Anton Charliyan “Menangkal Isu Radikalisme dalam Pemilihan Umum”

Bandung, UPI

Demokrasi yang berada di Indonesia pada saat ini belum matang, karena demokrasi di Indonesia berbeda dengan negara lain. Sebagai contoh, negara maju telah mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatu dari mulai pemerintahan, perangkatnya dan infastruktur sebelum menginkrarkan kemederkaan negara tersebut. Namun berbeda dengan Indonesia yang mempersiapkan segala sesuatunya dengan sangat singkat.

“Sehingga mengakibatkan banyak permasalahan baru yang timbul karena demokrasi yang tidak beraturan. Dampak dari demokrasi yang belum matang antara lain terjadinya kecurangan pada saat pemilihan umum, baik itu money politic, black campange. Penyelesaian yang tidak adil juga dapat mengakibatkan radikalisme dan adanya pihak yang mengadu domba atau provokator.” Demikian diungkapkan oleh Kapolda Jawa Barat Irjen. Pol. Dr. Drs. H. Anton Charliyan, M.P.K.N dalam seminar Nasional Kepemiluan yang dilaksanakan oleh Komisariat GMNI UPI bekerja sama dengan UKM Eka Prestya, Senin, (15/7/2017).

Selain Kapolda Jawa Barat, seminar yang mengambil tema “Mewujudkan Pemilu yang Demokratis di Indonesia”  ini menghadirkan juga pemateri dari Bawaslu Jawa Barat, KPU Jawa Barat dan para Akademisi. di Gd. Auditorium FPTK, Jl. Dr. Setiabudhi, Bandung.

Dr. Anton Charliyan, M.P.K.N mengungkapkan “Radikalisme adalah paham atau aliran yang radikal dalam politik, paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis, sikap ekstrim dalam suatu aliran politik.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya radikalisme antara lain faktor pemikiran, ekonomi, politik, sosial, psikologis dan pendidikan. Pada saat ini memiliki pemimpin yang adil, memihak kepada rakyat, dan tidak hanya sekedar menjanjikan kemakmuran kepada rakyatnya adalah impian semua warga masyarakat.

Anton Charliyan juga mengatakan “jika pemimpin itu menggunakan politik yang hanya berpihak pada pemilik modal, kekuatan-kekuatan asing, bahkan politik pembodohan rakyat, maka akan timbul kelompok-kelompok masyarakat yang akan menamakan dirinya sebagai penegak keadilan, baik kelompok dari sosial, agama maupun politik, yang mana kelompok-kelompok tersebut dapat saling menghancurkan satu sama lain. Seperti halnya golongan Khawarij yang lahir pada masa kholofah Ali bin Abi Tholib  yang disebabkan oleh ketidak stabilan politik pada masa itu, sehingga muncullah golongan syi’a dan khawarij yang meresa paling benar sendiri dan saling menstatmen kafir.”

 

Cara yang harus digunakan untuk menangkal radikalisme adalah Kepedulian masyarakat terhadap sesama, meninggalkan sikap acuh dan individualisme. Diantara sebab berkembangnya paham radikalisme adalah sikap ketidakpedulian masyarakat terhadap sesama. Sehingga radikalisme dapat berpindah-pindah dari suatu tempat ketempat yang lain dalam menyebarkan doktrin mereka di tengah-tengah masyarakat. Maka diantara solusi yang dapat mengantipasi perkembangan paham radikalisme dan paham-paham sesat lainnya adalah dengan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap sesama dan meninggalkan sikap acuh serta individualisme. Sistem komunikasi modern mampu membuka jaringan komunikasi jarak jauh, namun terkadang merusak jaringan komunikasi jarak pendek.

Pada kesempatan tersebut turut hadir pula Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. Asep Kadarohman, M.Si; serta Direktur Direktorat  Kemahasiswaan Dr. Mupid Hidayat, M.A. (Ija)