Webinar : Collaborative Strategy For Developing Ecotourism Industry Network Base On Culture and Arts Education

Dokumentasi Pribadi

UPI, Bandung.

Sejak bermulanya pandemi Covid-19, industri pariwisata bukan menjadi fokus utama pemerintah. Hal ini menyebabkan Sebagian besar pariwisata yang sebelumnya memiliki potensi sebagai penyalur kebudayaan menjadi lemah dan lumpuh. Webinar ini membahas mengenai strategi pengembangan pariwisata yang berawal dari pandangan budaya dan Pendidikan seni.

Permasalahan tersebut dibahas dalam webinar internasional yang diselenggarakan secara daring melalui aplikasi zoom meeting pada Senin (11/10/2021). Diskusi ini dihadiri oleh tiga narasumber yang memiliki perspektif berbeda mengenai pariwisata. Narasumber pertama Hassanudin yang berprofesi sebagai tenaga pendidik di Universitas Andalas yang memiliki pandangan mengenai pariwisata berdasarkan aspek lingkungan. Narasumber kedua  Mohd Hafiz Hanafiah yang berprofesi sebagai pensyarah (Dosen) di UiTM Malaysia yang membawakan perspektif pariwisata berdasarkan pada partisipasi manusia. Dan narasumber terakhir yaitu Yuliawan Kasmahidayat merupakan Dosen di UPI Bandung, dan melihat permasalahan pariwisata berdasarkan pandangan teoritis Pendidikan seni.

Adapun indikator pengembangan pariwisata yang dibahas dalam webinar ini mengacu pada tiga aspek utama. Pertama adalah aspek biotik yang berfokus kepada komponen lingkungan hidup yang menjadi potensi utama dalam pengembangan pariwisata. “Kearifan lokal alam (flora dan fauna) merupakan Pendidikan lingkungan yang bermanfaat untuk komunitas kepuasan wisatawan” ujar Hasanuddin. Hal ini berdasar pada keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia bahwasanya semua kebudayaan tersebut berdasar pada pertumbuhan lingkungan.

Kedua merupakan aspek abiotik, dimana pada aspek ini membahas mengenai partisipasi manusia dalam keterlibatannya dalam mengembangan pariwisata. “dalam pengembangan pariwisata difokuskan kepada pekerjaan multipihak dan tidak berfokus kepada satu orang saja, misalnya hanya pemerintahan, namun semua komunitas yang berada di dalamnya lebih baik ikut terlibat supaya pengembangan pariwisata lebih maksimal” sautnya. Adapun contoh yang disebutkan Hafiz beberapa kota yang menerapkan sistem ini di Indonesia yaitu Bali dan Yogyakarta. Hal ini dikarenakan adanya kolaborasi antara kebudayaan, masyarakat, dengan sistem pemerintahan yang ada. Ketiga merupakan aspek seni. Aspek ini membahas mengenai metode dalam seni yang digunakan untuk mengembangkan pariwisata berdasarkan pada ilmu dan pengetahuan, beserta perasaan individu. “metode sugesti dalam perspektif seni dilatarbelakangi dengan satu penekanan bahwa persepsi mengenai seni dan keindahan tidak hanya menghibur namun bisa memberikan kenangan yang mendalam” ujarnya. Adapun dua pandangan dari metode sugesti menurutnya dapat dilihat melalui sugesti impresi yang menyangkut kesan maupun perasaan setiap individu, dan sugesti visual yang menyangkut segala hal yang dilihat oleh setiap individu.

Setelah para narasumber menampaikan materi, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dan diskusi. Tiga pertanyaan dilontarkan oleh partisipan dalam pelaksanaan diskusi ini. setelah sesi tanya jawab. Closing statement yang disampaikan oleh narasumber “ semenjak covid ini semuanya berubah, banyak pariwisata yang lebih maju namun memiliki impact negative yang besar, begitupun sebaliknya. Hal inilah yang membuat kita semua berpikir kembali ke titik awal, and we have to collaborate our heart ” ujarnya. (Raihan Aldykar 1807142, Jurnalistik UPI)