Bangun Eko-Resort di Indonesia ? Harus Jelas Karakteristiknya

Galih-kusumah

Bandung, UPI

Keynote speaker dari Universitas Pendidikan Indonesia A.H. Galihkusumah, M.M.  menyampaikan paparannya tentang ” “Kajian Karakter Resort di Indonesia”.  Paparan tersebut dilakukan saat  seminar internasional pariwisata di Universitas Pendidikan pada 28 Oktober 2014 yang bertema “Eko Resort dan Destinasi Berkelanjutan: Perencanaan, Pembangunan dan Dampak.”

Peluang Pendapatan Pariwisata dari Pembangunan Resort

Kepada peserta seminar internasional ia menyampaikan bahwa Asia Pasifik diperhitungkan sebagai wilayah dengan pertumbuhan tercepat di 2012 dengan kenaikan gaji 7% dan total 234 juta kedatangan. Ini meningkatkan pangsa wilayah di dunia untuk 23% dan memperoleh US $ 324.000.000.000 penerimaan pariwisata internasional (UNWTO, 2013). Kedatangan wisatawan diperkirakan akan meningkat  4,9% per tahun dan meningkat 331 juta untuk mencapai 535.000.000 pada tahun 2030 (UNWTO, 2013). Karena adanya  tingkat kenaikan disposable income, banyak negara-negara berkembang telah menunjukkan pertumbuhan yang cepat dalam beberapa tahun terakhir, terutama di sejumlah pasar di Asia, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin. Tren ini juga mempengaruhi perkembangan resor di daerah di mana perusahaan resor meningkatkan ukuran mereka (Dosh, 2005; Holly, 2004) termasuk di Indonesia.

Saat ini dilaksanakan segmentasi sebagai tujuan  destinasi dalam memperluas perhotelan dan industri pariwisata (Brey, 2006). Dengan demikian, dengan pertumbuhan ini ada kebutuhan lanjutan untuk penelitian industri dan wawasan yang berkaitan dengan konsep resort. Ia melakukan kajian ini untuk menangkap karakteristik resor di Indonesia. Untuk melakukannya.  Saat ini menurutnya harus ada definisi  yang harus ditetapkan untuk memeriksa fenomena ini. Namun, realitasnya industri resort tidak memiliki terminologi yang diterima secara luas seperti industri perhotelan dan pariwisata lainnya (Baud-Bovey & Lawson, 2002).

Karakterisitik Resort di Indonesia Harus Jelas

Di akhir pemaparannya ia menyatakan bahwa ada beberapa resor yang diusulkan diusulkan dalam literatur Pariwisata dalam beberapa dekade terakhir. Ia pun berupaya berupaya untuk mengembangkan kerangka kerja untuk menangkap resor karakteristik di Indonesia. Ternyata berdasarkan Smith Travel Research (STR) telah dikonsultasikan dan daftar resort di Indonesia dari STR tersebut terdapat 236 properti yang dikategorikan sebagai resor di daftar STR berkisar antara kelas ekonomi ke kelas mewah resor di Indonesia. Data itu ia peroleh melalui studi meta-analisis dari situs resor telah dilakukan. Lebih dari 200 resor situs telah diteliti untuk menangkap karakteristiknya. Beberapa 85% dari resor terkonsentrasi di Bali sedangkan sisanya tersebar di seluruh negeri. Sebagian besar resor yang independen properti. Beachfront adalah fasilitas tanda tangan yang paling umum dan Spa adalah yang paling banyak dioperasikan fasilitas di resor. Di sisi lain, ternyata di Indonesia resor kelas atas dan mewah sering menawarkan pengalaman budaya selain fasilitas jangkar mereka dan memberikan fasilitas  lebih khas seperti resor bukit tebing atau situs warisan budaya (Dewi Turgarini).