Anti Korupsi, Mahasiswa IPS UPI Peringati Hari Anti Korupsi Internasional

Bandung, UPI

Setiap tanggal 9 Desember diperingati sebagai Hari Anti Korupsi Internatonal (HAKI). Kali ini peringatan tersebut dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS Bidang Sosial Politik. Mengingat tingat korupsi di Indonesia masih pada peringkat ke-88 menurut Transparency International yang dirilis pada tahun 2015. Kegiatan ini selain lomba esai yang bertemakan anti korupsi, juga melakukan diskusi anti korupsi yang menghadirkan Muhamad Iqbal sebagai ahli Pendidikan Anti Korupsi dan Selly seorang pakar anti korupsi ICW yang pernah mendapatkan berbagai penghargaan international dalam bidang yang digelutinya.

Menyitir pernyataan beliau bahwa generasi muda perlu meningkatkan apa yang disebut dengan istilah Inner voice (kata hati) yang akan selalu menjaga dari tindakan korupsi. Karena tindakan korupsi menyebabkan daya saing Indonesia di kancah international menjadi luntur. Film Hotel Ruanda dan Blood Diamond yang mengisahkan bahaimana tindakan korupsi dapat memporakporandakan rasa kemanusiaan dan kemakmuran rakyat menjadi tercerabut. Di Ruanda terdapat perebutan kekuasaan yg menyebabkan semua orang mati sia-sia. Sehingga mendorong rasa kemanusiaan seorang jendral dari Austria, karena ingin menyelamatkan anak kecil agar tidak terbunuh.

Hidup tak cukup untuk sekadar memenuhi kebutuhan sendiri, akan tetapi membutuhkan integritas soal keadilan, kerja keras, dan hidup sederhana. Contoh kecil soal integritas, seperti apa yang terjadi di Kota Bandung menerapkan sistem online pada beberapa sektor publik yang dapat dengan mudah untuk mengecek dan mengurangi perilaku korupsi.

Mahasiswa yang hidup pada masa sekarang ini merupakan anak-anak dari proses reformasi. Sudah selayaknyalah dipundak mereka tertanam jiwa-jiwa anti korupsi. ICW dalam melakukan pemberantasan korupsi di Indonesia tidaklah sendirian melainkan memiliki 54 partner local yang terdapat di berbagai provinsi di Indonesia, dan terdapat pula badan pekerja ICW. Gerakan anti korupsi bukan gerakan yang memiliki sifat ditempel dari luar, akan tetapi harus muncul dari dalam institusi itu sendiri. Mengajarkan anti korupsi sangatlah mudah untuk dilakukan, tapi harus disertai dengan tingkat integritas setiap orang untuk tidak melakukan korupsi. German mampu memberikan layanan pendidikan secara gratis, mahasiswa cukup membayar membayar 300 euro selama satu semester, dan uang tersebut hanya untuk menggunakan tram yang mengantar ke berbagai daerah tujuan.

Korupsi tidak selalu identik dengan mengambil hak orang lain. Melainkan sikap dan tindakan yang tidak memanfaatkan layanan publik denga baik bisa juga merugikan Negara. Spertihalnya UPI yang telah berlangganan Jurnal International oleh Perpustakaan, sementara kurang dimanfaatkan dalam aktivitas akademik. Layanan kebersihan yang dikontrak pertahun yang lumayan menguras anggaran Negara, perlu diperhatikan bagaimana tingkat kebersihannya. Hal yang bisa diperhatikan dalam tindakan anak-anak dipersekolahan ketika menendang tempat sampah kemudian  rusak, maka ada dana masyarakat untuk mengganti tempat sampah yang rusak. Buang sampah sembarangan dijalan, maka akan ada orang-orang yang harus dibayar untuk membersihkan sampah yang dibuang sembarangan. Anak-anak di desa pergi ke sekolah pake ojeg sementara dana desa dibelikan untuk mobil oknum pak kades.

Untuk mengurangi tindakan yang tidak produktif atau bahkan korup. Perlunya penguatan sikap adil terhadap diri dan orang lain. Tahun ini di Jakarta dana masyarakt yang bisa diminimalisir dari perilaku korup bisa mencapai 100 triliun, 20 kali lipat dari Kota Bandung. Self assesment bisa sampai 30 triliun untuk meningkatkan dana dari retribusi. Efek pengurangan tindakan korupsi bisa berdampak pada kehidupan kita sehari-hari.

Mengartikan korupsi sangatlah mudah yakni terdapat unsur keterlibatan dari aparatur negara, ada kerugian negara, dan ada pasal yang dilanggar. Inti dari korupsi tidak mencuri uang rakyat. ICW ketika ada korupsi terjadi dalam lembaga negara, maka yang harus dilakukan untuk mengumpulkan data dengan metode research, capacity building, advocacy, campaign and networking. Advocacy terdiri dari mitigasi dan non mitigasi. Mitigasi terkait dengan peradilan dan non mitigasi terkait dengan korban akibat korupsi. Tindakan korupsi dapat dilakukan oleh setiap orang. Namun, semakin tinggi otoritas seseorang jika tidak memiliki integritas yang tinggi, maka akan cenderung mengetahui dan mampu memberikan kewenangan lahan tertentu dapat diperuntukkan bagi siapa saja yang menguntungkan kekuasaannya. Tindakan oknum aparatur tersebut menghasilkan displace people. Salah satu contoh nyata apa yang terjadi di daerah Rembang dan Kendeng yang memiliki fungsi sebagai daerah resapan air. Pada kenyataannya harus dihadapkan pada dilemma antara memberikan peluang pada investor atau mengutamakan rakyat.

Kontribusi mengenai capacity building, teknik mengajar bukanlah sesuatu yang mudah. Ada orang yang pinter belum tentu bisa ngajar. Contohlah para pendiri negara, disela-sela perjuangannya selalu menyempatkan waktu untuk selalu membaca berbagai sumber bacaan. Maka tumbuhlah persepsi semakin banyak tahu maka semakin menginginkan keadilan. Tindakan tersebut perlu ditumbuh kembangkan pula dikalangan mahasiswa yang sudah punya privillage, sudah punya kekuasaan, dan disubsidi oleh negara. Orang yang korupsi itu, tidak pernah sendirian. Teman yang paling baik untuk melakukan korupsi itu ialah teman waktu S1. Walaupun pemberantasan korupsi masih dipersimpangan. Namun, hukuman mati bagi koruptor bisa dijadikan sebagai vonis pidana, ketika yang dikorupsi itu ialah dana bencana.

Jadilah champion dilembaga masing-masing. Korupsi itu abstrak dikepala tapi korban korupsi itu nyata. Membangun peradaban tidaklah cukup membangun gedung kantor yang hebat, melainkan membutuhkan keteguhan integritas untuk tidak korupsi. Kekokohan tembok Cina (Great Wall) tidak ada yang menyangsikan. Namun, setelah selesai dibangun tembok raksasa tersebut Cina tidak pernah surut dalam menghadapi konflik yang datang dari luar. Faktor utama yang menyebabkan hal tersebut terjadi ialah karena para penjaga tembok raksasa tersebut mudah tergiur oleh suap dari lawan. Oleh karena itu mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesai tidak cukup pada sektor perbaikan infra sturktur yang ada, tapi perlu memperbaiki kualitas diri dari setiap warga negara. Hal yang paling utama untuk menyelamatkan Indonesia dari bahaya korupsi ialah pendidikan. Tanggung jawab pendidikan berada pada tangan para pendidik itu sendiri, maka kawah candra dimuka dalam menghasilkan generasi muda anti korupsi beradapa pada lembaga-lembaga pendidikan. (WAS)