena dosanya media terhadap buruknya perilaku masyarakat akibat keracunan informasi ini. Pelajar yang menewaskan pelajar lainnya yang merasa tidak bersalah menggambarkan bahwa melukai bahkan membunuh orang lain merupakan perilaku yang “lazim”. Sebab, mereka sehari-hari menyaksikan peristiwa itu di TV, di koran, radio, dan internet. Bahkan, mereka saban hari melakukan “pembunuhan” yang sama di games secara berulang-ulang. (Dodi/Andri)